Sebagai orangtua tentu saja kita ingin
anak kita nurut dan patuh serta mau mendengarkan semuaaaa apa saja yang kita
ucapkan. Namun ada saja hal-hal yang akhirnya membuat anak akhirnya melawan
sama kita, entah dari ucapannya maupun perbuatanya. Orangtua saya mengajarkan
banyak hal tentang ini, dan kemudian saya bisa mengambil kesimpulan apa yang
menjadi didikan mereka selama ini, kenapa ada anak yang cenderung melawan
orangtua, dan inilah beberapa kesimpulan itu
Anak
terlalu di intervensi dan konfrontasi
Secara tidak langsung entah karena
melihat anak orang lebih pintar, lebih nurut dan lebih-lebih lainnya
menimbulkan rasa iri dalam diri kita sebagai orangtua, dan secara tidak sadar
kita pun ingin anak kita seperti itu. Padahal setiap anak itu unik dan
mempunyai keunggulan masing-masing, ia punya cara tersendiri untuk menonjolkan
keahliannya, tugas orangtua hanya mengarahkan bukan meng-intervensi apalagi
mengkonfrontasi hanya sebab rasa iri pada anak orang.
Misal : “Tuh si A masuk SMA negri,” ya
terus kalau anaknya nggak masuk negri dunia kiamat gitu?
“Ngapain kamu masuk psikolog! Mau kerja
apa?” padahal passion anak berada di sana, masalah kerja Tuhan punya rencana ya
ibu-ibu, bapak-bapak.
Atau, “Kamu jangan A, B, C, ibu nggak
suka. Sebab kamu harus D,E, F” terkadang anak butuh ruang tersendiri dalam
hidupnya yang kita tidak boleh masuki.
Anak sudah semangat belajar saja itu
anugrah, tapi tidak sedikit akhirnya orangtua yang berkata seperti ini, “Jangan
malas, mama dulu nggak kayak kamu!” dan kata-kata sejenis ini mungkin bagi
orangtua menyemangati, tapi bagi anak-anak terdengar sangat menyakitkan. Anak
tidak senang terlau di intervensi. Jika anak terlalu di intervensi cepat atau
lambat ia akan sering menyalahkan orangtuanya karena keinginannya tidak
terpuaskan. Jika baik arahkan, jika buruk luruskan itu saja. Bu, Pak..
jangaaaan sampai kita lupa akan HAK anak dan hanya memuaskan HAK diri kita sendiri
saja.
Anak
tidak pernah didengarkan kata-katanya
Beberapa orangtua merasa dirinyalah yang
paling benar, dan nasihat orangtua harus selalu wajib diikuti, akibatnya anak
mau ngomong apa juga nggak pernah didengerin dan nggak pengaruh di kuping
mereka, walaupun kadang pembelaan anak ada benarnya juga. Ya bayangin aja, jika
seorang anak misalnya ketahuan punya salah, orangtuanya pasti udah gatel pengen
ngomel dong, tapi yang jadi masalah kadang mereka enggan mendengarkan secara
detail kenapa si anak ini melakukan kesalahan.
Secara anak pasti punya alasan yang
ingin ia ungkapkan kenapa ia sampai melakukan kesalahan itu. Orangtuanya teruuus
aja ngomong panjang lebar kali tinggi sampai si anak bosan, si anak baru saja
ngomong A orangtua sampai Z, pokoknya di mata orangtua si anak tetep salah dan
nggak diberi kesempatan untuk ngomong. Hal-hal kayak gini bisa menjadi bom
waktu semisal anaknya dinasehatin karena nggak pernah diterima curhatannya,
suatu hari dia akan melawan juga semisal dinasehatin panjang lebar, nada mereka
bisa jadi lebih tinggi dari kita dalam berbicara. Ya siap-siapa aja suatu saat
nanti anak akan menuntut HAKnya untuk berbicara dan ingin sekali didengarkan
oleh orangtuanya. Duh, jangan sampai ya pak.. bu anak kita jadi seperti bom
waktu yang meledak karena ucapannya tidak pernah didengar.
Anak
tidak pernah dimarahi
Kita ini manusia biasa, bukan malaikat
yang selalu bisa tersenyum sekalipun rumahnya dibakar. Sebenernya kalau kita
marah bukan menebarkan kebencian pada anak, tapi untuk mendidik anak agar dia
tau mana yang benar dan mana yang salah. Tapi marahlah pada tempatnya, pada
saat yang tepat. Soalnya pengalaman saya, saya punya adik dia ini nggak pernah
dimarahi dari kecil beda banget sama saya yang waktu kecil pernah ngerasain
dikurung di kamar mandi bahkan pernah kena sabetan gesper bapak. Nah ketika
besar saya seperti meriview ulang perjalanan hidup saya, kenapa dulu bapak ibu
saya marah, pasti ada sebabnya. Berbeda dengan adik saya yang nggak pernah
dengar bentakan dan omelan dari kecil, besarnya dia jadi anak yang ngelunjak
dan keras kepala. Dia nggak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang
salah, dia nggak ngerti bedanya dinasehatin dan diomelin. Bener-bener nggak
bisa bedain, karena sedari kecil ibu saya terutama, ketika adik saya salah
ngomelinnya nggak bikin dia kapok dan jera, nggak ada sensenya sama sekali marahnya, ya udah marah ya gitu aja sambil
lalu, nggak kayak saya. Saya itu diomelin, sampai saya mikir kenapa ibu bapak
saya sampai marah dan saya pasti janji dalam hati nggak bakalan ngulang
kesalahan yang sama biar nggak diomelin lagi. Nah bedaaa banget sama adik saya.
Mungkin karena kelamaan nggak punya anak, bapak ibu saya jadi lupa cara marahin
anak.
Besarnya, ketika ibu saya nasehatin
adik-adik saya, mereka dianggapnya ngomel, adik saya itu diomelin dikit sudah
baper dan bête, hahah saya mah ngakak kalau dia baper sampe kabur-kaburan dari
rumah. Berbeda dengan saya ketika bapak saya sudah diam dan mulai kesal saya
tau itu pasti bapak saya marah, saya memilih diam daripada perang dunia ke
sekian hahaha… Pokoknya kalau Bapak sudah diam, nah sudah deh saya nggak berani
ngapa-ngapain. Beda dengan adik saya, kalau bapak diam..ealah malah dia yang
lebih galak. Kadang saya merasa adik saya itu kurang ajar sekali.
Anak yang tidak kenal orangtuanya marah
cenderung melawan, karena dirinya merasa paling benar. Kan gawat ini kalau dibiarkan
terus bisa beneran kurang ajarnya daripada sopannya. Kalau saya, Naqib saya
didik untuk bisa mengakui kesalahannya, minimal kalau dia salah dia tau itu
salah. Misalnya, dimeja ada gelas biasanya anak saya suka iseng aduk-aduk, saya
sudah bilang “Nggak boleh diaduk nanti tumpah,” tapi anak saya tetep ngotot,
sampai akhirnya isi gelas itu tumpah, marah dong saya. Di hari lain kalau ada gelas
lagi di meja dia nggak akan mau ngaduk-ngaduk lagi, kalaupun masih di aduk-aduk
dan tumpah dia segera minta maaf, “Maap ya bu, tumpah-tumpah. Di lap-di lap”
minimal kalau dia salah kita ngomel, dia belajar ngerti arti salah. Kalau anak
benar kita harus apresiasi, dia akan ngerti arti penghargaan. Kalau dia belum
faham, kita nasehati. Akhirnya dia akan selalu melakukan yang terbaik untuk
orangtuanya. Orangtua memang harus belajar sekali tentang ini, marah-meredam
marah-menasehati.
Baca juga : Gunakan cara ini untuk kendalikan anak
Baca juga : Gunakan cara ini untuk kendalikan anak
Orangtua
gensi minta maaf
Banyak loh orangtua yang gengsi minta
maaf sama anaknya, mereka menganggap bahwa orangtua adalah kedudukan paling
tinggi dalam sebuah keluarga, jadi kalau salah nggak usah minta maaf. Padahal
minta maaf adalah sarana edukasi juga ke anak, ada orangtua yang suka marah
karena anaknya nggak pernah mau minta maaf kalau salah, ya gimana anaknya mau
nyontohin, orangtuanya aja gengsi untuk minta maaf. Orangtua yang enggan
meminta maaf jika salah akan menimbulkan kekesalan pada diri anak. Jangan harap
pula, jika anak salah terus orangtua menyuruh meminta maaf, anak mau mengucapan
kata maaf.
Orangtua
yang bertengkar didepan anak
Ini bisa jadi menjadi salah satu pemicu
timbulnya anak yang suka melawan pada orangtua. Karena anak merasa, ia tidak
lagi merasa nyaman berada dirumah ketika orangtuanya ribut. Teriakan, suara
keras, tangisan salah satu orangtuanya membuat anak akhirnya akan condong pada
orangtua yang lebih dekat padanya saja. Misalnya ibunya menangis, anak
laki-laki akan cenderung menyalahkan ayahnya, kenapa laki-laki hanya bisa
membuat menangis sedangkan perempuan harus selalu dilindungi. Atau anak
perempuan yang lebih dekat kepada Ayah, ia pasti akan menyalahkan ibunya,
kenapa Ibu hanya bisa menangis saja tanpa berbuat sesuatu. Sebaiknya memang
orangtua tidak bertengkar di depan anak, karena hal ini hanya akan menimbulkan
masalah baru saja bagi anak.
Anak ibarat kertas putih, kitalah yang
menorehkannya. Anak seperti busur panah, ia akan melesat jauh kemana
orangtuanya mengarahkannya. Menjadi orangtua memang tidak mudah, tidak ada
sekolah untuk orangtua. Setidaknya dari catatan ini para orangtua bisa
mengambil ibroh untuk anak-anaknya kedepan. Saya mohon Pak, Bu..penuhilah HAK
anak, karena anak berhak mendapatkan HAKnya. Jangan sampai kita mengedepankan ambisi kita mengubah anak tapi kita lupa apa keinginan anak.
*Catatan
diatas saya rangkum dari kehidupan sendiri dan orang lain.
Tfs mom, saya harus banyak belajar nih mumpung masih ne mom hehe
ReplyDeleteHuumlah mbak, nggak ada salahnya belajar dari sekarang :)
DeleteSemua artikel yang tertera diatas itu kehidupan aku banget dan aku adalah anak pertama. Kemarahan dan emosi orangtua terutama ibu selalu diluapkan padaku sejak aku kecil hingga dewasa. Pasti itu sangat merasa tertekan sekali ... yah seperti itulah ... tidak bisa diungkapkan dengan kata kata. Yang pastinya aku sedih dan terkadang terlintas ada rasa benci dendam dan kecewa.
DeleteT_T, mudah2an setelah punya anak semuanya bisa termaafkan ya mba T_T
DeleteBertengkar di depan anak itu ga baik banget, apalagi kalau anak sering dimarahin ya mba. Kalau anak suka melawan, orang tua harus coba intropeksi diri
ReplyDeleteBener banget, kita kudu sering2 instropeksi mba
DeleteAku bljr dr aku dulu mba.. Apapun yg dibilang papa, wajib diturutin.. Ala militer banget deh didikan kami dulu.. Tp saking tegasnya, aku jd anak yg paling suka ngelawan dibanding adek2ku.. Ya krn aku capek hrs nurutin mereka mulu, tnapa mereka mau dengerin yg aku mau.. Harus masuk IPA, pdhl jelas2 aku lbh kuat di IPS. Yg begitu2lah... Makanya anakku skr ga mau aku didik begitu.. Mereka berhak memilih kok.. Dgn bgitu, aku jg ngajarin demokrasi ke mereka.. Supaya pas udh gede nanti, mereka jg tau yg namanya hrs menghormati pilihan org lain... :)
ReplyDeleteDuh kok ya sama pisan ya mba, tapi memaafkan masa lalu lebih baik drpd melampiaskannya kembali pada anak :( aku juga belajar dari kesalahan orangtua mba T_T
Deletekok sama ya. aku juga dulu begitu semasa dalam didikan orang tua tapi aku ubah caranya kepada anak-anak, hanya sayangnya tdk kompak sama pasangan.
DeleteSyukurnya saya bisa berdamai dengan masa lalu, sekarang saya merubah ini semua, Alhamdulillah saya kompak sama pasangan saya :)
DeleteWah waktu itu nonton Mamah Dedeh bahas tema ttg anak yg ga nurut juga. Penjelasannya juga sama, anak yg terlalu dikekang dan seringkali disuruh mengalah sama adiknya yang ternyata kurang baik juga.
ReplyDeleteNah, bener kan?
Deleteklo aku mba mikirnya aku akan ttp marah wlw marahnya ga kek hulk siy tp marah elegan *tsaah biar anakku tau klo dy salah emaknya marah dan aku pgn didik dy biar mentalnya ga lembek jaga2 diluar selain aku n ayahnya ada yg marahin dy ga jd sensitif. dan anaknya yg suka ngelawan emang pd dasarnya ada role model plus spt yg ortu mba lakukan ke adik n aku nemuin bgt disekitarku yg pd akhirnya anaknya ndableg 😒
ReplyDeleteIya mba, aku klo marah ya marah aja nggak ditahan2, bulshit dah semua teori klo anak dimarahin bakalan bodoh, nyatanya nggak juga sih anak saya masih pinter2 aja, malah ingatannya kuat hehe.. marah ya marah aja ya mba
Deletebagus banget mbak tulisannya..aku baca ini sampai selesai...aduh memang ada orang tua yang suka intervensi anak, kasihan ya mbak padhal dia punya hak.kalau aku mulai anak remaja ini mulai bebaskan anakku untuk memilih sekolah/ekstra yg dia sukai sambil aku juga mengarahkan. beda sekali ma setahun sebelmnya aku tll intervensi anak sekarang udah sadar sih emang itu kurang bagus u anak-anak.
ReplyDeleteDuh, untung segera sadar mba, syukurlah T_T
DeleteBenar banget Mbak, klo orang tua bertengkar di dpn anak itu hal yg tidak boleh, karena bisa membuat psikologis anak berubah....
ReplyDeletehmmm... ho'oh
DeleteIya, sih. Seringkali penyebab anak suka melawan adalah faktor dari orang tua. Harus sering introspeksi juga orangtuanya
ReplyDeleteBetul itu mba T_T
DeleteMakasih sharing pengalamannya mbak mandaaaaa, :)
ReplyDeleteSama2 bu, senang berbagi :)
Deletesebagai orang tua masih ada yang luput poin2 di atas. semoga bisa menjadi orangtua yang lebih baik lagi
ReplyDeleteAmiin
DeleteHmm... betul sekali penyebab-penyebab di atas.
ReplyDeleteSaya setuju, hanya pada bagian marah mungkin kita sebagai orang tua perlu sedikit menahan dan menempatkan marah dengan benar ya.
Huum marah juga ada etikanya. Jgn asal marah hahhaa.. yg ada anak stress dimarahin mulu
DeleteKl menurutku, marah ke tiap anak gak bisa sama loh mba. Anakku kembar dan kl yg satu dimarahin malah akan semakin dibuat ama dia. Beda dgn yg satu lg. Kl dimarahin gak bakal berbuat lg
ReplyDeleteJd beda anak juga beda pendekatan
Mungkin ini beda kasus ya mba, mba punya anak kembar, sedangkan aku punya jarak antar sodara, beda perlakuan saga rasa jg ga adil mba
DeleteMirip ortuku juga A ya harus A kaau enggak bisa di marahin dimanapun tempatnya. Akhirnya saya jadi anak yang penurut sampai detik ini. Saya jg punya adek yang jaraknya jauh banget dia gak di marahin dan gampang baperan hahahah tapi untungnya gak kurang ajar. Ternyata pengalaman pengasuhan orang tua kita bisa di jadikan pembelajaran supaya nantinya anak kita dapet haknya. TFS Mba salam kenal :)
ReplyDeleteHalo salam kenal jg.. ya seperti itulah kita yah 😄
DeleteKalau aku dulu suka melawan karena kesal sering dibanding-bandingkan dengan kakak hehehe :D
ReplyDeleteBanyak belajar nih baca tulisannya, salam kenal mbaa :)
Loh kok kita sama hehe..
DeleteBerarti aku bener dunk ya.. aku ibu yg suka marahin anak wkwk
ReplyDeleteWkwkwkwk.. marahlah pd tempatnya ya mak
Deleteiya tu anak kepengen di jewer tilinganya kali heheheh.
ReplyDeletetrmksih infonya mbk. kalu ada waktu mmpir mbk di tempat kami heheheh
Jangan dijewer bsa budek kuping anak pak -_-"
Deletehmm... gitu ya. perlu terus belajar jadi ortu nih :)
ReplyDeleteSama2 belajar ya mba 😅
DeleteYa kayak kita ini, jadinya dibebasin sampe hilang arah :)
ReplyDeleteWew
Deleteberikan pelukan... secara psikologi akan mempererat hubungan batin orang tua dan anak
ReplyDeleteBetul pak.. aku jg kyk gtu
DeleteAnak perlu ..dimarahi ya..mba.., marah arti sayang..cuma caranya juga meski tepat..
ReplyDeleteBetul sekali jgn asal marah mbak
DeleteAnak yang suka melawan orang tua bisa jadi semacam pemberontakan ingin didengar suaranya, ya
ReplyDelete