Waktu kepindahan kami tinggal menghitung
hari, rasanya saya sedih sekali akan meninggalkan tanah raja-raja ini begitu
sebutan Maluku yang sering saya dengar. Mengingat waktu yang begitu mepet
rasanya ingin setiap hari jalan-jalan keliling Maluku menghabiskan waktu pada
setiap jengkalnya, mengenang setiap rasa yang pernah saya titipkan disini. Tapi
kan nggak mungkin ya bo hehe... *nulis beginian aja saya baper loh T_T* nah,
tetangga saya sepertinya punya feeling nih saya butuh jalan-jalan dan butuh
bahan tulisan tentunya wkwk.. jadi mereka pun kemudian mengajak kami untuk
pergi ke sebuah tempat. Jeng..jeng!
Tersebutlah Saparua, daerah ini pernah
menjadi pusat perlawanan pahlawan kita dari Timur Kapt.Pattimura dalam merebut
benteng Duurstede. Saya pun kemudian googling
ada apa aja potensi wisata di Saparua, ternyata banyak dan kayaknya nggak bisa
dihabiskan dalam waktu sehari :D, Oh ya, Saparua ini masuk di kepulauan Maluku Tengah-Maluku. Yes, salah satu pulau-pulau kecil di Maluku yang kaya akan potensi sumber daya alamnya yang kece badaaaai.
“Bagaimana kalau kita nginep? Soalnya
bawa anak kecil nih, takut dia cape” sahut teh Ambar, istri dari Mas Topan.
“Saya mah ngikut aja teh, nginep oke,
nggak nginep juga oke”
Anyway, ceritanya kepergian kita ke
Saparua ini dalam rangka reuni traveling, setelah sebelumnya kita (saya, mas
Topan, Teh Ambar, Chandra, dan Suami) pernah rame-rame juga pergi ke Banda
Naira 2011 silam. Mereka ini travelmate yang enak loh, hoby foto-foto, maniak
jalan, gila ngerumpi, hobby ngopi, sehati banget dah :D *woi geer dipuji-puji
dah*, Waktu ke Seram saya juga pergi bareng mereka tapi minus si teteh, karena
waktu itu sudah punya bayi. Kasian deh lo teh :p
“Sebenernya bisa sih nggak pake nginep,
pergi pagi, jalan seharian pulang sore. Tapi kata pak anu (sebut saja Bunga
bukan nama sebenernya) khawatir ombak. Yaa.. kita bisa kok pulang nggak
sore-sore amat untuk menghindari ombak”
“Ya masalahnya kita mau ke mana dulu,
itinerarynya aja belum tersusun rapi, het dah” sahut saya kesal.
“Ya udah ibu blogger, yang butuh tulisan
kan situ. Gih susun rencananya, kita ngikut aja” jadilah saya yang disuruh
susun-susun rencana ini itu, males nggak sih.
Yukk.. siap-siap berangkat |
Akhirnya disepakatilah kita pergi hari
sabtu, biar minggu bisa istirahat misalnya terpaksa pergi seharian atau misalnya
bakalan pulang minggu. Setelah packing
peralatan tempur, baju (karena khawatir nginep), snack, obat-obatan dan peralatan
lainnya, kami istirahat. Besoknya pagi-pagi sekali kami berangkat menuju
pelabuhan tulehu dijemput bang Pian supir langganan kami yang jago nge-rap,
tepat jam 8 kami sudah sampai di pelabuhan Tulehu dan bersiap berangkat, karena
jam 8.30 kapal akan pergi. Saya sudah takut aja tuh Naqib bakalan jetleg naik
kapal, eh ternyata enggak loh dia menikmati sekali ^^, loncat-loncat di kapal,
dan melihat pemandangan luar dimana air biru berkejaran digulung ombak. Alhamdulillah
kami sampai di Saparua satu jam kemudian. Naqib excited sekali, “Wiih bu, udah
sampe ya. Kita naik kapal tadi?” ya nak, ini pengalaman baru untuk kamu.
Wiii... lautnya biru bu... |
Setelah tiba di pelabuhan Haria, suami
saya, mas Topan dan Chandra langsung bernegosiasi mencari supir yang akan
membawa kita keliling Saparua, akhirnya dengan 600k kami bisa keliling Saparua
sepuasnya, dan pakai request.
Destinasi pertama yang akan kita
kunjungi adalah benteng Duurstede, sebelumnya kami memesan makan siang dulu di
sekitar lokasi benteng, agar nanti selepas keliling benteng, nasi sudah matang
dan bisa lanjut ke destinasi lain.
Alhamdulillah sampai di Haria |
Saparua sumpah panas hari itu, tapi saya
bersyukur, saya bisa dapat hasil foto yang maksimal gila keren, karena cuaca
cerah kan bisa bikin hasil foto jadi oke. Tapi ya itu saya harus rela
berpanas-panas difotoin.
Menjejak kaki di benteng Duurstede
seolah fikiran saya melayang pada beratus tahun silam ketika Kapiten Pattimura
merebut benteng ini dari Belanda, kebayang keringat, air mata dan dan darah
mereka untuk bangsa ini T_T, saya melihat benteng Duurstede ini seperti tidak
terawat, penuh ilalang yang seharusnya sudah dipotong tapi tidak kunjung
terpotong. Jadi karena ilalang yang meninggi itulah saya tidak bisa melihat
beberapa bagian dari isi benteng ini. Untuk masuk, kita dikenakan biaya
retribusi seikhlasnya. Sayang banget kalau saya bilang, karena di belakang
benteng ini kita bisa melihat teluk Saparua yang menawan, sungguh bersih banget
airnya, pasirnya saya rasa selembut bedak bayi deh itu sangking halusnya.
Ombaknya tenang, udaranya sejuk. Nilainya sempurna banget untuk ngilangin
stress.
Gilaaak... rasanya pengen tinggal di pinggir pantai kalau pantainya bening kayak gini |
Naqib plis deh, baju kamu tuh :D |
Puas mengelilingi benteng kami mengambil
makan siang yang sudah kami pesan sebelumnya, lalu perjalanan dilanjutkan
menuju desa kulur, disini kami singgah di Pantai pasir putih kulur untuk makan
siang, pantai ini sebenernya bukan destinasi wisata, cuma karena letaknya di
pinggir jalan dan mudah untuk mobil singgah jadi kami mampir kesini. Karena
kata supir yang membawa kami, di pantai ini bisa untuk senorkelingan juga
diving. Tapi sayang pantai ini seperti tak terawat, karena banyak sampah. Daun-daun
berserakan, ranting pohon tak jelas rimbanya, sampai saya bingung mau cari spot
foto yang bersih dimana ya, ya iyalah bukan tempat wisata kok. Tapi beneran,
disini airnya bersiiih, pasirnya putih, indah, sayang kotor. Dan anak-anak
tetep aja anak-anak, kak Aby dan Naqib asyik main pasir dan air laut nggak
perduli pasirnya banyak daun juga ranting.
Seger banget makan di tepi pantai kayak gini :D, pict by : mas Topan |
Pantainya bersih sayang kurang terawat T_T |
Sekali-kali foto berdua :p, abaikan yang dibelakang |
Nah puas menemani Naqib dan kak Aby main
pasir juga menunggu mas Topan selesai senorkeling (kata mas Topan, “Giling,
ombaknya dahsyat. Tapi spot bawah lautnya keren”) kami berbenah untuk
melanjutkan perjalanan kembali, kali ini kami menuju sebuah destinasi
tersembunyi. Kenapa tersembunyi, soalnya hanya orang Saparua yang tau lokasi
wisata ini hahaha.. tidak ada penunjuk lokasi, jadi kesini hanya berdasarkan
feeling :D, kocak.
Untuk menuju tempat wisata ini kami harus berjalan kaki kira-kira 200 meter
hingga jalan tak lagi ada alias mentok, ditempat itulah lokasi wisata itu
berada, penasaran? Tempat wisata ini bernama Goa 7 putri kulur, di dalam goa
ini terdapat sumber mata air yang airnya pun tak bisa habis walaupun musim
kemarau sekalipun, sumber mata air ini bening, walaupun dipakai nyuci airnya
tetap saja bening. Ealah dasar bapak-bapak nggak bisa lihat air, nemu goa
inipun mereka nyebur lagi, padahal baru juga naik dari pantai T_T.. alhasil
kami emak-emak menunggu dengan rasa bosan -_-‘, okelah daripada bête mending
kita ngemil di mobil.
cape deeeh... pict by : Mas Topan |
Ini air di dalam goa 7 putri Kulur, bening ya? pict by : Mas Topan |
Dan, karena waktu yang semakin mepet,
perjalanan pun dilanjutkan kembali, travelling singkat tapi seru. Sore ini kami
akan mengunjungi kediaman rumah kecil Kapt Pattimura, rumah ini terletak di
Haria. Untuk menuju ke rumah ini kami melewati Pantai Waisisil, konon katanya
disinilah terjadi pertempuran Pattimura dengan tentara belanda dan banyak
sekali korban berjatuhan sehingga warna air lautnya berubah menjadi merah sebab
darah yang tertumpah. Dan kata penduduk Saparua, setiap tanggal 15 Mei, pantai
ini berubah menjadi merah darah, jalanan sepanjang pantai Waisisil ini juga ditutup.
Misteri yang tak terungkap sampai sekarang, kenapa bisa demikian. Percaya nggak
percaya tapi memang demikian yang terjadi, coba deh kalian googling ’15 Mei
Saparua’ pasti nemu cerita ini.
pantai ini setiap tanggal 15 Mei berwarna merah darah |
Tak jauh dari pantai Waisisil inilah
rumah Pattimura berada, rumah sederhana yang terbuat dari kayu dimana pada
bagian depan terdapat beberapa poster yang menggambarkan Kapt. Pattimura di
uang pecahan Rp.1000. Rumah ini terkunci, mungkin pemiliknya sedang tertidur.
Kemudian supir kami mengetuk pintu dan memanggil pemilik rumah, sementara warga
sekitar ramai melihat kami dengan pandangan “Wih, ada tamu” malu ih diliatin
gitu, berasa seleb wkwk.. tak lama pintu terbuka, pemiliknya menyembul dan
keluarlah seekor anjing yang besar. Horor! Konon kabarnya si bapak yang bernaman Franky ini adalah
keturunan Pattimura. Nah saya bingung nih, bapak ini mengaku turunan Pattimura
tapi yang saya tau Pattimura nggak menikah, lalu maksudanya turunan ini gimana
ya? :D oh mungkin keluarganya. Kata pemiliknya rumah peninggalan Pattimura ini
hanya beberapa kali mengalami renovasi, di bagian atap yang sering terkena
angin pada saat hujan, di bagian dinding juga ada. Tapi secara bentuk, rumah
Pattimura tidak pernah dirombak. Tetap seperti itu dari Pattimura kecil sampai
ia meninggal dan berganti kepemilikan keluarga.
kain yang di dalam kaca itu, ikat kepala yang dipakai Pattimura saat berperang dulu |
Rumah Pattimura di Haria |
Di dalam rumah ini, kita bisa melihat
silsilah Pattimura, foto-foto orang yang pernah kesini. Ada pula parang dan
selendang Pattimura yang pernah dipakainya saat berperang dulu. Oh ya, ada juga
surat dari Belanda untuk Pattimura, saya nggak ngerti tulisannya apa. Secara
itu sudah beratus tahun yang lalu dan tau sendiri tulisan orang-orang jaman
dulu, tegak bersambung, susah dibaca.
markipul.. mari kita pulang, foto by : mas Topan, bayangin kita naik kapal ini menembus ombak |
Selepas berkeliling, kami memutuskan
pulang, karena hari sudah sangat sore. Sebetulnya ini adalah hal yang nekat,
karena sore hari adalah waktu yang sangat fatal untuk pulang, mengingat ombak
akan sangat tinggi semakin sore. Dan bener aja, belum juga 10 menit jalan,
kapal sudah turun naik di atas laut, dihajar ombak. ‘bung…bung….bung…’ turun
naik itu kapal kecil. Saya nggak berhenti zikir, Naqib nangis jejeritan, dan
yang lainnya pasrah. Yang nggak pasrah kayaknya Aby sama mas Topan secara dia
asyik teriak-teriak dan nyanyi-nyanyi *doh*, malah saya sempet banget
divideoin, doi merekam muka saya yang ketakutan, asem tenan!
Yang ada dikepala saya cuma satu saat
itu, kalau kapal ini tenggelem saya mati bareng-bareng anak sama suami, adil :D
nggak ada yang cari-carian lagi. Mana kita nggak pakai livefest, sumpah ini menegangkan, lebih tegang daripada nonton horror
atau naik pesawat yang turbulensi. Selama di laut, yang saya liat hanya lautan
luas membentang, ini kalau tenggelem saya kudu pegangan sama siapa? T_T weslah
pasrah sepasrah pasrahnya, Alhamdulillah 2 jam terlalui dengan lutut gemetar
dan sakit perut tak tertahankan. Pulang dari Saparua kami mampir ke rumah
Kepala Seksi tempat suami dan teman-temannya ngantor, lumayan ngilangin cape
dan minum tah panas. Setelah itu kami pulang dan makan malam di Poka. Ini
traveling yang luar biasa sebelum saya pindah. Danke Saparua!
Alhamdulillah sampai juga di Ambon T_T.. |
Bagaimana
menuju Saparua?
Dari Ambon pergi ke pelabuhan Tulehu,
sekitar 1 jam dari kota Ambon. Sewa mobil 200rb, kalau naik angkot beda lagi ya
boo harganya, tentu saja lebih murah, tapi berhenti-berhentinya itu bikin males
Naik
kapal cepat jam 8.30 atau siang jam 13.00, harganya
:
Vip : Rp.160.000 *pakai AC dan full music, yang jelas nyaman karena
nggak ada orang ngerokok. Dan duduknya diatas jadi nggak kerasa banget ombaknya*
Eko : Rp.65.000 *panas, sempit, campur
ama tukang dagang, kadang nggak ada hiburan), Anyway, Dewasa dan anak sama aja
ya harganya, kecuali bayi :p
Antara Tulehu dan Haria kira-kira 45
menit
Sewa
mobil selama di Saparua : Rp.600.000, seharian untuk
keliling Saparua dan bisa Request, pengen main kemana aja, beneran dianterin.
Orang Ambon baik-baik kok, santai. Sore bisa pulang sekitar jam 4, tapi nggak
ada kapal cepat ya, kalau mau naik kapal cepat bisa nunggu besok pagi, iyes..
kudu nginep kamunya. Kalau mau pulang hari itu juga bisa sewa speed dengan
bayar Rp.500.000 tapi resiko dengan adanya ombak yang bikin spot jantung. Dan
lama perjalanan yang masya Allah kayak nggak ada akhirnya. Buat kamu yang ciut
petualangan mending nunggu besok pagi daripada mati jantungan di laut :p
Saran
saya
Kalau mau ke Saparua, mending rombongan.
Karena kalau sendirian kerasa banget ongkosnya. Enak rame-rame bisa patungan.
Tapi beneran nggak rugi main ke Saparua, negrinya indah, damai, sejuk dan kaya
akan sejarah. Selamat liburan gengs!!
Ehh sudah bisa komen ding hehehe nampaknya internet saya yang lagi kacau ha ha ha..
ReplyDeleteDuh itu pantainya bening bangett, belum keturutan pergi ke Maluku dan sekitarnya, katanya pantai-2 nya bagus
Sangat2 indah pantai2 di Maluku mba. Semoga someday bisa kesini ya :)
DeleteLihat bajumu yang pink gonjreng dengan background pantai biru putih gitu bagus juga yaa buat foto. Aku butuh baju pink juga deh buat ke pantai. Hahahah
ReplyDeleteMasalahnya di Jakarta ada pantai sekeren ini nggak *eh
DeleteBeruntungnya dirimu mbak punya kesempatan tinggal di sana :D
ReplyDeleteWah rumah Pattimura masih terawat gtu ya? Keren.
Akuy penasaran soal yg pantai berubah jd merah ituuu.
Moga2 kelak bisa ke sana jg, mau liat jg peninggalan sejarah dan tentu aja pemandangan alam di sana TFS
Yes.. main yuk ke Ambon
Deletememang indonesia itu kaya akan kebudayaan, kearifan lokal, alam yg indah
ReplyDeleteIya, beruntung tinggal di Indonesia :)
DeletePantainya bening. Bikin mau nyelem. Saparua keren!
ReplyDeleteIyes, Saparua emang keren bngt :D
DeleteWow, cantik banget pantaaainya, ajakin akuh ya Nda :)
ReplyDeleteAyo sini main ke Ambon :) nti diajak jalan2 ke Saparua
Deleteaku baca pas perjalanan ulangnya ikutan deg deg an mba... gitu tuh, paling sebel kalo naik boat ato apapun yg menyangkut penyebangan laut/sungai, trs para penumpang ga diksh pelampung, kalo ada apa2 aja, kelar deh hidup -__- .. mana aku jg ga bisa berenang...
ReplyDeletetapi ngebayangin kotanya aku jg pgn banget mba kesana... blm jadi2 nih mau ke timur Indonesia
Ayo mba, kalo mau ke Timur calling aku ya.. aku juga kangen Ambon nih
DeleteDulu aku pernah hampir ditugasin dinas ke Maluku, cuma gak jadi hiks. View pantainya bikin mupeng yaa
ReplyDeleteMinta tugas lagi aja sama bosnya hehe
DeleteKayaknya air di goa adem banget. Kok bisa ya tetap bening.
ReplyDeleteItulah kuasa Allah mba :)
DeleteWaahh melihat saksi bisu sejarah yaa. Padahal kakek moyang saya orang maluku tapi belum pernah menginjakkan kaki kesana. Pantainya sangat indah yaa
ReplyDeleteNaaah, coba sekali-kali main ke Maluku ^^
DeleteWuih... Keren ceritanya. Berasa saya yg melancong
ReplyDeleteWkwkwkwk... makasih
DeleteSaparua memang kece ya. Itu pantainya keren banget. Keliahatan pasirnya putih banget!
ReplyDelete^^, hayolah main ke sini
Deletefotonya baguus bangeeett mbak pantainya. ya ampun, pantainya putih begitu. >,< jadi pengen kesana
ReplyDeleteHayo mba kesini, mumpung masih muda ^^
DeleteWah bagus" ya tempat wisata di sana. Sayang Maluku jauh banget dari Bengkulu hehe
ReplyDeleteDeket mba klo banyak duit hehehe...
Delete