Saturday, 22 April 2017

Merekam Jejak Perjuangan Pattimura di Pattimura Park


Di tengah kota Ambon, tepatnya dibelakang lapangan merdeka *kalau belum tau lapangan Merdeka, bisa dibaca disini* terdapat sebuah patung yang berdiri kokoh dengan mata menyala, garis muka keras, dan mulutnya yang seolah ingin berteriak “Seraaaaaang!” Ya, dialah tokoh pahlawan nasional kita Kapiten Pattimura atau yang bisa dikenal dengan Thomas Matulessy.
Patung ini dibuat dengan gaya seolah ingin menyerang kolonial Belanda, dengan parang ditangan kanan dan salawaku di tangan kiri, *salawaku adalah tameng/perisai khas Maluku*. Dua benda ini adalah simbol kemerdekaan rakyat Maluku, dan dua benda ini selalu bersama, coba perhatikan tarian Cakalele. Pasti ada parang dan salawaku di kedua tangan penari.
Pattimura park atau taman Pattimura didirikan sekitar tahun 1998, patung ini dibangun untuk menggantikan patung Pattimura yang kemudian diletakkan di museum Siwalima *ini menurut ceita*, tapi kalau saya bilang lebih kelihatan hidup yang di Siwalima.



Taman Pattimura dibangun dengan luas areal 11.000 M2, disekitar taman ini terdapat dua lapangan basket dan voli, taman terbuka hijau, dan air mancur yang kadang keluar kadang nggak hehe. *maklum Ambon sering mati lampu*.

Pedestrian, agak kurang terawat sih kubilang, sayang padahal tamannya bagus

Nah kemudian saya mikir, kenapa patung Pattimura dibangun disini. Bertahun-tahun saya nyari filosofi ini, sampai akhirnya ketika saya pergi ke Saparua sebuah daerah di Maluku Tengah, saya menemukan jawabannya. Jadi, Thomas Matulessy atau Kapiten Pattimura adalah penduduk asli Saparua yang kita tau beliau ini berjuang melawan Belanda pada tahun 1817, tau kan Belanda datang ke Maluku untuk apa? Ya, nggak lain karena ingin menguasai fuli dan pala yang saat itu nilainya lebih tinggi daripada emas. Belanda saat itu ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah, ya kita sebagai pribumi nggak terima dong dijajah semena-mena.

Tugu Pattimura sebelum sempurna dibangun


Di Saparua, Belanda mendirikan sebuah benteng bernama Duurstede yang saat itu menjadi tempat perlindungan Belanda. Singkat cerita, karena Belanda terus merongrong pribumi dalam menguasai rempah-rempah, Kapiten Pattimuran berinisiatif menyerang Belanda. Alhasil Kapiten Pattimura berhasil mengambil alih Benteng Duurstede yang dikuasai Belanda. Pada tanggal 15, bulan Mei tahun itu, Pattimura bersama pengikutnya menyerang dan menguasai benteng tersebut, kemudian membunuh semua prajurit dan masyarakat sipil, kecuali  anak bungsu Van den Berg, Residen Kasteel Duurstede.

Selesai sempurna dibangun, ada buah pala terbuka simbol rempah-rempah Maluku


Belakangan, ada yang membocorkan tempat persembunyian Pattimura pada Belanda Belanda mengajak berunding dan berbicara, padahal sebenarnya Pattimura dibohongi, ia kemudian dikirim ke Ambon dan disiksa disana. Kemudian bulan Desember 1817 di salah satu bagian Benteng Victoria Pattimura digantung. Tempat Pattimura digantung itulah kemudian didirikan tugu Pattimura sebagai tanda penghormatan terhadap jasa-jasa dan perjuangannya.
Dan tepat diseberang berdirinya tugu Pattimura inilah terdapat benteng Victoria. Dulu saya sempat bingung loh dimana terdapat benteng Victoria, ealah ternyata benteng ini tinggal nyebrang dari lapangan Merdeka. Soalnya benteng Victoria bentuknya sudah tidak menyerupai benteng lagi jadi ya agak rancu untuk mengenali kalau ini benteng, karena lokasi terdapatnya benteng sudah dibangun markas TNI berikut perumahannya.
Patung Pattimura yang tingginya 7 meter itu terbuat dari perunggu dan menghabiskan dana sekitar 2M

Air mancur yang senin kamis keluarnya hee

Walikota menjelaskan filosofi dari tinggi monumen dari muka lantai delapan meter dan tinggi patung dari atas dudukannya adalah tujuh  meter menunjukkan angka 15 sebagai tanggal perjuangan Pattimura dan kawan-kawannya melawan penjajah Belanda. 
Monumen Pattimura didukung oleh lima kolam penyangga menunjukkan angka lima sebagai bulan Mei.  Anak tangga menuju monumen Pattimura berjumlah 10  dilengkapi pelataran berpola delapan buah anak panah menunjukkan angka 18 dan keempat sisi kolom penyangga monumen dilengkapi dengan 17 balok greel menunjukkan angka 17 sehingga digabungkan menjadi tahun 1817. (Nasional kompas)


Tugu Pattimura nampak kejauhan

Berkali-kali ke tugu ini saya nggak begitu memperhatikan kalau terdapat pahatan diorama ketika Kapiten Pattimura merebut benteng Duurstede sampai ia digantung di depan benteng Victoria. Tapi beberapa waktu lalu sebelum akhirnya saya pindah ke Bekasi, saya sempatkan untuk main kembali ke taman ini untuk mengamati betul pahatan yang terdapat disana. Diorama ini meskipun singkat tapi jelas menggambarkan perjuangan beliau mempertahankan kemerdekaan tanah air.
 
Cengkeh dan pala, simbol rempah-rempah yang diperebutkan Belanda

Kayaknya ini waktu masyarakat Saparua menjebak Belanda yang datang dan membunuh mereka

Nah ini nggak ngerti maksudnya apa hee

Ini kayaknya masyarakat Saparua yang mencegat Belanda datang

Nah ini benteng Duurstede itu, ketika masyarakat Saparua berusaha merebutnya

Entah ini siapa yang dihukum mati, apa iya christina Martha Tiahahu, entahlah

Ini siapa ya kira-kira yang dibuang jenazahnya. Yang jelas saya tau ini adalah laut Banda, 

Ini Kapiten Pattimura yang dihukum gantung oleh Belanda T_T, kejam!


Yah, sudah sepatutnya kita sangat menghargai jasa-jasa para pahlawan yang berjuang habis-habisan mempertahankan tanah air tercinta, mengisinya dengan kegiatan yang sangat bermanfaat, menuliskan kembali sejarah agar sejarah tidak usang dimakan waktu, ini lebih baik daripada berdebat ngurusin politik di medsos hee…

Kalau mau lihat kondisi Pattimura Park, lihat video dibawah ya


Bekasi, 22042017
Dalam sepenggal rindu di tanah Maluku


16 comments :

  1. wah,asik bamanda, mbak manda

    Berarti itu lokasi tempat beliau digantung ya...

    ReplyDelete
  2. Kan namanya Thomas Matulesy..kenapa jadi patimura ya..kalau kapiten kan karena pangkat kapten yang disematkan, tapi penyebutan warga dulu itu kapiten (bener ngga ya?)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia bang, saya juga bingung, knp jd Pattimura ya namanya hee

      Delete
  3. Aku belum kesampaian nih ke Ambon, terakhir berkunjung ke Ternate tahun 2015 yang lalu dalam rangka tugas dinas... kangen menjelajah Indonesia lagi.

    ReplyDelete
  4. Duh... pengen banget injak maluku. Sayang, jauh banget haha... Btw, kunjungi juga yah blog saya kak hehe. http://namaguerizal.blogspot.co.id/2017/04/keberagaman-masyarakat-hingga-capaian.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jauhan juga Eropa haha.. :D masih Indonesia mah ga jauh hihi

      Delete
  5. aku suka sekali sejarah dan banyak belajar dari sejarah. Dan aku juga suka ke tempat2 yang berlaatr belakang sejarah. Tapi jauh dari tempatku ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sayang sekali. Semoga nanti bsa main ke Maluku ya mba

      Delete
  6. huwaaa sedih dihukum gantung. Minusnya taman bersejarah gini ini kurang papan info atau tour guide yang menjelaskan sejarah di sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kurang papan info, sayang ya :D
      cc : pemkot kota Ambon

      Delete
  7. Saia merasa beruntung, bbrp waktu silam pernah mampir ke Ambon dan Saparua walau sebentar. Tempat yang penuh sejarah.

    Khususnya Saparua, masih terngiang saia motor2an sambil hujan2an di jalanan sepi di pulau itu, hingga mampir ke rumah kelahiran Pattimura di daerah Haria.
    By the way, salam kenal mbak :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali, pasti senang ya bisa mampir ke Indonesia Timur ^^

      Delete
  8. Pengen ke Ambon lah mbak, ingin melihat situs sejarah yg ada disana, dan merasakan makanan khas Ambon.

    ReplyDelete
  9. Aku belum pernah ke Ambon. Bayanginnya jauh ya hehehe kalo dikasih kesempatan traveling ke sana, aku mau de tur Saparua lihat jejak rekam Kapitan Pattimura, ternyata banyak sejarah yang mungkin belum terekspos di media ya. Tks infonya mbak Amanda.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)