Ini sebenernya
perjalanan lama saya ditahun 2011, waktu kami berdua masih langsing belum
punya Naqib dan masih menikmati masa-masa jadi pengantin baru, kira-kira saya
baru setengah tahun lebih sebulan menikah dan belum hamil. Dan perjalanan ini
adalah hadiah ulang tahun saya, karena kami pergi pas saya ulang tahun ke 25
*konon katanya sih begitu haha*.
Jadi waktu saya
lagi ngegosok, suami saya tiba-tiba bilang, “Hayo kita ke Banda”
“Banda?” pikiran
saya langsung pergi ke Aceh, saya pikir Banda Aceh. Kok ya jauh banget ngajak
travelling :D
“Banda Aceh?”
“Bukan, Banda
Naira”
“Itu dimana?”
“Di Maluku
Tengah”
“Emang disana
ada apaan aja sih? Emang disana bagus apa?”
“Coba nayang
buka google, awal mula Indonesia di jajah ya dari Banda ini.”
“Emang disana
ada apa, sampai Indonesia di jajah gara-gara Banda.”
“Pokoknya nanti
kita pergi ya, biar tau disana ada apa aja” ah paling nggak asyik, begitu pikir
saya. Dulu, saya belum seutuhnya jadi blogger, jadi diajak jalan-jalan ya udah
ayo aja, nggak excited banget kayak sekarang, jalan-jalan pengen nambah isi
blog.
Singkat cerita,
tibalah pada hari H, kami pergi ber-5, saya, suami, mas Topan, Chandra dan
istrinya Teh Ambar, *cowok-cowok ini satu kantor dengan suami*, saat itu cuaca
buruk sedang menghantui Ambon. Biasa Ambon itu kalau hujan nggak inget waktu,
bisa seharian, bahkan bisa 2 hari nggak pakai jeda. Jadi ketika kami pergi hari
itu, cuaca sedang buruk-buruknya, dan parahnya kami berangkat dengan pesawat
perintis. Tau kan pesawat perintis, dimana pilotnya kelihatan ketika
mengendarai pesawat, dan nggak ada pramugari seksi membagikan makanan. Duduknya
pun diatur untuk menyeimbangkan pesawat, nggak ada kamar kecil dan nggak boleh
jalan-jalan di koridor pesawat. Ini perjalanan ter-horor saya selama hidup
wkwk… Namun, inilah petualangan. hadapi, kalau tidak kamu tidak akan punya
cerita.
Kurang lebih 45
menit kami terbang dan akhirnya mendarat di Bandar Udara Banda Naira dalam
keadaan pesawat tertiup angin, dan kami turun tak seimbang, bayangin aja betapa
horornya perjalanan kami. Alhamdulillah saat tiba di Banda, cuaca baik, aroma
manjah, dan aman untuk jalan-jalan. FYI, penerbangan hanya ada 3 hari sekali di
Banda, entah sekarang. Jadi kalau mau ke Banda harus tau jadwal terbangnya
kapan, karena bisa dipastikan bandara akan tutup jika tidak ada jadwal
penerbangan, wkwk.. ya maklum, Naira hanya daerah kecil di Maluku Tengah sana.
Begitu sampai,
mas Topan bertanya pada pihak Bandara apakah mereka menyediakan kendaraan untuk
sampai di penginapan, ternyata ada dan Alhamdulillah kami semua naik motor :D
eaa.. jadilah dari Bandara kami mengendarai motor sampai penginapan, Delfika
namanya. Penginapan sekelas hostel ini saya bilang bagus, kamarnya rapi, bersih
dan eksotisnya langsung menghadap gunung api Banda. Uedyaan, dari atas pun kami
dapat melihat betapa jernihnya laut Banda. Rasa lelah dan trauma naik pesawat
limbung pun terlupakan karena kami langsung terpukau keindahan perairan Banda
yang bening.
wkwkwk... barang-barang kami diangkut dengan gerobak, foto by : Chandra kw |
Kericuhan pun
terjadi saat pembagian kamar, karena Chandra jomblo sendirian, ya sudahlah kami
gagal tidur berdua-dua, karena nanti yang ada si Chandra bakalan tidur
sendirian, demi jiwa pertemanan maka kami mengalah, saya tidur dengan si teteh
dan laki-laki tidur bertiga.
Langsung jalan-jalan
Demi menuntaskan
dahaga tentang Banda, kami pun langsung melipir keluar ketika baru saja sampai
di Banda, kebetulan kami sampai siang dan belum makan, maka kami pergi menuju
tengah kota. Jangan dibayangkan tengah kota gemerlapnya seperti apa, tetap di
Banda kamu nggak akan menemukan kendaraan roda empat seliweran, karena penduduk
di kota ini hanya menggunakan kaki atau motor sebagai moda transportasi. Iya,
kemana-mana deket, jadi buat apa pakai kendaraan :D lebih sehat juga jalan
kaki.
Makan siang di Delfika kota, pict by : Chandra KW |
Di Banda, kami
masih bisa melihat banyak rumah-rumah khas Belanda yang tidak digantikan dengan
rumah bata masa kini. Penduduknya pun tidak mempunyai raut wajah yang khas
seperti masyarakat Timur kebanyakan, suami saya bilang “Di Banda ini kamu nggak
akan ketemu muka-muka khas Maluku” Nggak percaya dong, dan baru percaya setelah
turun langsung ke lapangan. Belakangan saya baru tau, apa yang menyebabkan
mereka tidak lagi mempunyai wajah yang khas seperti orang-orang Timur, ini
dikarenakan pembantaian besar-besaran Belanda terhadap nenek moyang mereka,
mereka tidak ingin ada orang Banda Asli di Banda Naira. Sebagian besar dibunuh,
sebagian besar lagi melarikan diri ke pulau-pulau di seputar Maluku. Setelah
Belanda yakin Naira kosong, mereka mendatangkan orang-orang dari luar Maluku
untuk dipekerjakan di Naira. Mereka beranak pinak sampai sekarang. Kalaupun ada
yang berwajah timur, mereka adalah keturunan Banda yang kembali lagi ke tanah
kelahiran mereka, selengkapnya bisa dibaca disini,
kenapa mereka sampai terusir di tanah kelahiran sendiri
Makan siang hari
itu begitu nikmat, kami menikmati banyak panganan laut yang diambil dari
perairan Banda. Ikan-ikan khas Maluku ini segernya minta ampun, bikin nagih.
Sebelum akhirnya
kami tidur siang, kami menyempatkan untuk sedikit mengelilingi kota Banda yang
walaupun kecil ternyata penduduknya banyak. Melihat sebuah monumen bernama Perigi
Rante, tempat dimana 40 orang-orang kaya Banda dibunuh dan dibantai
karena menentang keputusan Belanda. Malamnya, kita berkeliling menyusuri ‘pusat
kota’, yang disebut pusat kota ini tempat dimana orang ramai berkumpul,
lokasinya disekitar pelabuhan kalau tidak salah. Disini kita bisa lihat banyak
pedagang menjajakan rempah-rempah khas Banda, asinan pala, kayu manis, cengkeh
yang sudah dikeringkan, kayu putih dan banyaaak lainnya yang misalnya kita
lewat tuh berasa wangi aroma rempah. Kami menikmati malam hari itu dengan
terkagum-kagum.
Malam yang
dingin sekali di Banda, saatnya kembali ke Guest House, sebelum tidur, kami
duduk di tepian dermaga di belakang guest house Delfika, dari kejauhan kami
melihat gunung api yang teguh, kokoh dan menyimpan banyak misteri. Selamat
malam..
Parigi Rante, saksi bisu pembantaian orang-orang Banda, pict by : Chandra KW |
2 Juni
Petualangan baru
kita mulai hari ini, di tanggal ini. Pagi yang cerah di Banda, matahari
bersinar terik. Sudah berhari-hari saya tidak berjumpa dengan matahari,
maklumlah Ambon salah stau kota yang insensitas hujannya tinggi, dari hujan
ketemu hujan lagi, bisa dipastikan seharian bakalan tidak ada matahari, dan
dinginnya luar biasa. Kalau di Jakarta hujan turun seperti Ambon, saya pastikan
semiggu akan jadi lautan Jakarta :D
Dengan sarapan
nasi goreng buatan pihak Delvika, kami bersiap. Gunung Banda kokoh menyambut
kami, “Hai para traveler, mau kemana katong hari ini?” iiih.. ga sabar.
Dari atas
penginapan, kami melihat kesibukan para warga mengantri di dermaga penyebrangan
pulau untuk menyusuri pulau-pulau yang mereka tinggali. Ya, Banda diitari
banyak pulau disekelilingnya, sebut saja, Hatta, Lonthoir, Syahrir, Run, Ai,
Nailakka dan banyak lainnya, di beberapa pulau ada yang ditempati ada pula yang
tidak. Dan satu-satunya akses ke pulau-pulau tersebut hanya menggunakan kapal
motor kecil. Di beberapa titik, saya melihat mama-mama menjemur ikan untuk
diasinkan. Pagi yang mengagumkan, pikir saya.
Pagi itu,
matahari panasnya membara, kami membuka petualangan perdana dengan mengunjungi Benteng Nassau,
Bisa jadi ini adalah benteng pertama yang dibangun di kota Banda, setelahnya
menyusul Benteng Belgica dan benteng-benteng di pulau lain. Kisah kelam
menghantui benteng ini ketika saya mendapati kisah, tempat inilah yang menjadi
saksi bisu masyarakat Banda ramai di bantai oleh Belanda. Aroma mistis
menggelayut, ditambah tempat ini sepertinya kurang terawat karena ilalang
tumbuh dengan subur. Saya pun tidak bisa melihat dengan detail seperti apa
bentuk benteng ini karena sudah tertutupi tumbuhan liar dimana-mana. Kami hanya
bisa menyusuri jalan setapak dengan bulu kuduk meremang, hiyy.. mungkin tempat
ini angker karena sudah dijadikan lokasi pembunuhan berantai. Saya membayangkan
bagaimana sadisnya Belanda membunuh orang-orang yang memperjuangkan haknya ini.
Mengerikan.. apa yang membuat Belanda tergila-gila pada pulau ini, sampai
seluruh masyarakat Banda rela dihabisi? Tunggu ceritanya pada post selanjutnya
^^
(Akan kemana lagikah kami? Tunggu di kisah
selanjutnya ya, to be continued)
Duh mbak, senang sekali baca tulisannya. Rasanya pengen kesNa dengan suasana yg masih sama dgn apa yg di eritakan disini. Tapi... mungkin skg sdh banyak banget berubah yah.
ReplyDeletehuum, semakin banyaknya turis, pasti akan semakin dipermak kotanya
Deletekayaknya kalo liburan kesini, bener2 rasa stres saya bs ilang kaliya. suasana alam, danau..
ReplyDeletefill nya dapet banget
Mbaaa plisss deh, disini ga aada danau, yg ada di depan gunung itu laut 😀😀😀😀😀😀😀😀😀😀
Deletekayak danau toba ya
ReplyDeleteBukaaan mba itu laut hehe
DeletePenerbangan hanya tiga hari sekali? aduh kenapa bisa begini ya?
ReplyDeleteYa bisa aja, soalnya Banda hanya kota kecil jadi jarang yang datang kemari
DeleteWaaahh viewnya baguuuss yaaa disanaa..
ReplyDeleteAyo, main sini mba Oline
DeleteNice story mbak..
ReplyDeleteJadi pengen kesana jg, tp entah knp saya lbh ngebet k ora beach. Hehe
Ora beach biasa aja sih lautnya saya bilang, masih indah laut Banda, Ora lebih menang promosinya
DeleteDuh seru kayaknya ke Banda ya. Terlebih itu foto ama suaminya romantis ya, mengindikasikan kehadiran AADC3 kayaknya *Lol,anyway abis berapa itinerary ke Banda Mbak ?
ReplyDeletesekitar 5 jutaan berangkat dari Ambon, kalau dari Jakarta nggak tau ya heee....
DeleteWah bagus ya indah apa lagi kalo kejadian nya sama kaya yang dicerita, hehe
ReplyDeleteHaah?? yg bener pak, ini jaman udah merdeka
DeleteNahkan akukan jadi mau ke Banda juga
ReplyDeleteGih ayo aku tunggu ya
DeleteBacanya ikut deg-degan, tega banget ye Belanda tuh, tapi memang bagus banget pemandangannya, hasil lautnya juga pasti banyak, makanya dulu jadi dijajah
ReplyDeleteYg pasti di jajah karena rempah2nya mbak, bukan krn hasil lautnya
DeleteWah Banda Neira, pengen ke sini belum kesampaian nih. Cakep kayaknya ya di sana, Ternate juga banyak benteng begini tapi kayaknya Banda indah banget :)
ReplyDeleteIya di Timur kan jajahan Belanda pertama kali, wajar kalau banyak benteng :)
DeleteAlhamdulillah beta sudah pernah ke Banda. Bahkan jaman dulu sering bnagte karena papa tugas disana selama 7 tahun. Sayangnya kenang2an itu hilang. Hhehe
ReplyDeleteHuaaaa.. iya sayang seng ada dokumentasi
DeleteSemoga saya bisa ke Banda deh, sayang banget tempatnya jauh.
ReplyDeleteHehehe... jauh mana sama Eropa :D
DeleteBaca cercerita dan juga lihal foto fotonya sepertinya bagus dan menarik tapi kalau harus berpetualang dg pesawat seperti itu harha mikir 10 kali
ReplyDeleteSeru loh, pesawatnya juga nggak terlalu tinggi terbangnya
DeleteAkupun mba, lihat judulnya Banda. Kebayang OOO Banda Aceh. Pas baca, beda ternyata. Seru ya mba, berpetualang di tempat yang beda dari biasanya. Justru bagi saya, kegiatan seperti ini malah meninggalkan kesan mendalam yang tak terlupakan.
ReplyDeleteSama nggak akan pernah lupa pesona bawah laut banda mba :)
DeleteJadi pingin ngerasain naik pesawat perintis mba.. Rasnaya deg-degan pasti yaa.. :D Aku baru tau nih cerita soal Banda ada pembantaian besar-besaran gitu.. :(
ReplyDeleteNah, saya pun baru tau padahal dulu di buku sejarah pasti ada
DeleteSeru ih... Pesawat perintisnya, makanan lautnya...
ReplyDeleteSeru mba :D
Deletesemogaaaa aja aku bisa beneran datang kesana sebelum meninggal :) . masukin dulu ke list . Aku mungkin ga suka berenang dan ga suka pantai.. tapi kalo daerahnya ada banyak cerita sejarah seperti banda ini, apalagi kuliner lautnya enak dan segar, aku pasti suka :)
ReplyDeleteKalau ke Ambon bilang2 mba, mungkin aku bisa buka jasa open trip :D
DeleteJadi semakin ingin mengunjungi Banda Naira tempak Bung Hatta pernah diasingkan
ReplyDeleteSilahkan berkunjung :)
DeleteSaya kaget pas tau di pulau Banda, nggak ada orang Banda asli Maluku sama sekali.... kejam betul ya.. Waktu ada trailer film Banda Neira, saya penasaran dengan film itu. Kisahnya sih, tentang jalur rempah seperti yang mbak tulis di paragraf awal.
ReplyDeleteParah sih, brutal juga ya manusia hanya karena rebutan rempah :')
Berharap bisa ke sana mbak. Tapi ga tau sih bakal baper teringat kisah sejarah di Banda...
Nggak usah baper, nikmati sejarahnya hehe.. jangan lupa kumpulkan uang krn ke Banda nggak cukup bawa duit dikit :D
DeleteWohoho, siap!
Delete