Karena lamanya penjajah datang ke
Indonesia, hal ini membuat pejuang-pejuang kita bermunculan dari seluruh
pelosok negri, mempertahankan tanah air tercinta agar tidak jatuh ke tangan
penjajah, bangga? Sangat! MERDEKA.
Pejuang Indonesia nggak pernah mengenal
jenis kelamin, mau laki atau perempuan semuanya turun dan bersatu padu
memperjuangkan kemerdekaan. Sudah selayaknya sebagai orang yang sudah merdeka
kita jangan melupakan pengorbanan mereka terhadap bangsa ini. Walaupun kata
kamu kita belum merdeka karena masih banyak yang miskin, yaa.. seenggaknya kita
nggak miskin ditangan penjajah yang tiap hari nenteng-nenteng senjata.
Kita mengenal banyak pahlawan perempuan,
Cut Nyak Dien dari Aceh, Kartini dari Jepara, Dewi Sartika dari Jawa Barat, dan
ada nih pahlawan perempuan dari Indonesia Timur namanya Christina Martha
Tiahahu. Kalau kamu ke Ambon, monumennya berdiri kokoh di atas perbukitan
daerah Karang Panjang. Dan monumen Christina ini juga suka dijadikan tempat
nongkrong anak-anak muda di Ambon, selain viewnya yang langsung menghadap Laut
Banda, daerah Karpan ini sejuk banget karena banyak sekali pepohonan rimbun.
Serunya, kalau lagi duduk di tugu Christina ini kita bisa lihat kota Ambon
keseluruhan, pemandangan yang kuereeeeen banget pokoknya. Ilang stress dan
segala beban yang kamu punya. Apalagi kalau malam, kilau kerlap kerlip lampu
kota Ambon, bikin meleleh litany. *tukan jadi baper T_T, Ya Allah moga saya
bisa jalan-jalan lagi ke Ambon, sehariii aja melepas rindu :D*
Tau ngambil foto ini gimana perjuangannya? Cuaca terik jam 11 siang, dengan tangan gemeteran nahan laper *beda hari ama foto2 dibawah* |
Siapakah
Christina?
Mengutip laman Wikipedia, inilah Christina itu. Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu Nusalaut
pada tanggal 4 Januari 1800 merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu
*kalau nggak salah Paulus Tiahahu ini raja* dan masih berusia 17 tahun ketika
mengikuti jejak ayahnya memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut. Pada waktu yang
sama Kapitan Pattimura sedang mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di
Saparua. Perlawanan di Saparua menjalar ke Nusalaut dan daerah sekitarnya. Anyway dari Nusalaut ke Saparua itu lumayan
ya jaraknya, nyebrang dulu pake kapal dari Saparua, walaupun masuk dalam
wilayah yang sama yaitu Maluku Tengah tapi ke sana butuh waktu kurang lebih 30
menit. Iya sih kalau di peta emang deket, tapi sebenernya lumayan loh wkwk..
Ini waktu cuaca mendung, kesini waktu bareng sama mertua yang kunjungan ke Ambon |
Lanjut ya, pada waktu itu
sebagian pasukan rakyat bersama para Raja dan Patih bergerak ke Saparua untuk
membantu perjuangan Kapitan Pattimura sehingga tindakan Belanda yang akan
mengambil alih Benteng Beverwijk luput dari perhatian.
Guru Soselissa yang memihak
Belanda melakukan kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan
menyerah kepada Belanda. Tanggal 10 Oktober 1817 Benteng Beverwijk jatuh ke
tangan Belanda tanpa perlawanan.
Sementara di Saparua pertempuran
demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin berkurangnya persediaan peluru
dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Di antarapasukan itu
terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para Raja dan Patih dari
Nusalaut.
Beautiful Ambon :-* ketutupan pohon, kalau nggak liat deh hamparan laut yang keceh badai |
Tanggal 11 Oktober 1817 pasukan
Belanda dibawah pimpinan Richemont bergerak ke Ulath, namun berhasil dipukul
mundur oleh pasukan rakyat. Dengan kekuatan 100 orang prajurit, Meyer beserta
Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali, korban berjatuhan di
kedua belah pihak.
Dalam pertempuran ini Richemont
tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan di tanjakan Negeri Ouw. Dari
segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak sorai pasukan bercakalele,
teriakan yang menggigilkan memecah udara dan membuat bulu roma berdiri.
Di tengah keganasan pertempuran
itu muncul seorang gadis remaja bercakalele menantang peluru musuh. Dia adalah
putri Nusahalawano, Martha Christina Tiahahu, srikandi berambut panjang terurai
ke belakang dengan sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala. Tarian
Cakalele ini tarian khas Maluku, dimana orang-orangnya bertelanjang dada dengan
membawa parang atau salawaku di tangan kanan dan perisai di tangan kiri,
biasanya mereka juga pakai ikat kepala sebagai tanda perjuangan. Kalau ada
acara-acara besar, tarian Cakalele kerap ditampilkan. Dengan diiringi tabuhan
gendang mereka menari dan bersorak. Heroik sih aku lihatnya. :D, tapi di
beberapa tempat juga di Maluku tarian cakalele ga sepenuhnya telanjangan dada.
Walah... kok ya pas foto bareng-bareng gambarnya cerah :D |
Dengan mendampingi sang Ayah dan
memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut untuk menghancurkan musuh, Chistina
memberi semangat kepada kaum perempuan dari Ulath dan Ouw untuk turut
mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran.
Baru di medan ini Belanda
berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran
semakin sengit katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer,
Vermeulen Kringer mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal
Eversten. Tanggal 12 Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum
terhadap pasukan rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu
hebat ini dengan lemparan batu, para Opsir Belanda menyadari bahwa persediaan
peluru pasukan rakyat telah habis.
Vermeulen Kringer memberi komando
untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan serangan dengan sangkur
terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan, seluruh negeri Ulath dan
Ouw diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan dirampok habis-habisan.
Martha Christina dan sang Ayah
serta beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke dalam kapal
Eversten. Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan
Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya.Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan
dijatuhi hukuman. Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martha
Christina Tiahahu dari hukuman, namun sang Ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap
dijatuhi hukuman mati. Mendengar keputusan tersebut, Martha Christina Tiahahu
memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun kuat yang
menandakan keharuan mendalam terhadap sang Ayah. Tiba-tiba Martha Christina
Tiahahu merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang
sudah tua, namun semua itu sia-sia.
Tanggal 16 Oktober 1817 Martha
Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng
Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya.
jual bunga bang? *dibuang sayang :p |
Martha Christina Tiahahu
mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian Martha
Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama
guru Soselissa.
Sepeninggal ayahnya, Martha
Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan berkeliaran seperti orang kehilangan
akal. Hal ini membuat kesehatannya terganggu.
Dalam suatu Operasi Pembersihan
pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya
tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan
secara paksa di perkebunan kopi. Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan
Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya
pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu
menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu
disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.
Berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969,
Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Buset dah bini gue -_-! Patungnya dimana, motretnya kemana -_-' |
Btw, Tugu Christina ini kan berdiri
kokoh ya menghadap laut Banda. Ini tuh ada filosofinya kenapa dibangun diatas
perbukitan dan menghadap kelaut. Jadi Christina muda berperang selalu bawa
tombak kemana-mana, dalam patung juga digambarkan, Chritina dalam keadaan
memegang tombak. Kemudian kenapa Christina menghadap lurus ke depan, ke arah
laut Banda? Itu karena jasadnya ditenggelamkan disana. Baca kan kisah mogok
makannya waktu mau dibawa ke Batavia diatas sebuah kapal? Nah, mungkin ketika
patung perunggu ini dibuat oleh pembuatnya yang saya nggak tau namanya *mungkin
ada yang bisa melengkapi di bagian komen*, Christina melihat ke arah laut
sebagai tanda penghormatannya ketika disemayamkan di laut Banda. Pada patung
juga dibuat Christina memakai ikat kepala dengan rambut berkibar mata garang. Heroik
banget, dan sebagai perempuan muda, patutlah semangatnya kita tiru. Horomate..
Menyambut
kemerdekaan 17 Agustus
Lagi
kangen Ambon-Menulis adalah theraphy menyembuhkan rindu
Horomate
: Hormat (bahasa Ambon)
Info sejarah : Wikipedia,
makasih sharingnya ,aku jadi tahu tentang beliau yang jd pahlawan bangsa
ReplyDeleteWalaaah, masak mba? Ga belajar po waktu sekolah?
Deletepatungnya keren banget deh
ReplyDeleteSekeren perjuangannya tentunya :D
DeletePengen banget ke Ambon lihat langsung patung Chritina Martha Tiahu ini. Aku pertama kali lihat wajahnya di poster pahlawan di dinding kelasku waktu SD dulu, dari situ aku sangat suka lihat fotonya yang menunjukkan sosok pemberani.
ReplyDeleteHayo mba main keAmbon, Ambon kota yang indah loh :D
DeleteAku pernah belajar sejarah mengenai pahlawan bangsa. Setahu aku di ambon ada tokoh christina martha tiahahu sama kapitan pattimura. Ngomong - ngomong aku jadi pengin deh pergi ke ambon
ReplyDeletenurazizahkim.blogspot.com
Hihihi..
DeleteWah masya Allah keren..
ReplyDeleteAisyah baru tahu sejarahnya, TFS kak.. ^^
Ya sama2 Aisyah ^^
Deletejadi ingat, jaman SD dulu selalu ada pertanyaan pahlawan perempuan dari Ambon, jawabannya ya Christina Tiahahu. Sekarang malah disuguhkan pemandangan dan kisah yang ciamik, jadi lebih mengenal sejarah
ReplyDeletenice info mbak :)
Yes, sama2 ya mbak
Deletepengen deh ke ambon melihat langsung suasana kotanya. jadi ingat jaman sd tentang para pahlawan. kl skr udah lupa lagi. makasi sdh mengingatkan kembali
ReplyDeleteHihihi.. ceritanya melawan lupa mba :D
DeletePas ke Ambon malah nggak sempat tuh foto fotoan di foto Christina Marta Tiahahu
ReplyDeleteSayang eee kaka..
DeleteDi masa lalu, banyak wanita Indonesia yang hebat. Salah satunya Christina Martha Tiahahu
ReplyDeleteBetul sekali bu :)
DeleteAmbon indah ya langitnya biru banget :)
ReplyDeleteCheers,
Dee - heydeerahma.com
Hehehe... :) begitulah Ambon, Indahnya tiada akhir
Delete