ni sih perginya
udah lama, sekitar tahun 2011. Tapi saya baru sempat menuliskannya sekarang. :D
Sebagai hadiah
ulang tahun saya, suami memberi kejutan.
"Besok kita
ke Banda yuk!"
"Hah?
Banda? Banda tu dimana? ada apa di Banda?" aku sih taunya Banda Aceh :D.
"Kalau tau
sejarah pasti tau dimana bung Hatta dibuang waktu jaman penjajahan"
doeeeng, berasa bodoh. Anak IPS tapi nggak tau sejarah! wkwkwk..
Dan kemudian
kami packing, dan meninggalkan Ambon yang saat itu tengah hujan deras.
Menjemput mas Topan, teh Ambar dan Chandra. Kami berlima pun Travelling bareng,
kesian Chandra, jomblo sendirian :D
1 Juni 2011
Untuk pergi ke
Banda, kami menggunakan pesawat perintis NBA (singkatannya opo ya, lali je).
Pagi hari saat itu pada waktu Ambon tengah memasuki musim penghujan. Kalau ada
yang pernah naik pesawat perintis pasti ngerti bagaimana ngerinya naik pesawat
kecil ditengah cuaca buruk. Ya gitu giyang-goyang nggak jelas. Perjalanan menempuh
waktu sekitar 45 menit, dan sangat berasa lama. Ya bayangin aja, pesawat kecil
terus lagi ada hujan, sepanjang perjalanan yang ada pengennya tidur tau-tau!
ting* sampe deh. Dan Alhamdulillah saat kita sampai di Banda cuacanya cerah
banget.
Neira tu disini |
Muka-muka mabok turun dari pesawat |
Banda secara administratif masuk dalam
Kabupaten Maluku Tengah. Ada tiga pulau besar dari 11 pulau yang terdapat di
sini. Ketiga pulau tersebut adalah Pulau Neira, Pulau Banda Besar, dan Pulau
Gunung Api. Tujuh pulau sisanya merupakan pulau-pulau kecil, yang memiliki
pantai indah dan berpasir halus (sumber : Wikipedia). Nah yang kita kunjungi saat itu ya pulau Bandanya.
Kita memilih penginapan Delfika 2, yang viewnya berhadapan dengan gunung api Banda. Nah bayangin, begitu kamu buka pintu di pagi hari, menghirup udara bersih tanpa polusi, ditemani cicit burung dan birunya laut yang terumbu karangnya keliatan banget, belum puas? ada gunung api menjulang dengan indahnya di hadapan kamu, kira-kira kayak gini gambarnya,
Diambil dari kameranya Chandra |
Oh ya, siang hari kita coba makan di penginapan Delfika 1, masakannya enak-enak dan Psstt! disini banyak bule, pingsan kan? Bule aja yang jauh-jauh udah tau Banda, laaaah guee?? Pribumi? baru tau hari ini?, Malamnya kita coba-coba ngobrol di balkon atas rumah, ngantuk kita bobo. Karena Chandra jomblo sendirian, jadi ya terpaksa bapak-bapak kita menemani Chandra yang kesepian -_-''
Oh ya karena penginapan ini nggak ready Air mineral, kalian kudu beli dulu ya. Kudu banyak persediaan air, soalnya Banda nggak ada angkutan umum. Jadi kemana-mana musti jalan kaki.
2 Juni 2011, Ayo jalan!!!
Pagi hari setelah sarapan yang disediakan pengurus penginapan, nasi goreng nan lezat. Kita mempersiapkan amunisi, pagi ini rencanya mau jalan dulu ke Benteng Nassau. Kalian tau? Orang-orang
Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di sini. Mereka
menjadi arsitek awal pembangun kawasan Banda. Kolonial Belanda kemudian
melanjutkannya dengan konsep gaya Eropa.
Jejak-jejak peninggalan para pemburu
rempah-rempah itu masih bisa disaksikan hingga saat ini. Kokohnya
benteng-benteng pertahanan di kepulauan ini menjadi bukti, begitu pentingnya
kawasan ini di mata bangsa Eropa kala itu, saat masa Gold-Glory-Gospel.
Beberapa peninggalan masa penjajahan yang masih
bisa disaksikan antara lain Benteng Nassau. Awalnya, pondasi Benteng ini
dibangun orang-orang Portugis pada 1609. Sebelum rampung membangun benteng,
Portugis keburu diusir Belanda. Pembangunan benteng ini pun dilanjutkan Belanda
pada 1617 (sumber : situs maluku).
Sebelum masuk |
Benteng Nassau jaman dulu |
Dari Benteng Nassau kami melanjutkan perjalanan menuju rumah pengasingan bung Hatta. Sebelum tiba di rumah bung Hatta kami melewati sebuah Gereja Tua Banda. Gereja ini dibangun pada tahun 1852 dan semuanya masih asli dan lonceng gereja masih berfungsi dengan baik. Jika pada saat ibadah minggu, gereja ini masih dipakai umat kristiani untuk berkumpul melaksanakan ibadah minggu.
Makasih cut, udah mau fotoin kita :D |
Akhirnya sampai juga kita dirumah
pengasingan bung Hatta. Pada awal 1900-an, Banda Naira (kadang disebut
"Neira") dijadikan tempat pengasingan pejuang kemerdekaan.
Tokoh-tokoh bangsa yang pernah dibuang di sini adalah Mohammad Hatta, Sutan
Sjahrir, dr Cipto Mangunkusumo (1928), Iwa Kusumasumantri (1930), serta
beberapa anggota organisasi Sjarikat Islam (SI) pernah merasakan masa getir di
tempat pembuangan ini.
Rumah pengasingan para pejuang bangsa itu
menjadi saksi bisu sejarah Banda Neira dan negeri ini. Beragam cerita duka dan
perjuangan tersimpan apik di rumah-rumah bekas tempat pengasingan tersebut.
Tempat pengasingan yang sempat saya kunjungi hanya rumah pak Hatta karena
waktunya sangat singkat banget
Post a Comment
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)