Banda Naira sebuah pulau kecil di tanah
Maluku *tepatnya Maluku Tengah* ini kaya akan sejarah, tapi sayangnya orang tidak banyak yang tahu hal
ini. Sumpah, kalo saya nggak tinggal di Ambon, saya nggak akan tahu Banda itu
dimana, ada apa saja disana, apa yang terjadi sebelumnya. Beruntunglah Allah
kasih kesempatan saya untuk menjelajah tanah Banda di tanggal 1 Juni *pas
banget ulang tahun saya* di tahun 2012, perjalanan seminggu sampai bolos-bolos kantor
ini nggak akan pernah bisa saya lupakan. Kesimpulan yang saya dapat setelah
mengunjungi Banda adalah, TIDAK ADA BANDA
TIDAK ADA INDONESIA.
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelum-sebelumnya
pada beberapa postingan tentang Banda, bahwa bangsa Eropa mengendus adanya
rempah-rempah yang nilainya lebih tinggi dari pada emas, mereka bahkan berupaya
memonopoli rempah-rempah agar benda tersebut bisa dimiliki seutuhnya. Berbagai
upaya pun dilakukan Belanda untuk mendapatkan rempah-rempah, mulai dari
memikirkan strategi perang sampai membunuh sebagian rakyat Banda. Nah sebab
Belanda ingin memonopoli pala dan cengkeh itulah membuat banyak sekali orang
Belanda datang ke Banda. Tidak dipungkiri, kita dapat melihat banyak bangunan
Belanda di setiap sudut kota Banda, bahkan bangunan tersebut berhadap-hadapan,
tau sendiri kan bangunan Belanda itu gimana khasnya. Punya banyak pilar,
pastinya warna putih dan bangunannya megah.
|
apakah sudah mirip none Belande :p |
Meriam-meriam peninggalan Belanda pun
dibiarkan menghiasi jalan-jalan Banda, Benteng, Gereja tua, semuanya dapat kita
lihat dengan jelas bahwa ini adalah peninggalan Belanda. Dan semuanya masih terawat
dengan baik di sana.
Peninggalan Belanda tak hanya itu, di
rumah budaya Banda kita dapat melihat dengan jelas apa maksud tujuan Belanda
datang kemari, disini kita bisa melihat benda-benda bersejarah peninggalan
Belanda. Ada lonceng tua, meriam, uang kuno, guci-guci, piring-piring kuno,
satu set sofa lengkap dengan gramofonnya. Yang entah masih bisa dipakai apa
nggak. Rumah budaya Banda ini pun berdiri dengan gaya kolonial yang apik.
Banyak sisi-sisi ruang yang bisa kamu pakai buat melengkapi media sosialmu
|
yang saya bingungkan, kenapa Gramofon diletakin di meja ruang tamu :D? foto by : Chandra kw |
|
piring-piring kuno peninggalan Belanda, foto by : Chandra kw |
Ada pula diorama singkat berupa lukisan
tentang pembantaian rakyat Banda oleh Belanda. Tapi sayang, rumah budaya ini
agak kurang tarawat, dan berdebu. Ada banyak barang-barang yang dibiarkan
begitu saja dan diletakkan seadanya, padahal bernilai historis tinggi. Yang saya takutkan, kalau ada
yang datang kemari terus iseng ngambil, nah.. kejadian deh barang berharga
milik rakyat Banda ilang. Nggak cuma itu, ada beberapa barang yang diberikan
info seadanya, sumpah banyak barang-barang yang akhirnya bikin saya
bertanya-tanya, ini apa dan ada dari tahun berapa, fungsinya apa. Mudah-mudahan
kedepan Banda lebih terperhatikan lagi dari sisi informasinya. Anyway, kebersihan
yang agak kurang dijaga ini tidak seimbang dengan biaya masuknya sebesar
Rp.20.000, maak.. mungkin karena Banda banyak didatangi warga asing, jadi untuk
turis lokal pun pukul rata. Muahal tenan T_T
|
ada mutiara, keris, uang kuno, postcard |
|
meriam tak berinfo :D, foto by :Glenn Wattimury |
|
Lihat senjata khas Belanda yang suka kita lihat di film-film jadul, foto by :Glenn Wattimury |
|
Nah sama, ini juga senjata, Foto by : Glenn Wattimury |
|
Aduh sayang itu nggak dikacain, kalo dicolong gimana T_T, foto by : Glenn Wattimury |
|
Ini sepertinya uang-uang jaman dulu dari beberapa negara, foto by : Glenn Wattimury |
Museum budaya Banda terletak di tengah
kota, dikelilingi bangunan-bangunan klasik ala Eropa membuat kita merasa, “Ih
ini ada di Maluku?” lokasinya bersebrangan dengan Delfika guest house, tempat
menginap sekaligus makan favorit saya selama di Banda tapi waktu saya di Banda
nginepnya di Delfika 2 lebih modern hehe.. Anyway di Banda nggak ada angkot ya,
bahkan mobil adalah barang mewah disana. Ya,.. jadi kalau mau puas mengelilingi
Banda, bisa sewa sepeda atau jalan kaki. Selamat menikmati Banda :)
|
Guci-guci yang berdebu |
|
Buset, loncengnya tua banget umurnya :-0 |
|
salah satu sudut museum, foto by : Chandra kw |
|
kalo yang kotak-kotak itu namanya uang nugget |
How
to Banda Naira?
Ada pesawat perintis dari Ambon dengan
harga tiket sekitar Rp.600.000 yang datang 1 pekan sekali, kalau naik pesawat
hanya kurleb 1 jam kurang, tapi siap-siap zikiran terus ya. Soalnya horror naik
pesawat baling-baling yang ngomong aja kudu teriak. Kalau kamu nggak punya
nyali, mending jangan naik ini.
Naik kapal dari Ambon dengan harga tiket
sekitar Rp.400.000an yang datangnya seminggu 3x. Tapi naik kapal harus rela
duduk selama 8 jam gengs. Dan perjalanan jauh ini harus bobok, yang pastinya
kamu beli tiket kelas 1 kalau pengen lebih privasi.
Siapa nama nona manis yang pakai topi dan masih langsinggg, lonceng sama nona manis aja , langsingan si nonaaaa :)
ReplyDeleteE lahdahlah bisa banget mujinya Erna :D
Deletesayang banget ya tempat bersejarah tidak terjaga dengan baik di banyak tempat. Semoga ada kesempatan pergi ke sana, sering mendengar namanya tapi tak tahu cerita di dalamnya ada apa di Banda Naira
ReplyDeleteMari pak, semoga ada kesempatan main kesini ya :)
DeleteBarang2nya kuno banget ya, musti dijaga dan dirawat dengan baik. Aset budaya yang harus tetap dilestarikan
ReplyDeleteHarus banget dilestarikan, soalnya ini aset anak cucu kita
DeleteKapan ya aku bisa jalan-jalan ke sini. Pesawat ke Indonesia timur mahal-mahal semua sih. Hiks...
ReplyDeleteNanti kalau ada promo tiket murah tak kasih tau ya..
DeleteHAH...uang Nugget??? Haha aku pikir cuma nama makanan doang nugget. Ternyata uang juga ada yg namanya nugget. Lucu ajah..
ReplyDeleteHehehe, iya nih pret :p
Deleteiyes.. ratu kupret hihihi....
Delete