Mencoba
menarik benang lurus dari peristwa banjir ini, koreksi jika saya salah..
Penyebab
curah hujan tinggi di Ibukota >_<
Saat
ini di pulau jawa sedang terjadi fenomena daerah pertemuan angin atau tropical
convergence zone. Yang artinya, ada pertemuan dua jenis angin dalam satu wilayah.
"Trade winds (atau disebut juga angin
passat) adalah pola umum angin timur yang ada di daerah tropis dekat equator/
garis khatulistiwa. Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun
dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator," ungkap penjelasan dari
situs IlmuTerbang.
"Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu.
Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut
dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat
tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT), Pola-pola angin dari
arah utara dan selatan cenderung berkumpul, yang kemudian mengakibatkan
awan-awan penyebab hujan muncul di daerah yang dilaluinya. Fenomena ini yang
mengakibatkan curah hujan tinggi, yang saat ini didukung oleh siklus periodik
musim hujan yang mencapai puncaknya pada Januari 2013 ini. Dan menurut BMKG si
angin betah berlama2 di Jabodetabek. Maka dari itu mengapa curah hujan muncul
tak seperti biasanya, deras dan lama. Waspada saja, si angin masih bertamu
sampai awal Februari.
Penyebab
banjir Ibukota..
Seperti
yang kita ketahui, pertumbuhan ekonomi terbilang pesat di Jakarta. Hampir semua
yang tergiur mencari uang dengan mudah berbondong2 datang ke Jakarta. Jadi bisa
dikatakan, isi penduduk Jakarta itu mayoritas adalah pendatang. Laju
pertumbuhan penduduk yang begitu pesat akhirnya memaksa Jakarta bekerja ekstra
keras, membangun perumahan, mall, apartemen sampai tidak adanya lagi tanah resapan. Hal ini juga
yang menyebabkan terjadinya penurunan tanah dengan sangat cepat dan membuat
keseimbangan ekosistem dikorbankan.
Selain
itu tidak adanya sistem drainase yang baik membuat hujan yang turun tidak bisa
lari kemana2 (ya habisnya mau nyerap kemana?), dan akhirnya air yang turun jadi
tergenang disitu2 aja. Banjir deh..
Dan
ingat, banjir di Jakarta sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu sejak jaman
Hindia Belanda, kurang lebih tahun 1900an, jadi kita yang anak baru ini tahu
apa masalah banjir?
Gubernur,
pemerintah, sampai presiden disalahkan..
Banjir
ini benar2 masalah klasik. Bayangkan saja dari tahun 1900 sampai sekarang pun banjir belum bisa ditangani dengan baik.
Jadi mau ganti berapa kali presiden, atau gubernur, selama tidak ada kesadaran dari
diri kita untuk menjaga ekosistem dengan baik, banjir akan terus menerus
menghadang. Coba ingat sudah berapa kali
kita ganti gubernur? Apa yang dulu kita katakan pada Sutiyoso? “Pak bisa nggak
sih ngatasi banjir?” terus berlanjut pada si kumis, eh sekarang kena imbasnya
Jokowi yang notabenenya belum ngerti apa2. Memangnya banjir baru dimulai tahun
ini sampai kita harus menyalahkan gubernur yang baru? Seandainya saja para
pengeruk keuntungan itu mau mendirikan kantor2nya bukan di Jakarta dan menyebar di seluruh Indonesia pasti
pemerataan pembangunan tercapai saat ini (woi, mikir mah gampang, emang biaya
tiket murah bolak-balik Jakarta buat laporan ini itu.). Yah..coba saja lihat.
Pergi saja ke daerah, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi sampai Papua masih banyaaak
lahan kosong yang bisa di manfaatkan untuk pembangunan. *jika para investor itu
mau sedikit saja berkorban loh ya. Apa bedanya mendirikan kantor di pusat sama
di daerah? Apa bedanya memanfaatkan putra daerah dengan orang Ibukota, toh
gara2 kantornya di Jakarta putra daerah juga banyak yang merantau ke Jakarta kan?
Gara2 banyak yg merantau, lahan semakin sempit kan buat tempat tinggal? Daripada
akhirnya mengorbankan Jakarta untuk didirikan ini itu..lahan semakin sempit,
banjir dimana2. Apa bedanya Jakarta dengan kota lain? Sama2 Indonesia, hanya
berbeda status saja. Yang satu Ibukota yang satu daerah.
Secara
khusus jika berfikir singkat dan mau enaknya saja pemerintah tidak bisa
disalahkan *misalnya, tolong tangani banjir setahun ini!*. Tapi jika berfikir
secara umum, pemerintah memang wajib disalahkan, *missal, kenapa Cuma Jakarta
saja yang ditumbuhi gedung2 bertingkat*
Dimanfaatkan
lawan politik..
Ckckck..
disaat banjir kayak begini. Lawan politik yang kalah pada pemilu kemaren putar
otak. Mumpung banjir inilah saat yang tepat menjatuhkan lawan politiknya,
terutama yang menjadi gubernur sekarang. Saya mencoba berfikir relevan saja, banjir
yang melanda Ibukota pun dikambinghitamkan, gubernur yang ‘masih bayi’ itu
ditantang untuk mengatasi banjir yang sudah ada sejak ratusan tahun silam. Gila
apa? Emangnya dia malaikat. Manuver politik pun bermunculan, semua merasa
paling benar dan yang benar disalahkan. Yang berusaha menolong dibilang
pencitraan *yah walaupun kita tidak tahu siapa hati2 yg bersih, tapi berusaha
berfikir positif itu apa salahnya?* biar saja dia pamer nyumbang2, toh dosanya
dia sendiri yang nanggung kalaupun ingin pamer, kita kok jd repot ngomentarin.
Takut pemilu tahun depan ga ada suara, gara2 kalah saing?? Hadeuh ini banjir
bung, masih sempet2nya mikirin suara.
Seperti
sebuah partai yang punya stasiun televisi, bertanya pada masyarakat “Banjir ini
yang patut disalahkan siapa,” bodoh bener yak pertanyaannya. Ada lagi, gara2
tak boleh pakai atribut partai ketika mendirikan posko, salah satu partai
geram. Loh kok, beramal riya? Nyumbang mah nyumbang saja nggak perlu pakai
atribut ini itu. Tanpa sadar loh, gara2 politik yang tadinya kita ingin bersih
mendadak jadi ‘kotor’ tidak terfikirkan ini apa?
Banjir
tidak hanya di Jakarta.. INGAT!
Apa
pernah banjir melanda selain Ibukota? Pernah kan? Hampir semua daerah pernah
merasakan banjir. Jadi janganlah menyalahkan Ibukota hanya gara2 banjir. Di
desa yang notabenenya banyak tanah resapan saja bisa kok mengalami banjir. Saya
pernah baca artikel, kira2 bunyinya begini “Banjir adalah kegiatan alam yang pasti terjadi di bagian
utara Pulau Jawa. Hal ini karena elevasi yang rendah. Bahkan beberapa lokasi
berada di bawah muka air laut rata-rata. Tak mengherankan, jika akhirnya daerah
Utara Jawa menjadi lokasi pembuangan air yang berasal dari Bagian Selatan Pulau
Jawa. Belum lagi jika air laut pasang, maka air laut itu akan masuk ke daratan. Masalah Banjir ini menjadi
problem sendiri bagi penduduk di Pesisir Utara Pulau Jawa, seperti Banten,
Jakarta, Karawang, Brebes, Semarang dll. Nah jadi kita yang tinggal di
pulau Jawa ini kudu siap mental jika sewaktu-waktu banjir datang.
Saya
menyalahkan semuanya.. Biarin!
Siapapun
yang tidak berperan aktif dalam pelestarian bumi adalah penyebab timbulnya masalah
bencana termasuk saya sendiri jika tidak sadar. Ingat salah satu ayat,
kerusakan yang terjadi di muka bumi ini adalah ulah tangan manusia sendiri.
Yah, saya menyalahkan semuanya. Tidak terfokus pada satu orang saja yaitu
pemimpin. Masyarakat salah jika tidak berperan aktif membantu pemerintah *tidak
usah dikasih tau apa tugas kalian, jika kalian peka pasti tau cara melestarikan
bumi*, tidak ketergantungan dan punya kesadaran aktif.
Para
investor salah jika terus memaksakan laju pertumbuhan ekonomi dan mengeruk
keuntungan tanpa melihat sudut pandang yg lain
Pemerintah
juga salah jika tidak tegas membantu pemerataan penduduk. Pokoknya semua salah…!
Dan kita, tidak pantas menyalahkan Tuhan, hanya satu zat itu yang tidak boleh
disalahkan.
Wah panjang
banget yak curhat saya.. :D
Nah, Desember, musim hujan telah datang siap-siap banjir datang. Lalu siapa lagi ya yang pantes disalahin sekarang?
Nah, Desember, musim hujan telah datang siap-siap banjir datang. Lalu siapa lagi ya yang pantes disalahin sekarang?
iya, ibukota penduduknya sudah banyak
ReplyDeleteya sudah, semoga mas ryan ditempatin di Malang
aamiin Ya Allah
itung2 mbantuin pak jokoway :p
Amiiin, sing penting akur ya nduk
Delete