Merantau artinya berpindah tempat
tinggal dari daerah yang satu ke daerah yang lain, bisa karena pekerjaan, atau
karena ikut pasangan yang bekerja. Ketika merantau banyak hal yang harus bisa
kita sesuaikan dengan kondisi diri kita, mulai dari cuaca, makanan, istiadat
dan budaya setempat. Sepanjang saya lahir, saya sudah lima kali berada di
daerah yang berbeda, pertama di Bekasi, budayanya beda dong perpaduan antara
sunda dan betawi, lalu pindah lagi ke Kalimantan saya nggak begitu kesulitan
harus belajar pola dan budaya orang Kalimantan karena saya sendiri juga orang
Kalimantan :D, lalu pindah lagi ke Makassar, adat istiadatnya rada-rada mirip
dengan orang Kalimantan, ya iyalah mereka kan tetanggaan wong di Kalimantan
juga banyak orang Makassar, lalu pindah lagi ke Ambon dimana pesta sampai
tengah malam dengan musik keras adalah hal yang bisa dan wajar.
Saya bersyukur bapak saya PNS yang kalau
kata orang pekerja tukang pindah, jadi saya sempat merasakan kehidupan yang
beda-beda sedari kecil, hal ini membuat saya belajar bahwa Allah itu Maha
Besar, Ia menciptakan banyak manusia dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,
dan manfaat merantau ini saya rasakan juga ketika saya menikah dan akhirnya
harus ikut suami merantau lagi. Lalu, apa sih alasan kenapa kita harus
merantau?
Memperkaya
wawasan kebangsaan kita
Dengan merantau otomatis kita akan
pindah ke lingkungan yang baru dan adat istiadat yang baru. Sembari menikmati
hari-hari di tanah rantau, cepat atau lambat kita akan mengenal banyak hal di
daerah yang baru tersebut, misalnya sejarah yang ada di daerah itu, apa-apa
saja yang menjadi tradisi kuat sesuatu daerah. Saya aja kalau nggak pindah ke
Ambon nggak bakalan tau sebab VOC datang ke Indonesia karena rempah-rempah yang
ada di Maluku :D padahal saya ini anak IPS
Mengenal
bahasa daerah lain
Karena sering berinteraksi dengan warga
sekitar, otomatis ada bahasa baru yang akan kita dengar setiap harinya. Ada
logat baru yang secara nggak langsung akan berdampak pada dialek sehari-hari
kita. Mau nggak mau kita harus belajar bahasa daerah di tempat kita tinggal
kalau ingin melebur dengan warga setempat. Atau minimal jika ingin mengerti
kebiasaan daerah tersebut ya mau nggak mau harus belajar bahasa mereka. Sebagai
contoh kayak waktu saya tinggal di Makassar, orang-orang Makassar sering
berbicara ‘Ie’ yang artinya iya, atau penambahan kata-kata seperti ‘Ji, Mi,
Ka’. Atau pas saya tinggal di Ambon ini, hampir semua penduduk, pemilik toko
atau interaksi dengan warga pakai bahasa Ambon, kalau nggak cepat dipelajari
saya bakalan nggak nyambung terus tinggal di sini, contohnya misalnya saya
ingin belanja di warung, “Pak, ada sabun x?”, si bapak menjawab “Seng” yang
artinya tidak. Kalau saya nggak ngerti masak saya nanya sabun dikasih seng -_-‘
Belajar
hidup susah dan prihatin
Di tanah rantau pasti kondisinya jauh
berbeda dengan daerah tempat tinggal kita. Kadang barang-brang di tanah rantau
bisa lebih mahal daripada di daerah tempat tinggal. Di sinilah kita harus bisa
menyesuaikan diri mengikuti keadaan di mana kita tinggal
Atau misalnya, di tempat tinggal kita
air deras, listrik nyala terus. Tapi di tanah rantau keadaannya jauh berbeda,
bisa jadi di tanah rantau sering mati lampu, air susah, sembako mahal. Kalau
nggak belajar hidup prihatin dan belajar berhemat kita akan menganggap tanah
rantau ini semacam neraka buat kita.
Berlatih
kemandirian
Sebab dengan merantau semuanya
dikerjakan sendiri. Kalau tinggal dengan orangtua semua sudah serba ada, atau
misalnya di daerah kita tinggal masih ada keluarga, walaupun kesusahan kita
bisa minjem ini itu. Nah ketika merantau mau nggak mau kita kudu belajar
mandiri kan, di tanah rantau kita bisa belajar berhemat, belajar mengelola
semuanya dengan baik agar hidup terus berjalan. Karena terus belajar hidup
susah, ketika pindah ke daerah yang hedonismenya tinggi kita bisa nggak tergoda
karena sudah terbiasa mengelola kesusahan setiap harinya :D
Belajar
mengelola emosi
Yang namanya rumah tangga pasti ada
konfliknya yang bikin baper. Bagi pasangan yang sudah berumah tangga, di tanah
rantau mereka harus menyelesaikan masalahnya sendiri ketika terjadi konflik.
Ini yang saya rasakan, nggak dikit-dikit baper ngadu sama orangtua, nggak
curhat sama temen. Semuanya diselesaikan sendiri, dan gara-gara ini kita jadi
belajar mengelola emosi, nahan amarah kalau ada yang salah. Sebab nggak enak
kali marah-marahan dalam 1 rumah, kalau masih tinggal 1 daerah dengan keluarga
misal kita masih bisa kabur nenangin diri, nah kalau di tanah rantau, siapa
yang bisa didatengin coba? :D
Menambah
saudara, teman baru, keluarga dan sahabat.
Di tanah rantau kita akan bertemu dengan
orang-orang baru. Otomatis banget kan ini, ya masak sih kita mau jadi mahluk antisosial
yang nggak mau kenal siapa-siapa. *yakali ada orang sejenis ini :D, prihatin
gue*, dengan bertambahnya teman baru jaringan kehidupan kita semakin luas dan
banyak. Kita bisa kenal banyak orang dari semua kalangan dan ini asyik banget.
Kita bisa saling bertukar ide, gaya hidup, kita bisa sharing banyak hal, berbagi
cerita sedih, suka, dan lainnya. Semakin kita menjelajah kita bisa menemukan
orang-orang unik lainnya di muka bumi ini. Dan ketika kita bertemu orang baru,
jiwa tenggang rasa kita terasah, bahwa manusia itu diciptakan berbeda-beda
banget, kita nggak bisa menyamakan orang yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal
ini pula kita bisa menjaga lisan kita, cara bergaul kita, karena nggak semua
orang cuek dan kita nggak bisa menyamakan ini. Mungkin kalau ada orang yang
cara berfikirnya sempit, kali itu orang nggak pernah jalan-jalan hee… pisss
Belajar
bersosialisasi dengan baik
Di tanah rantau kita akan hidup
sendirian, jauh dari keluarga dan kerabat. Yang kita temui adalah orang-orang
baru, disinilah jiwa sabar, tenggang rasa, ramah tamah, murah senyum dan banyak
hal tentang cara bergaul akan terpraktekkan. Nggak apa juga kita ingin jadi
pribadi yang antisosial, tapi suatu hari nanti kalau kita merasa kesulitan
nggak akan ada yang bisa dan mau nolongin kita, sebab kita enggan bergaul. Karena
saudara terdekat ya cuma tetangga dan orang-orang baru yang kita kenal, hanya
mereka yang mau nolongin kita kalau kita butuh pertolongan.
Melatih
toleransi antar umat beragama dan sesama agama
Misalnya nih, di lingkungan tempat
tinggal kita dulu kita nggak suka jika ada qunut, shalawatan, maulidan dll nah
jebret! Tiba-tiba kita dipindahkan ke tempat yang semua itu terlaksana. Apakah kita
akan ngamuk-ngamuk di daerah orang sebab ketidaksukaan kita terhadap kebiasaan
tersebut? Atau misalnya kita biasa ngelihat masjid, hari-hari terdengar suara
azan dengan jelas, puasa gampang dan banyak hal yang memudahkan kita dalam
ibadah, di suatu hari kita dipindahkan ke tempat minoritas semacam eropa dan
negara-negara barat yang lebih banyak non muslimnya dan bisa jadi muslim
dibenci disana. Trus kita mau koprol gitu nangis-nangis pulang ke Indonesia?
:D,
Dengan merantau dan mendapati sebuah
kebiasaan baru dalam beragama membuat mata kita dan cara pandang kita terhadap
agama bisa lebih terbuka, dan nggak merasa paling bener sendiri dalam beragama.
Bebas
Intervensi dan Konfrontasi dari keluarga
Ini yang saya rasakan banget. Ketika
saya tinggal dengan orangtua, intervensi itu nggak berhenti tiap hari, ya
namanya orangtua ya rada bawel kalau anaknya ada salah dikit. Maksud mereka sih
sebenernya baik, pingin anaknya sempurna. Tapi kan nggak semua anak bisa nerima
masukan orangtua, karena zaman kita dididik berbeda bukan dengan mereka? Sebagai
contoh waktu saya pengen ngasih anak ASI ekslusif, ibu saya udah nyorocos aja
terus tuh tiap hari pas Naqib udah umur 5 bulan “Ini anakmu cegukan kasih dikit
air putih, ngga apa-apa air putih aja”, “Di lapar tuh, nangis terus” padahal
mah emang dia rewel, “Ini jangan begini..ini jangan begitu” belum lagi konfrontasi
dari bapak saya, “Anak kamu nggak dikasih makan? Nanti dia kelaparan” yaelaaah
baru juga makan jam 1 siang, jam 4 udah disuruh makan lagi. “Kok dia belum
jalan udah umur segini”, bla..bla…bla
dan banyak lainnya.
Ketika pindah, saya merasakan saya bebas
dari penjajahan mereka. Dan ini yang disebut MERDEKA!! Tapi yang jelas karena
saya pulang 1 tahun sekali, ketika ketemu yang diomongin ya masalah
kangen-kangenan aja, kalau kelamaan dikit aja saya pulang, ya udah deh banyak
lagi yang di intervensi :D kangennya udah ilang
Bebas
Tendensi dari orang-orang
Nggak sedikit orang yang udah kenal lama
malah mencampuri kehidupan kita, misalnya “Kok belum hamil?” Karena ngeliat
kita udah nikah lama nggak hamil-hamil misalnya, “Kok betah banget ngerantau”,
kok ini itu.. baweeel!! Dan ini yang saya rasakan ketika saya pulang selepas
merantau, tetangga adaaaaa aja yang nanyanya bawel tekewel-kewel rasa pengen
dikasih sambel mulutnya. Beda banget ketika saya berada di tanah rantau
pertanyaan-pertanyaan tendensius semacam itu nggak pernah saya dengar, karena
orang-orang yang merantau udah ngerasa “Hidup gue susah, ngapain gue nyampurin
kehidupan orang.” kayak gitu, dan warga lokal juga nggak mau nyampurin
kehidupan para pendatang. Ini yang saya suka
Inget
arti kata Rindu
Ini request temen saya Chandra KW :p. Saat
merantau tentu saja kita akan jauh dari semuanya, dan hanya kita sendiri di
negeri orang, nah saat-saat seperti ini biasanya kita akan inget arti
kebersamaan. Inget makan bareng keluarga, pas jalan-jalan dan banyak hal
lainnya. Nah saat-saat ini kita pasti sedih banget, waktu saya awal-awal
ngerantau begitu juga, sedih banget kalau inget hal-hal yang nyenengin maka
untuk mengantisipasi kegalauan saya pingin ketemu keluarga saya inget hal-hal
yang bikin sebel. Misalnya pas saya berantem sama adek saya, atau pas lagi
diomelin ibu atau bapak saya, saya inget itu biar kangennya nggak sampe bikin
baper.
Nah itulah sedikit pengalaman saya
selama merantau. Sebab merantau, teman-teman sekolah saya nggak jelas, karena
selalu berganti-ganti selama beberapa kali. Sebab merantau saya jadi kenal
banyak orang, ragam budaya, ragam adat istiadat kebiasaan pola pikir beragama
dan saya berfikir inilah Indonesiaku. I love Indonesia, Wonderful Indonesia,
right!
Kalau saya manfaat berpindah2 teman saya jadi segambreng hehehe melalui FB pula kami dipertemukan yang hanya sekedar tmn ngaji, tmn skolah mpe tmn main :) *malah curhat*
ReplyDeleteIya mba, sama temen saya juga jadi segambreng gara-gara suka pindah-pindah :D
DeleteSemoga bisa traveling sampai ke Ambon. Nice share mba Manda
ReplyDeleteAmiiiin... semangkaaaaaa Aiii aku tunggu disini :D
Deletemenarikk, belajar hidup prihatin, karena klo jadi kaya gak susah susah amat nerimanya kebalik klo keadaan susah yah, mentalnya musti dibangun, sukaaa.
ReplyDeleteIya mba, saya belajar ini dari kecil soalnya, makannya bersyukur banget tinggalnya pindah2 :D
DeleteWow banyak juga ya daerah rantaunya. Seru juga ya jadi punya teman baru dan menambah wawasan kita tentang budaya mereka.
ReplyDeleteSebab bapak PNS itu juga, kalau bapak nggak PNS mungkin saya nggak ngerasain hidup nomaden :D
DeleteDAlam Alquran juga diperintahkan untuk 'berjalan di muka bumi' alias mengembara ya mba :)
ReplyDeleteAda Quote , 'Jika kamu ingin mengenal Tuhanmu, maka menjelajahlah' dan Quote ini yang selalu saya pegang sampai sekarang
Deletesaya setuju mba..banyak manfaat positif yang kita dapat dengan keluar dari zoan nyaman dan merantau :)
ReplyDeleteHuum saya pikir kalau kita tinggal di situ2 aja hidup nggak akan berkembang :(
Deleteklo pindah2.. susah adaptasinya sih kalo aku...coz rada kuper he2
ReplyDeleteNggak apa, belajar dikit2 mba, nti juga terbiasa lama2 :)
Deleteaku mulai merantau sjk kls 3 smu :).. Pindah ke kota lain, jauh dari ortu, tapi waktu itu malah seneng bgt :D.. Jarang2 kan jauh dari ortu ;p.. trs tamat smu, lgs milih kuliah di luar, jd makin jauh :D.. tamat dari sana, ga pake balik2, lgs nginjakin kaki ke jakarta :D.. mw naklukin ibukota sekalian nunjukin ke ortu, kalo bisa mandiri skr.. alhamdulillah tercapai :D.. krn merantau kita memang dipaksa mau ga mau jd lbh kuat jalanin hidup ya mbak :)..ga tergantung dari ortu..
ReplyDeleteWah hebat ini mba fanny perjuangannya, iya bener banget mba, bebas konfrontasi dari orangtua. Kalau dulu jaman aku kuliah mana boleh jauh-jauhan, kecuali traveling ya *aneh pisan orangtuaku ini*
DeleteSaya juga merantau ke bandung. Asal Padang. Tapi merantaunya sekeluarga, ada orangtua dan kakak juga, jadi tetep deket sama keluarga :D
ReplyDeleteJIaaaaa gedubrak..
DeleteSalam anak rantau :D
ReplyDeleteSaya sudah merantau cukup lama, dan apa yg Mba tulis di sini memang begitu adanya yang dirasakan anak rantau...
Halooo salam anak rantau juga mas, *tos*
Deleteaku baru kerja ini merantau, dar lahir sampe kuliah dulu di kota kelahiran terus :D
ReplyDeleteenaknya merantau itu bisa mandiri hihi
Bener banget, tapi sedihnya jadi kangen masakan rumah :D
DeleteWeh iki jos gandos wes teko ngendi2 mbaknya.. kalah ane.. lewong mung neng desoo terus urepe,, arep mlayu ra duwe sangu :D
ReplyDeleteEh jangan salah, bapakku juga orang desa, tapi akhirnya bisa merantau karena banyak belajar. Bapakku sekolah dapat beasiswa terus, jadi sekolah gratis. Hayo kamu pasti bisa Bonadi ^^
DeleteIh, aku iri deh Mba. Aku lahir besar di Jakarta. Ngga pernah merantau begitu. Pengen jalan-jalan liat Indonesia juga. Ntar diteruskan ke anaknya dong ya hehe. Merantau bisa jadi tradsi.
ReplyDeleteAyo mba jalan2.. Banyak hal2 baru yg bsa kita dapat dari jalan2
Delete