Friday, 8 May 2009

Ajari Aku ^_^

Munajatku biarlah tiada terjawab. Ketika teka-teki itu bagai bagai bukit batu yang harus ku daki dan saat mendekati gemulung awan kelabu di puncaknya, disitulah teriakanku lantang menggema terpantul-pantul meminta jawaban-jawaban-Nya. Biar nanti pucuk-pucuk edelweis bercerita akan dosa abadi yang mesti kusesali sampai detik ragaku tiada diberi waktu-Nya lagi.


Kubermimpi, ada bunga-bunga cahaya di genggaman kekasihku, yang didekap erat-erat di dadanya. Dia berjalan gontai mendekat ke arahku, lalu berbisik ke telingaku, "Kekasihku, ajari aku basmalah, karena ku ingin ketuk pintu-pintu Surga -dengan basmalah itu- dan melihat bening sungai-sungai yang berada di dalamnya. Lihatlah di ujung sana kekasihku..., itulah negeri Surga. Negeri yang tak pernah terlihat oleh mata fana dunia; yang tak dapat direka keindahannya oleh kemampuan manusia terpandai dan tak terkotori se-zarrah-pun dosa tangan-tangan ragawi."

Sontak, tulusnya permintaan itu membuatku jatuh terpukul dan tak kuasa menitikkan air mata. dalam hati ku bergumam, "Aku telah bersalah kepadamu, sayang ... Dan ku tak bisa lelap dalam selimut sesal ini. Malam memanglah membuat damai, tapi bagiku malam hadir untuk menggelisahkanku dengan membawa sebongkah batu bara api yang menjilat-jilat dari pucuk sumbu meriam yang melesat. Sedetik jatuh dan runtuhlah segubuk keimananku.

Ku terjaga di sepertiga akhir malam dengan buah gundah yang menekan batinku. Manusia yang tak bertopeng lelap, dengan wajah polos terbasuh wudhu, khusyu' dalam sujud. Binar-binar ketenangan dalam pekat merasuki pita-pita jubah malam yang terjuti doa-doa keemasan kepada Sang Maha dalm persembahan tahajjud yang khidmat. Imagi dirimu tampil di pelupuk mataku. Kenangan ketika ku menutupkedua matamu, dan suaraku lirih berkata di antara kedua daun telingamu. "Pasti kamu mencariku kan ?. Telah ku katakan kepadamu, aku selalu tahu bahwa kamu kemari. Karena keharuman bidadari surga yang keluar dari tubuhmu, dapt kutangkapi semerbaknya. Sungguh kedatanganmu telah membangunkan kesadaranku yang takjub akan keindahan-Nya yang ada dalam senyummu. Katakan, ada apa gerangan kau mencariku, ukhti ... ?. Jawabmu, "Ku kan mengatakannya, tapi sebelumnya turunkan dahulu kedua tanganmu ini yang menghalangi mataku tuk memandangi cahaya, karena setelah itu ku kan memandangi cahaya yang nyalanya lebih cemerlang di wajahmu, akhi ..." Lalu spontan aku pun menurunkan kedua tanganku dan dengan penasaran, aku menunggunya berkata , "Ajari aku Al Qur'an, akhi... Karena sejak aku menjadi muallaf, dahaga diri ini ingin berenang di samudera indahnya Islam -keyakinanku sekarang-, hingga ku turut serta menguap ke angkasa dan menjelajahi jagad raya Sang Maha yang terbentang ke sudut-sudut langit tak bertepi, dan membuatku merasa kecil dan kosong. Ijinkanku mengisi labirin fikirku ini dengan barisan huruf-huruf Alif sampai Yaa, biarku tak kosong iman saat bertemu dengan-Nya. Boleh kan, akhi ... ?, boleh kan, akhi ... ?, boleh kan ... ?."

Ku tersentak dari dari lamunan, dan mendapati kesadaran ragawiku pulih di atas sajadah hijau dan biji-biji tasbih yang tak ku sadari kapan telah terjatuh dari jepitan buku-buku jariku. Bayangan wajahnya sangat perlahan sekali berlalu dan memudar tipis dan benar-benar hilang ketika fajar telah hadir di gerbang subuh. Saat adzan subuh dikumandangkan, aku pun berpindah ke titik kemenangan yang dijanjikan-Nya -Haiyya ala shalat, Haiyya alal falah-.

Langit di kala subuh itu, ketika kereta bayu bergerak mengarakkan barisan gemawan hingga tersingkaplah tirai surya, menyendu dalam kebeningan udara yang melarutkan seruling waktu yang menggerus hari-hari yang menumbuhkan biji-bijian tahun dan buah-buahan abad. Ku menyaksikan dirimu memahkotai mentari dan memetik dawai-dawai warana pelangi yang mewarnai indahnya lukisan pagi ini. Semua ini terjadi di bawah sinar mentari yang memanjangkan bayanganmu ke langit barat. Dan ku saksikan pula erat tanganmu memegang Al Qur'an, yang lalu kau serahkan ke depan dadaku. Namun ketika kusentuh, saat ku buka halamannya, cahaya pun mencuat keluar menyilaukan pandanganku, hingga gelaplah mataku. Itulah cahaya kekuatanmu, ya Rabbi... Serta merta lisanku berucap: "La hauwla wa la kuwwata illa billah...". Jiwa ini terasa beku di tengah waktu yang merangkak, -tapi terasa terhenti bagiku-. Dan dalam gelora getaran yang tersisa ku berkata padamu, "Maafkan aku, sayang. Ku tak mampu mengajarimu. aku tahu engkau kecewa. Namun sebaiknya belajarlah kepada yang lebih tinggi ilmunya, agar lisanku tiada memberi keliru kepadamu. Agar jiwamu merekah kelopaknya bagi satu teratai yang menyembulkan seribu bunga, yang tampak cantik di bawah matahari. Keterbatasan perahu fikirku tak kan ku tambatkan lagi menjadi perahu kecil keterbatasanmu juga yang mengapung-ngapung di samudera indahnya Islam yang tak bertepi. Islam itu indah dan luas; lebih indah bila dirimu menari-nari di alam ruang dan waktu, dan Islam-lah yang mengukuhkan dan yang menentukan gerakanmu. Keteraturan yang indah itulah, pupuk bagi jiwamu, pengukuh bagi akar limbungmu dan rasa manis bagi buah pinakmu. Sudilah beri bagiku maafmu atas keterbatasanku ini". Sementara dirimu tertunduk dalam-dalam, dan ku tahu itulah bahasa kekecewaanmu. Sebagaimana yang dapat kuterjemahkan ketika sebulir air matamu yang sesaat terjatuh menyertai lemah anggukan mengertimu. dan akhirnya, dengan semilir angin muson, dirimu dan cerita tentang dirimu pun terbawa arusnya dari musim ke musim yang berpindah-pindah seiring revolusi bumi. Dan aku tak tahu dirimu dimana kini.

Pernah juga dalm rinduku ku bermimpi,ku menyaksikanmu berlari-lari dari bukit Sofa ke bukit Marwah di bawah naungan terik mentari. Apa yang kamu cari ?. Diriku bertanya-tanya dalam diam. Apakah dirimu juga mencari oase sebagaimana Siti Hajar yang melintasi bukit Sofa ke bukit marwah demi seteguk air yang menganyahkan tangisan dahaga Nabi Ismail kecil ?. Tapi, kitab itu setia di ganggamanmu -tak kau lepas-, pun kau ajak berlari. Rupanya keIslamanmu telah mendarah daging dan cintamu telah menggetarkan Arsy dan Surga. Penduduk negeri Surga pun bertanya-tanya, "Cahaya siapakah gerangan ya Rabbi, yang telah menerangi surga beserta seisinya hingga ke pelosoknya ?, apakah yang diamalkannya ya Allah, hingga cahayanya bagai melahirkan burung-burung gagah phoenix dari inti perut matahari ?, kemuliaan apakah yang melekat dalam hatinya, hingga para malaikat memohon kepada-Mu agar dia menjadi bagian dari penduduk Surga-Mu ini ?. Apa karena dia selalu dahaga mencari ilmu-Mu ya Allah karena cintanya kepada Agama-Mu, dan karena gelora rindunya ingin bertemu dengan-Mu ?. ya Rabbi..., karuniakan juga pada kami sebentuk gairah cinta dan getar rindu yang serupa dengan cinta dan rindunya... ".

Tapi kini ku menyaksikan dirimu mengitari waktu, menjejakkan langkah-langkah kaki rindumu yang penuh kedahagaan untuk memeluk iman di sisi batu Hajar Aswad. Baju putih ihrammu kau seret hingga menghempaskan debu padang pasir dan mengisi udara lengang yang terkurung angin -berhamburan ke mana-mana-. Pasir dan angin telah menjadi kemudi untuk arah yang kau tuju, sedangkan dirimu tertunduk menghitung butiran-butiran pasir dipadang jazirah. "Ada sebanyak -butiran pasir- inikah nikmat Allah, -tapi diingkari oleh manusia- ? ". Ku dengar kau berkata dalam isak tangismu, "Ya Rabbi..., ku pinta seluruh maafmu untuk seluruh khilaf diriku atas segala nikmat yang terlupa untuk ku syukuri, dan jadikan untukku "zami-zami" untuk ku basuh dosaku, sebagaimana Kau sucikan jiwaku dari keburukan niat dan cela dunia. Putihkan pula hatiku dari kotoran ujub, iri dan dengki, agar ku dapat melangkah penuh ketundukan di atas bumi-Mu. Ya Rabbi..., ampuni keterbatasan fikirku dan ajariku sebait ayat-ayat suci-Mu...". Bersamaan dengan doamu itu, kau letakkan Al Qur'an di depan altar Hajar Aswad, yang telah kau ciumi sebelumnya. Dalam tangis dirimu memohon, "Ya Allah..., ajari aku sebait ayat-ayat cinta-Mu..., dan jadikan aku selalu menjadi cinta-Mu ya Rabbi.... ...".

Sementara aku hanya dapat memandangimu penuh haru, dan telaga air matamu telah membanjiri hatiku.



Dari seorang sahabat Di Facebook.. :)
-MUHAMMAD SAHID MUSLIM-
APRIL 2009

Post a Comment

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)