Sebelumnya saya
mohon maaf banget untuk para produsen dan konsumen minyak jelantah, jika saya
mengupas ini di blog, tapi demi alasan kesehatan dan demi mendukung program
pemerintah untuk mewujudkan bonus demografi di tahun 2025 saya seperti merasa
terpanggil untuk mengupas ini di blog saya. Intinya demi Indonesia yang lebih
baik dari segi kesehatan.
Sebelumnya, apa
itu bonus demografi? Bonus demografi
adalah jumlah usia angkatan kerja dngan usia 15-64 tahun yang mencapai 70%
sedangkan 30% penduduknya adalah usia yang tidak produktif lagi yaitu usia 14
tahun kebawah dan usia di atas 65 tahun. Dengan banyaknya anak-anak muda yang
sangat produktif ini diharapkan bisa membangun Indonesia kedepan dengan sangat
baik.
Nah untuk
menunjang terciptanya bonus demografi ini, banyak sekali upaya yang harus kita
lakukan sebagai penduduk Indonesia, Karena pemerintah tentu saja tidak bisa
menangani anak Indonesia satu-satu. Salah satu upaya termudah penduduk
Indonesia mewujudkan anak-anak cerdas misalnya pemberian makanan yang baik agar
anak tidak malnutrisi, komposisi dan bahan makanan yang baik pula, perbanyak
makan buah dan sayur, kurangi makan yang goreng-gorengan. Sebab dengan menjaga
pola makan, kita juga akan terhindar dari penyakit degeneratif, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh pola hidup kita sendiri.
Penyakit-penyakit
degeneratif ini nggak menular tapi sangat berbahaya dan bisa menimbulkan
kematian jika terus dibiarkan, selain itu penyakit degenratif tidak hanya
menyerang orangtua tapi juga kalangan anak-anak dan dewasa. Makannya, sayang
banget ya, diusia produktif yang seharusnya kita bisa membuat sesuatu perubahan
di Indonesia, eh malah sakit. Untuk itu, perlu kesadaran yang sangat tinggi
untuk mengubah gaya hidup dan pola makan.
Penyakit degeratif seperti apa contohnya?
Misal kanker,
jantung, autoimun, diabetes, osteoporosis, ini kan penyakit-penyakit berbahaya
semua ya, penyakit-penyakit ini sebenernya nggak akan bisa menyerang, kalau
kita terbiasa melakukan banyak hal, misalnya makan sayur dengan porsi lebih
banyak daripada nasi, ngemil buah bukan junkfood, olahraga, tidur cukup, minum
yang banyak dan terutama nggak keseringan makan-makanan yang digoreng. Makan
gorengan yang dimasak sendiri aja kadang berbahaya, apalagi yang beli di jalan.
Nah parahnya lagi, minyak goreng yang dijual di jalanan itu pakai minyak
jelantah. Ini minyak yang sangat-sangat saya hindari, walaupun harganya sangat
murah dibanding minyak biasa, apa sebab?
Minyak jelantah
Semua orang juga
tau kalau minyak jelantah adalah minyak yang diolah lagi dari sisa pemakaian
rumah tangga, paling banyak sih minyak-minyak ini diambil dari pemakaian di
hotel-hotel atau rumah makan. Kemudian minyak ini diolah kembali agar menjadi
bening dan siap dipasarkan kembali, mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan
minyak sehat yang bermerek aja berbahaya dan beresiko jika keseringan, apalagi
pakai minyak jelantah yang kita tidak tau dari mana sumbernya dan bagaimana
pengolahannya.
Kemudian saya
jadi iseng menerka-nerka nih, asal mula minyak jelantah ini dari mana ya
kira-kira asal mulanya. Oke mari kita telusuri, mungkin Minyak jelantah itu :
- Nggak tau bekas
goreng apa
Jadi minyak jelantah itu kan minyak yang diolah lagi,
kita nggak tau yang bikin minyak jelantah ini ngambil dari rumah makan mana
atau dari hotel mana. Bersih apa nggak proses pengolahannya, misalnya aja bekas
goreng ikan atau ayam, masih mending baunya enak, ndilalah coba bayangkan
misalnya bekas goreng jengkol atau pete haha atau minyaknya sudah untuk
menggoreng beberapa kali pakai misalnya. Wii… ini berbahaya pakai banget untuk
jantung ya.
- Nggak tau halal
apa nggak
Kita nggak akan pernah tau, minyak jelantah yang kita
beli halal apa nggak, misalnya saja diambil dari rumah makan China, dimana
banyak menyajikan makanan tidak halal. Bisa saja habis menggoreng sosis yang
terbuat dari daging babi, bagi umat muslim walaupun tidak mengkonsumsi secara
langsung bentuk dagingnya, tapi tercampur sedikit saja itu diharamkan. Sayang
banget kan dalam tubuh kita tercampur makanan tidak halal. Kalau yang beli
minyaknya non muslim sih nggak masalah ya, tapi kalau kita yang muslim gimana??
- Nggak tau dicampur
apa
Minyak jelantah yang sudah menghitam atau
berkali-kali penggorengan di rumah-rumah makan kemudian ditampung untuk
kemudian diolah kembali agar bersih . Nah kamu tau nggak proses pemurniannya
gimana? Katanya sih minyak tersebut dicampur kaporit biar kembali bening,
wiii.. udah minyak bekas, bekas goreng berkali-kali, dicampur kaporit pula,
makin-makin deh nggak sehatnya. Masih mau nih mengkonsumsi minyak bekas?
- Nggak tau sama si
mantan sudah dipakai berapa kali :D
Sebelum diedarkan di pasaran, tentunya minyak
jelantah ini dipakai dulu kan sama yang punya, lalu kalau ada sisa ditampung
terus dibersihkan lagi dan kemudian dipasarkan. Nah, apa kita tahu, minyak
jelantah yang kita beli di pasar itu sudah dipakai berapa kali? Mungkin kita
pikir minyak tersebut hanya dipakai sekali, mana tau kalau minyak jelantah
dipakai berkali-kali lalu dibersihkan dan kemudian dipasarkan. Minyak dipakai dua
kali aja sisanya nggak boleh dipakai lagi, apalagi yang dipakai berkali-kali.
Doh.. karena minyak yang sudah dipanaskan berkali-kali akan mengalami oksidasi
sehingga yang tersisa adalah lemak jemu dan dapat meningkatkan kolesterol dalam
darah. Ini kemudian yang menyebabkan penyakit jantung kororner atau stroke
terjadi.
Gilaaa.... itu minyak gorengnya njijiki banget, pantes angka kematian degeneratif tinggi di Indonesia, sumber : metrotempo |
Apa bahayanya jika kita masih menggunakan minyak
jelantah?
Minyak kelapa
sebetulnya bagus, karena pastinya mengandung lemak tidak jemu, beberapa juga
terdapat vitamin A, D, E dan K. Tapi jika terus dipanaskan, kandungan vitamin
akan menurun yang tersisa adalah lemak jemu yang bisa menyebabkan penyakit
seperti jantung koroner dan stroke. Selain itu minyak yang berkali-kali dipakai
mempunyai kandungan karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Bagi
ibu-ibu yang memasak pakai minyak jelantah dan memiliki anak tumbuh kembang,
dapat menyebabkan penurunan daya tangkap dan daya ingat. Ya karena minyak yang
dikonsumsi bisa menyumbat otak.
Inilah awal mula
penyebab penyakit degenertif muncul di Indonesia, bisa jadi karena minyak
jelantah yang sering kita konsumsi. Angka kematian meningkat menyerang generasi
muda, akan amat disayangkan jika angka produktif yang digadang-gadang
pemerintah banyak muncul di tahun 2025 akan menurun sebab kelalaian orangtua
dalam mengolah makanan, dan yang fatalnya dalam membeli minyak goreng. Ini
contoh kasus kecil loh, kenapa angka kematian akibat penyakit degeneratif
tinggi di Indonesia, masih banyak hal lain yang sebenernya kelalaian kita sendiri
tapi kita nggak sadar. Nah mumpung kalian baca tulisan ini saya sadarin deh :D
Bagaimana cara membedakan minyak jelantah dan minyak
curah?
Gampang aja sih
sebenernya, kalau minyak jelantah wujudnya sudah agak padat dan kentalnya
mengecewakan :D, lengket dan kalau diminum itu bisa membuat tenggorokan sakit.
Sedangkan minyak curah ya biasa aja, diminum nggak menimbulkan sakit
tenggorokan, rasanya juga cair tidak kental seperti minyak jelantah. Dan yang
pasti minyak curah bermerek, sedangkan minyak jelantah mah enggak ya dijual di
plastikan.
So.. apakah kita
sudah aware dengan gorengan-gorengan
yang ada di sekitar kita, itu loh yang dijual-jual di pinggir jalan? Nah suka
lihat kan tukang gorengan ngegoreng ampe minyaknya iteeeem banget, ngeri banget
ya. Udah dipinggir jalan, kena debu, minyaknya item, pakai minyak jelantah
lagi, wiiihh komplit kandungan penyakitnya, so.. silahkan menikmati penyakit oleh
ulah kita sendiri gengs!
Ya ampun aku baru tahu kalau minyak jelantah itu minyak bekas menggoreng yang diolah lagi. Kupikir itu minyak bekas kita goreng-goreng aja yang disebut minyak jelantah. Trus itu yang dijual per jirigen memang pasti minyak jelantah ya? Kali aja minyak biasa tapi nggak ada merknya
ReplyDeleteNah bahaya banget kan, sebab ketidaktahuan kita. Jadi kalau minyak2 yg dijual dari pabrik sudah jelas mba bermerek, kalau ga bermerek perlu diwaspadai
DeleteMengkonsumsi makanan dyang digoreng menggunakan minyak jelanta efek ringannya tenggorokan berasa kurang enak. Memang penting banget nih ada edokasi tentang minyak jelanta seperti ini
ReplyDeleteHuum, bisa bikin panas dalem selain itu
Deletemba, makasih infonya. Aku baru tau klo osteoporosis termasuk penyakit degeneratif. Duh mudah2an bisa lebih waspada lagi dalam pemakaian minyak
ReplyDeleteIya kan nggak menular mba
DeleteSeremmmmmmmm, semoga kita sehat selalu ya mba ;) tfs
ReplyDeleteAmiiiiin....
Deletewa, ini ni yang ga bisa kita kontrol, itu minyak jelantah..serem mak
ReplyDeleteTakut kan, makannya stop makan gorengan
Delete