Ya nggak dipungkiri, bagi seseorang yang sudah selesai kuliah yang pertama dicari adalah pekerjaan. Ini juga yang membuktikan pada orangtua bahwa anak mereka kuliah nggak sia-sia *maksudnya sebagai balas budi bahwa dana yang mereka keluarkan nggak percuma dan ada hasilnya* dulu sih sempat kepikiran kepingin kerja dibaik meja dengan PC layar datar dan jobdesk warna-warni banyak nempel menandakan saya orang sibuk *hahah* lalu setiap hari asyik sapa-sapaan dengan mbak-mbak yang wangi-wangi dan mas-mas yang ganteng-ganteng “Haaai pagi, ntar makan siang di Grand ya.” tapi karena menempuh banyak rintangan dan cobaan ketika melamar kerja ternyata passion saya bukan berada di posisi ini.
Dan sekali lagi
saya coba melamar kerja di dekat rumah sebagai instruktur komputer di lembaga
pendidikan, enak sih kerjanya nggak terlalu padet, jadi kerjanya cuma ngajar
anak-anak di jam-jam tertentu setiap tahun jalan-jalan ngajak anak-anak study
banding ke tempat-tempat wisata, dapat gaji dan Teacher cost yang kemudian
TC ini di tilep atasan saya, sebab ini saya jadi ilfil untuk kerja di
kantoran, nah kemudian setelah menikah saya memutuskan ogah kerja di kantor dan
inilah sebabnya…
1.
Saya benci dimarah-marahi
Nggak ada yang boleh memarahi saya kecuali orangtua
saya. Jika ada orang yang berani memarahi saya diluar orangtua, rasanya
kepingin saya sumpel granat biar mulutnya nggak bisa memarahi saya lagi. Ibaratnya
orangtua yang mendidik saya sejak lahir aja kadang saya suka sebel kalau
dimarahi nah apalagi ini orang lain. Apa sebabnya saya harus dimarahi? Emangnya
nggak bisa ngomong baik-baik. Apakah karena atasan kita harus diperintah
seperti budak. Males kan?
2.
Saya benci bangun pagi untuk hal-hal yang
menjenuhkan
Golongan darah AB yang saya baca itu paling nggak
bisa menahan kantuk. Nah itulah sebabnya saya doyan molor. dan tidur adalah hal
menyenangkan untuk saya. Saya lebih suka mengerjakan pekerjaan yang tidak
mengikat waktu tidur saya, walaupun menulis kadang sering mencuri waktu tidur
saya di malam hari, tapi kan saya dirumah aja, saya bisa balas dendam tidur
sampai sore. Nah coba kalau saya kerja kantoran, saya ngantuk siang nggak bisa
ngapa-ngapain yang ada nahan mata pakek pentol korek :D, dan rutinitas bangun
pagi, sarapan terburu-buru, menunggu angkutan bagi saya ini adalah hal yang
menjenuhkan. Kegiatan yang sama terulang kesokan harinya lagi dan lagi.
Eh tapi waktu saya jadi instruktur enak loh, pas
ngantuk bisa tidur di mushala, yang apes kalau kebagian jam ngajar bertepatan
dengan jam tidur saya. Ya gitu dah murid-murid suka iseng nanya “Miss Manda
ngantuk ya, nguap mulu”
3.
Saya gampang cape
Bekerja yang santai aja saya cape *waktu jadi
instruktur* nah apalagi untuk jarak yang jauh, harus macet, kena polusi. Oh ya
pernah loh saya kerja jarak jauh begini, kena debu, macet dan kudu bangun pagi,
baru 2 minggu kerja saya kena typus dan
berujung pada pemecatan saya. Makasih.. tapi saya sih bersyukur dengan
pemecatan itu soalnya saya bekerja di bank swasta di bagian simpan pinjamnya, saya
kan takut banget sama riba ya sedangkan saya dapat gaji dari hasil bunga orang
yang bayar itu. Untung aja saya dipecat. Saya sempat istikharah dengan
pekerjaan saya ini, eh saya dikasih sakit. Jawaban Allah memang terkadang unik
untuk menunjukkan Dia sayang banget sama kita.
4.
Saya nggak suka bekerja di bawah tekanan untuk hal
yang saya nggak sukai
Kadang kan suka tuh ya, ada pekerjaan yang harus
selesai hari itu juga kalau nggak bos marah. Bukan pekerjaan seperti ini yang
saya mau, saya sih lebih seneng dengan deadline
yang sudah ditentukan waktunya jadi kerjanya nggak buru-buru, dan pada saat
penyerahan deadline ini nggak ketemu
orang, ya via email seperti pekerjaa-pekerjaan saya yang sudah-sudah dibidang
tulis menulis. Saya nggak ketemu muka, nggak bisa ngeliat ekspresi orang yang
menerima email saya, jadi saya bisa enjoy ngerjainnya. Coba kalau saya ngantor,
apes banget ngeliat muka sangar bos yang marah-marah karena kerjaan saya nggak
selesai.
5.
Banyak pahala buat saya dari omongan orang
Kan suka ada tuh ya orang nanya, “Manda lo nggak
sayang dengan ke-SARJANAAN lo?”
“Sayang? Gue kerja kan buat cari ilmu, bukan buat
cari kerja”
“Nganggur apa enak?”
“Enak lah bisa tidur siang, makan gaji suami doang”
Nggak sedikit nih yang nanya begini, ribuaaaaaan!
Mereka menyayangkan saya yang supel, manis, dan pintar ini *yang terakhir
bohong sih* nggak bekerja di kantor. Sebagaimana stigma masyarakat kita kalau
bekerja harus di kantor, nah kalau cuma dirumah
itu namanya bukan kerja *walaupun dapat duit juga*.
Dan hanya orang-orang tertentu saja yang ngerti saya
gimana sibuknya menghadapi deadline
segunung dan nggak berani nanya saya ini nganggur apa nggak, kadang kalau lagi
sibuk saya sampe tidur jam 2 pagi, subuh kesiangan dan suami saya berangkat
kerja tanpa lambaian dan ciuman saya karena setelah saya membuatkan sarapan dan
menyiapkan baju saya tidur lagi. Dan begitu saya ketemu orang-orang yang
menganggap saya ini cuma seorang istri yang minta doang dari gaji suami ya saya
seringnya ditanya begitu, biasa sih. Tapi shock
therapy yang berujung ketika saya ujug-ujug ngeluari buku, Enaklah ya di
suudzonin orang, pahalanya gede banget buat saya hahah…
6.
Saya benci kemacetan
Karena saya lebih mencintai hutan, gunung dan
lautan. Ya saya ini tipe-tipe manusia melankolis. Saya suka ketenangan dan
kedamaian. Makannya kalau saya bekerja di luar apa nggak setiap hari ketemu
sama yang namanya teriakan sumpah serapah, orang kebut-kebutan, karena mereka
pada mengejar waktu untuk pergi ke kantor. Sumpah saya nggak sanggup menghadapi
ini semua, stress saya.. belum jika
waktu masuk kantor mepet dengan rutinitas jalanan. Saya nggak ngebayangin
tingkat stress saya seperti apa.
7.
Saya benci polusi dan udara kotor
Kalian boleh sebut saya wanita rumahan, yeah saya
terima. Saya lebih senang dibilang itu. Karena kalau saya keluar rumah otomatis
saya terpapar asap kendaraan bermotor, belum lagi dengan orang-orang yang
merokok, aduuuh mama sayangeee… seng
tahan beta! Nah beruntung sekali suami saya dipindahkan ke kota Ambon,
disini udaranya masih segar, karena masih ada hutan sebagai paru-paru kota,
penduduk yang sedikit dan Ambon ini kota pinggir pantai, biasanya kalau kota
pinggir pantai yang saya amati bersih seperti Aceh dan Balikpapan. Saya masih
betah berlama-lama berada di jalan kalau pulang ke Ambon tapi kalau sudah balik
kampung ke Ibukota saya nyerah, saya lebih memilih berada di dalam rumah ibu
saya berbulan-bulan, sampai kadang tetangga suka kaget “Loh Manda pulang? Dari kapan?
Nggak kelihatan?” padahal saya sudah hampir sebulan pulang. Kalaupun harus
keluar karena urusan tertentu mendingan naik taxi atau mobil aplikasi. Apalagi saya
ini mantan pengidap asma, kadang-kadang suka sering kambuh kalau terpapar
polusi atau udara kotor. Nah kan bahaya ini.
Tapi kedepan saya harus menerima pil pahit kalau suami saya
sewaktu-waktu dipindahkan ke Ibukota.
8.
Banyak waktu terbuang dijalan
Ketika menunggu bis atau kendaraan umum, waktu
menunggu inilah yang sia-sia menurut saya. Waktu itu bisa saya manfaatkan untuk
membaca, mengetik atau main dengan anak. Belum lagi pulangnya menunggu lagi,
macet lagi. Waktu-waktu berharga ini bagi saya sayang banget kalau nggak
dimanfaatkan buat membuat sesuatu, belajar bikin kue misal, berzikir misal, menulis
ide baru misal, mengajarkan anak sesuatu misal, bercengkrama dengan suami misal
dan banyak hal lainnya, yang terutama sih tidur *hahah*. Saya nggak tau kalau
saya bekerja apakah saya bisa melakukan ini semua?
9.
Saya benci affair
dan perselingkuhan
Bekerja
dengan orang nggak memungkiri terjadinya affair.
Dalam satu kantor terdapat ribuan pemikiran, status, ras, suku, budaya dan
agama. Ya dalam satu rumah aja sifatnya beda-beda apalagi satu kantor. Terkadang
kita sudah jaga pandangan, eh ada yang godain. Hal begini ini kan bikin siapa
saja klepek-klepek kalau nggak tahan iman. Nah saya benci sekali hal ini
terjadi, nggak dipungkiri dalam satu kantor pasti ada saja terjadi hal
demikian.
Lalu apakah suami saya melarang untuk bekerja?
Tidak, tidak
sama sekali. Suami saya memberikan kebebasan untuk saya dalam hal ini. Tapi
satu syaratnya, cari pekerjaan yang tidak membuang banyak waktu diluar. Misal
jadi guru atau bekerja freelance. Secara
kan kalau jadi guru banyak waktu senggang, anak-anak libur kita ikutan libur. Waktu
bekerja yang fleksibel. Nah suami saya ini tipe suami yang nggak bisa jauh dari
istri *serius ini* dia pengen kalau pulang ada yang nyambut, bikin teh, rumah
udah rapi yah sewajarnya suami pada umumnya dah. Hanya pekerjaan Gurulah yang
membuat suami saya bisa melihat saya fleksibel dirumah. Awal-awal menikah suami
memang kayaknya bête ngeliat saya dirumah aja, *loh kan saya yang dirumah kok
dia yang bête ya?* mungkin ngerasa sebel kali ya ngeliat saya yang cuma bobok, beres-beres dikit
makan gaji buta, atau mungkin gemes istrinya nggak ada kegiatan *pengen bilang "Kamu jangan mager dong" kok sungkan*. Saya nggak ngerti dah, yang jelas saya sempat beberapakali ditawarin kerjaan guru. Tapi saya terus menolak
dengan pendirian saya sebagai penulis. Dikit-dikit saya mulai mendapatkan hasil
dari kebiasaan saya duduk di depan leptop, dan anak pun lahir. Lambat laun
suami saya menyadari, “Kalau kamu nggak dirumah kamu nggak akan bisa
mendapatkan ini semua,” ya iyalah
makannya dengerin kata istri :p
Memang
ada plusnya bekerja kantoran, saya mendapatkan GAJI yang bisa menambah perekonomian keluarga. Tapi menurut saya gaji besar tidak bisa
mengobati paru-paru saya yang kotor terpapar polusi, kuping saya yang mendengar
sumpah serapah dan gosipan orang, mata saya dari melihat hal-hal diluar naluri
kewanitaan saya, dan waktu saya yang paling berharga untuk meluangkan hobby
menulis juga waktu saya untuk anak dan suami. Saya nggak kuat menghadapi
tantangan itu semua.. yeaah saya cuma wanita lemah, saya cuma kuat begadang
nulis dan tidur setelahnya wkwkwk..
Saya
salut untuk ibu-ibu yang masih bekerja diluar, melawan polusi dan kemacetan
juga sumpah serapah orang. Saya salut sama ibu-ibu yang masih bisa mendidik
anak-anaknya dengan baik juga masih punya waktu untuk suami dan juga dapur
mereka. Sumpah, saya nggak yakin kalau ada diposisi mereka apakah saya bisa
melakukan itu semua. Kereen.. kalau melihat ke-9 hal diatas saya nggak yakin. Ya
itulah diri saya yang jika ditanya orang “Kok nggak kerja?” kudunya saya nggak
perlu bercerita panjang lebar, cukup kasih link blog ini ke mereka biar nggak pada nanya lagi.
Ibu-ibu
tetaplah bekerja sesuai passion, satu hal yang saya pinta, hargai profesi kita
masing-masing. Karena pada dasarnya wanita itu hebat dan multitasking.
Foto pintu : meuble.djbarokah, makasih fotonya saya izin sedot
mang..
wuih curhatannya panjang dan semua nya emang bener. saya dukung nda dirumah juga banyak kok kerjaan. kalau mau ambil pict yang gratisan aja di pixabay nda,keren2 disana yg pasti free
ReplyDeleteIya makasih Na infonya. Sekali2 pengen curhat, biar kekinian wkwk
DeleteWah golongan darah anak2ku ini. Kudu siapkan skill kalau mereka bosan dan gak mau kantoran hahahha. Btw, aku malah pengen jadi karir asal instrumen pendukung ada, wkwkwk
ReplyDeleteSebenernya yang gampang bosen itu golongan darah B krn mereka menyukai kebebasan, nah kalau golongan darah AB itu gampang cape dan mudah ngantuk, makannya kerja kantoran tu nggak cocok buat saya
DeleteSamalah kayak aku mbak, istri di rumah tuh sekarang kayak dosa aja, kanan kiri, depan belakang pada ribut, nanyain, memandang aneh, ngasih info lowongan kerja, ngasih nasehat2, hmm susahnya mau jadi ibu rumah tangga saja.
ReplyDeleteSekarang sih saya bodo amat ya dengan omongan orang mba, ntar juga lama2 bosen kalau saya udh tua apa masih mau ditanyain? :D
DeleteHaha ini sama pisan ama jalan pikiran saya sekarang. Saya lagi ngerasain nih mbak gejala2 diatas. Terutama poin nomer 1, 2, 4.
ReplyDeleteNice thoughts.
y udah emang enak jd pengusaha yak
DeleteWaaaah, pantesan nggak nggantor, hehehe
ReplyDeletekang Ale ni, komennya jayus :p
Deleteakhhh klo sya mudah bosannnnn.. selalu pengen hal baru yang membuat semangat
ReplyDeleteNah salah satunya aku juga itu mba, bosan dengan rutinitas harian :D
Deleteklo udh ngantor nggak bisa ngapa-ngapain, mati kutu
Padahal kerja di kantor itu enak, lho. Bagi orang yg kerjanya kaya saya, ke kantor untuk main saat bekerja pasti dirumah :)
ReplyDeleteOhh... ke kantor cuma meeting ya? Kerjaannya bawa ke rumah, saya tebak, kerjaannya mungkin arsitek? atau akuntan? atau editor hehe
DeleteOk aunty
ReplyDeleteyeay
Delete