Setiap perjalanan pasti bakalan ada
drama-drama lebay yang jadi bumbu, karena tanpa bumbu travelling kita nggak
akan seru. Nah, pas pergi ke KL kemarin, jangankan pas selama travelling, pas
sebelum jalan aja sudah banyak bumbu yang bikin baper. Saya peringatkan, ketika
baca kisah ini kalian jangan ngakak yak arena kelebayan kita. Baiklah kita
mulai saja cerita-cerita lebay ini,
Tragedi
Tia
Saya sebenernya pengen berangkat jam 6
agar pas saya pergi Naqib nggak melihat kepergian saya, namun bapak saya bilang
“Buat apa pergi pagi-pagi? Ini kan minggu toh jalanan nggak macet” beruntung
lagi bapaknya Naqib dateng karena ada diklat di Bogor. Ya sudah, pas saya pergi
Naqib diajak jalan-jalan keliling komplek sama Bapaknya.
Nah kisah pertama terlewati, nggak
bakalan ada cerita tangis-tangisan antara ibu dan anak. Saya kemudian janjian
dengan Ubhay dan Mbak Wiek di pangkalan Damri Bekasi, jam 7 lewat. Tinggal menunggu Tia. Dari
semenjak kita ada di Damri sampai tiba di Soeta, Tia nggak bisa dihubungin,
buset dah ini orang niat kagak sih ngikut. Berkali-kali di Wasap pun dia nggak
bales, oh ya sudah kita berasumsi Tia nggak ikut.
Terus iseng lagi kita W.A, “Tiwul! Woi…
lo jadi ikut nggak sih?”
“Iyaaa mbaaak” Cuma itu jawabannya.
Mba wiek W.A lagi, “Tia lo dimana?”
Dibales, “Masih dirumah mba…”
Seketika kita semua yang ada di situ
istighfar, “Aduh si Tia ini jam 9 masih dirumah, sampe cengkareng jam berapa?”
gregetan tingkat akut. Rasanya kepingin jedotin pala Tia ke tembok.
Nggak lama kemudian W.A kembali
bergetar, mba Vira mendesis, “Ya Amploop si Tia katanya mau balik lagi, ada
yang ketinggalan”
Saya yang lagi ngetik sih pura-pura masa
bodo, tapi dalam hati gregetan juga, rasanya pengen melumat Tia dalem-dalem dan
mengeluarkannya jadi bakso, yeaaah Bakso TIA :p
Kurang dari setengah jam Tia dateng,
saat itu kira-kira jam setengah 11, semua pada pengen gigit si Tia,”Tiaaaa lo
dari mana aja, semuanya pada khawatir” Tia cuma mesem-mesem aja.
“Terus yang ketinggalan apa Tia?”
tanyaku
“Ringgit aku mba,”
“Lah terus ini nggak bawa ringgit?”
“Bawa mbak tapi nggak semua. Jadi
ringgit aku di selip-selipin di buku gitu, dan bukunya salah bawa” makjleb deh.
Dan kisah ketelatan Tia ini kemudian
tanpa sadar dia ceritakan waktu kita bahas ketelatan Tia.
“Aku sih sebenernya berangkat dari
Cikampek mbak. Sengaja di telat-telatin biar kalian khawatir gitu, nah nanti
pas tiba-tiba aku dateng kan kalian kaget tuh, trus bilang, ‘Wiih Tiaa.. kok
cepet banget datengnya dari Bekasi naik apa?,’ Langsung deh pada shock”
mendengar ini saya rasanya pengen kembali jedotin Tia ke tembok sampe benjol.
Ini yang namanya Tia nih |
Fitaaa
kemana??
Nah selesai tuh Drama si Tiwul markiwul.
Kita delay 15 menit, dan kemudian berangkat dengan cuaca baik. Seneng dong ya,
sampai di KL kita disambut hujan ala-ala indiahe, romantis gitu. Nah, perlu
kalian ketahui, antara kami berlima (mbak Vira, aku, Ubhay, mbak Wiek dan Tia)
dengan mbak April, mbak Nadiah, Nyur dan Fita beda-beda jam kebrangkatannya.
Ini dikarenakan ketika kita pesan tiket, Fita nggak nongol-nongol di grup dan kita
beranggapan Fita nggak jadi berangkat. Sedangkan mbak April, Nur, mba Nadiah
saat itu masih galau. Cuma kita berlima yang manteb dan nekat pesen tiket. Ya
dan akhirnya terjadilah tragedi ini, keberangkatan dengan jam yang beda-beda.
Si Fita paling perdana berangkat sekitar jam 8.30 dia sudah take off sedangkan
kita jam 11.30, mba April dan Mba Nadiah take off jam 13.30, sedangkan Nur
besoknya jam 13.30. Nah sebab keberangkatan yang beda-beda itulah drama-drama
lebay kemudian banyak terjadi. Seperti dramanya si Fita.
Pas sampai di KLIA kita langsung
kepikiran Fita, Fita apa kabarnya ya di negeri orang, sudah makan apa belum?
Lagi apa? Dimana? Kemudian kita buru-buru antri di Imigrasi yang panjangnya
sampe 100 meter, nyari makan dan beli tiket bis menuju KL sentral. SMS demi SMS
bermunculan dari Fita
“Kalian
dimana? Aku sendirian nih, horror diliatin orang Bangladesh, aku ketakutan
huhuhu”
Kita ngikik aja di KLIA, sukuuur..
beraniin ya Pit hihihi…
“Udah biarin, biar Fita berani.
Lama-lamain aja dulu disini yak wkwk..” kata mba Vira ngakak baca smsnya Fita.
Nggak lama kemudian Fita SMS lagi,
“Kalian
dimana? Masih lama?”
“Kita
sudah di bis ini, tunggu ya mba Fita” bales Ubhay
1 jam kemudian Fita sms lagi, “Batere aku lowbet. Kalian dimana T_T?”
waduh, alamat susah ini nyari Fita. Setelah kita naik MRT dari KL Sentral
menuju pasar seni, kita sms Fita lagi.
“Fit
kita sudah sampe, kamu dimana?”Nggak dibales,
sedangkan kita belum shalat zuhur dan Asar, saat itu waktu sudah mendekati
pukul 7 malem, waktunya shalat maghrib. Nggak lama,
“Aku
di Texas chicken nih,” saat itu kita kita belum nyadar
kalau ternyata Texas itu cuma selemparan batu dari stasiun pasar seni.
“Ya
udah kesini cepetan, kita udah di stasiun pasar seni”Nggak
dibales.
“Sambil nunggu Fita kita shalat dulu
yuk,” sahut mbak Vira, eh pas ngomong gitu Fita ujug-ujug dateng.
“Huuaaa aku takut, masak ada orang
Bangladesh bentuk-bentuk lope-lope gitu ditangannya sambil nunjukin ke aku.
Horor, kalian lama banget sih jemputnya” hahaha kami berlima ngakak. Yang
penting sekarang Fita sudah ketemu, tinggal nunggu mba April dan Mba Nadiah
aja, kita naik GOKL menuju stasiun Bangkok Bank, sementara azan magrib sudah
berkumandang. Dan drama Fita telah berakhir.
Kasur
buat Mba April gimana?
Selesai mandi, saatnya kita menanti mba
April yang katanya sudah nyampe jam 7 malem
ini, dia masih dijalan menuju
hotel. Huh bener-bener kita kecapekan, sambil ngebully Fita, satu-satu dari
kita mandi dan shalat maghrib.
“Pit, jadi elu cuma dapet ayam 2 biji,
kentang sama salad?”
“Iya ini gue laper, belum makan nasi
dari pagi,” udah tau Fita belum makan, kita asik malakin ayamnya Fita yang cuma
seuprit, secara kita juga laper. Nggak nyadar waktu sudah menunjukkan pukul 9
malam waktu KL.
“Eh, gimana ini mba April? Kita nggak
keluar? Kita makan dulu yuk?” kataku
“Eh jam 9?”
“Waduh, nggak kerasa yak. Ya udah yok
pake baju. Kita jemput mbak april,” semua dari kita langsung pakai baju pergi
lagi dan menunggu di Lobby yang ternyata mba April sudah disana. Selesai
cipika-cipiki dan heboh menanyakan kabar mba April kemudian menanyakan pihak
hotel apakah extra bed ada.
“Pihak hotel tidak menyediakan extra
bed” sahut laki-laki India dengan bahasa inggrisnya yang ala-ala bombai gitu.
“Tapi di keterangannya sudah saya tulis,
extra bed untuk hari senin,”
“Iya tapi maaf, kami tidak punya extra
bed”
“Saya sudah request via Traveloka.”
“Maaf, saya sudah bilang tidak ada extra
bed, jikapun request, itu murni kesalahan Traveloka Karena kami tidak ada extra
bed,”
“Oke, kalau misalnya pesen kamar berapa
harga semalam?”
“Sekitar tiga ratus ribuan” *sudah
dikurskan ya omongan ini*
“Aduh mahal banget..”
“Atau mau sharing dengan penghuni lain,
harganya bisa lebih murah,”
Mba April mikir, “Gue nggak nyaman bobok
sama orang lain walaupun sama-sama perempuan,”
Setelahnya kita semua ikutan mikir.
“Kalau gabung sama kita aja gimana
tidurnya, tapi nggak usah pakai extra bed?” dan pihak hotel menyetujuinya, mbak
April juga nggak bayar untuk hari itu, tapi tetep nggak ada extra bed. Jadi
harus ada yang merelakan tidur berdua dengan mba April, dan itu adalah Fita
yang badannya paling ceking diantara kita.
“Tau gitu gue pesen kamar dari jauh-jauh
hari kalau tau kayak begini” aduh, saya jadi punya rasa bersalah yang besar
sama mba April ini T_T, maafin aku ya bun..bun, habis setelah booking hotel
juga nggak ada konfirmasi dari pihak hotel kalau extra bed nggak ada. Kan
jadinya kupikir extra bed ready T_T… maaf ya bun..bun..Drama pun berakhir
dengan penyesalan.
Si Bundel April |
Kekhawatiran
tingkat dewa untuk Nyur.
Nuraini, ah enaknya dipanggil Nyur
ajalah ya. Ini peserta yang paling akhir datengnya. Yaitu di hari senin yang
pada hari esoknya adalah hari kepulangan kita. Dan beruntung pesawat kita di
delay jam 12.15 dini hari (pesawat sebelumnya jam 10.30) jadinya kita bisa
nemenin nyur jalan-jalan tanpa buru-buru pengen pulang. Sedangkan Nyur pulang
pada hari Kamis barengan mbak Nadiah dan mbak April. Jadi Nur ini sebenernya pergi bareng kedua
anak dan suaminya, tapi karena suaminya mendadak ada tugas di Palembang dia pun
menggalau di Whatsapp
“Gue pergi sama siapa ya? Suami gue beum
pulang. Apa baiknya pergi sama anak-anak aja,”
“Aduh Nyur mending jangan bawa anak-anak
deh, kesian kamu pasti bakalan kerepotan,”
“Nggak apa-apa aku udah biasa,”
“Iya mungkin dirimu biasa, tapi yakin
deh kalau bawa anak-anak pasti bakalan cape”
Dan akhirnys setelah nurut sama kita,
Nyur berangkat sendirian nggak pake bawa-bawa anak. Terakhir dia berangkat kita
masih bisa kontak-kontakan tuh sama dia, kalau nggak salah kita lagi di masjid
Jamek. Langsung aja kita kasih tau, kalau dari KLIA2 harus
kesini...kesini…kesini. Nah sudah tuh ya, kita melanjutkan plesiran kita ke Batu
Caves. Pas di Batu Caves kemudian kita mikir, pasti Nyur udah sampe nih ya,
lagi dimana nih anak.
Sesekali ada yang nemu sinyal Wifi kita
tanya si Nyur lagi dimana, dan tidak berbalas sama sekali. Sampai akhirnya kita
kembali ke hotel Nyur nggak ada kabar, dan disinilah awal kepanikan kita semua.
“Nyurrr kamu dimana sih ya Allah,” mba
April panik.
“Mungkin lagi sama mba Nadiah kali Bun,”
sahutku
“Aku takutnya dia nyasar. Dari jam 2
masak belum sampek juga sih, minimal ngasih kabar kek,” sambil nungguin Nyur
datang, satu-satu dari kita mandi.
“Iya kayaknya dia mah udah sampai deh,
nggak mungkin belum nyampe sampai sekarang,”
“Iya tapi dimana,”
“Dia pemalu lagi anaknya,”
“Nggak kok, dia lebih berani dari Fita,”
*inget nggak ini siapa ya yang ngomong wkwk*
“Untung dia nggak sama anak-anak ya.
Nggak kebayang repotnya kalau dia pergi sama bocah-bocah,” semuanya ngomelin
Nyur, tapi dia nggak tau kalau lagi diomelin.
Gregetan nggak sih, kita nungguin orang
tapi nggak ada kabar? Dan akhirnya kita
semua beranggapan kalau Nyur lagi pergi sama mbak Nadiah, dan malam itu kita
lanjut pergi ke Petronas.
Pulang dari Petronas, Nyur baru ngasih
kabar. Dan malam itu kita lagi makan di Al-Baik
“Hai kalian dimana sih? Aku sudah sampe
Areena nih”
“Lagi makan” salah satu dari kita balas
Whats app Nyur.
“Jangan lama-lama ya, aku sendirian
ini.”
Ieuuuh.. sebel deh.
Balik ke hotel kita pun berkemas untuk
tidur, dan lega karena Nyur akhirnya sudah sampek hotel. Ndilalah pas kita
sudah mulai baca doa tidur sebuah teriakan dan cekakak-cekikik muncul dari arah
luar
“Semuanya tidur dah, itu si Nyur
diluar,” sahutku
Dan betul saja, ketika kita ingin
memulai tidur sebuah teriakan muncul
“ASSALAMUALAIKUUUUM, WOOI BANGUN-BANGUN,
AKU DATANG NIIIH….. Ah kalian ini pada
pura-pura tidur semua” sungguh mengganggu, udah bikin panik juga -_-
“Mbak Manda banguuuun!” Nyur menarik
selimutku paksa dan tersingkaplah diriku yang hanya pakai baju pendek
“Kyaaaaaa… Astaghfirullah!”
“Lagi lu buka-buka, sini selimutnya!
Dasar tukang bikin panik,” lalu mengalirlah cerita si Nyur bahwa tadi
sebetulnya pas sampai KLIA2 dia langsung naik bis dan menuju ke hotel Geo, dari
hotel Geo daripada kayak anak ilang dia diajak jalan ke KL Tower. Dan selama
itu pula hpnya mati. Asem! Kita udah nungguin sampe jamuran dan harap-harap
cemas dia malah bisa haha hihi dan jalan-jalan. Drama berakhir dengan gerutuan,
nyebeliiiin!
Pacar
Fita :p
Maaf ya Fit nggak ada maksud ngebahas
ini, tapi seru pisan kalau bahas orang satu ini :D. Jadi ceritanya kita sering
makan di rumah makan Al-baik. Rumah makan ini menyediakan banyak makanan yang
berbau-bau kare gitu. Nah karena kami orang udik yang baru perdana ke
Malaysia *kecuali mba Nadiah* kepingin dong nyobain semuanya. Jadilah ketika
pelayan Al-baik datang dia harus menunggu sangat lama karena kita manusia-manusia cerewet sibuk milihnya
daripada mesennya. Ditengah-tengah mesen itu rupanya pelayan Al-Baik yang
berwajah campuran India memperhatikan Fita, jie..jie.. sebab, Fita terus yang
ditanyain mau makan apaan :p
Nah pernah esoknya kita makan di situ
lagi *ini sangking bingung mau makan apaan, karena di KL alternative kuliner
itu-itu aja* saya waktu itu pesen teh tarik panas, kepanasan dong dan kepingin
segera dingin airnya. Lalu saja saya bilang “Saya nak ice cube ya pak cik”
“Ape? Aisyeee?” entah kondisi kita yang
tengah lapar atau nggak konsen, mbak April yang saat itu ada di depan Fita
menunjuk Fita secara sadis, “Ini die Aisye” saya membelalak kaget. Orang gue
minta es juga T_T.., nah gara-gara tunjuk-tunjukkan itu sang pelayan Al-Baik
kemudian mengira Fita bernama Aisye. Ihiiiiiiirr…. Semenjak saat itu Fita pun
diuluki Aisye dan si pelayan dipanggil akang Fahri wkwkwk..
Oh ya di hari kepulangan saya, saya
sempatkan untuk beli oleh-oleh di ChinaTown karena sore itu mendung dan akan
turun hujan saya buru-buru jalan, karena jarak antara ChinaTown dan hotel geo
lumayan jauh. Dan lagi-lagi saya harus melewati restoran Al-Baik. Ditengah
lari-lari yang heboh itu si akang Fahri melihat saya dan heboh bertanya, “Heeei
mane Aisyeee?” sumpah dia masih inget dan sumpah saya kaget. Fitaaaa balik lagi
gih, jodohmu di Malaysia kalii hehe..
Ada yang niat banget motoin dia wkwk |
Akhir
kepulangan.
Beruntung pesawat kita di delay, karena
di hari terakhir itu kita masiiiiiih aja getol jalan-jalan. Padahal wajah sudah
menunjukkan kelelahan tingkat dewa. Nah karena ngerasa pesawat kena delay
itulah yang menyebabkan kita santai-santai, nggak taunya semua diluar prediksi.
Malaysia hujan deras dan kita harus menunggu hujan turun dengan reda. Saat itu
kita ada di hotel Geo sedangkan barang-barang ada di Arena, jarak antara Geo
dan Arena lumayan bikin kaki gempor dan harus naik purple bus alias bis gratis
untuk sampai di sana. Okelah setelah semua selesai dandan kita langsung cus,
nggak sempet haha hihi lagi dan pamitan dengan mba Nadiah yang pulangnya
belakangan, kita langsung berangkat.
Sampai di pemberhentin bus, bus bandara
yang kita nanti-nanti ini telat 30 menit, mba Wiek berkata “Kalau pesawat kita
nggak delay kita terlambat ini naik pesawat” dengan menunjukan muka pucat
pasinya. Perut dalam keadaan lapar, mata mengantuk dan bus belum datang.
Selesai sudah. Pengen beli roti, helooow ini bukan Indonesia yang dimana-mana
jual Roti. Ya sudahlah tahan dulu. Untungnya bis yang dinanti datang juga, kita
buru-buru naik dan bis pun melaju dengan kecepatan tinggi. *Iya bisnya ngebut
coy!* ngebut aja sampai bandara 1 jam, nah bayangin kalau bisnya nggak ngebut
lalu macet kayak Jakarta. Saya yang sedari tadi hanya melirik jam nggak bisa
tidur. Jam sebelas kurang lima belas menit bus sampai di bandara, kita turun
dengan terburu-buru sambil lari-lari heboh kayak anak-anak labil ngejar artis
korea seganteng won bin!
Dan, selamat datang di Bandara yang
bikin kakimu segede gedebok pisang, KLIA. Bandara yang menyatu dengan Mall ini
bikin kamu pangen nangis buat sampai ke area check-innya, gimana enggak, kita
kudu naik eskalator sebanyak.. *kayaknya sampe 4 kali dah*, belum lagi dari 1
eskalator ke eskalator yang lain dengan jarak tempuh yang aduhai mama
sayangeee.. larii….lariiii dan lariii. Sampai di Area Check in kita ternyata
nggak bisa self Check in, karena
pesawat kita nggak terdeteksi. Karena barcode yang bisa terdeteksi cuma
keberangkatan sebelum delay, Mampus semampus mampusnya. Dengan semangat 45 kita
nanya kembali ke mbak-mbak petugas Air asia disana. Dan inti dari semua
pertanyaan ini kita kudu check in sendiri di sebuah loket khusus di pojokan
bandara. Lari-lari lagi buat nyari loket ini, karena semua loket tutup.
Ditengah kepasrahan akhirnya kami menemukan loket tersebut.
“Where
do you come from” dengan aksen Melayu petugas ini menanyakan kami. Karena
aksennya susah dimengerti kita jadi saling pandang, ini orang nanya apaan. Atau
kita yang lagi butuh air mineral kali ya :D sampai berkali-kali pula orang
tersebut nanya yang hanya dijawab “Hah..?”, “Hah…” wkwk kemudian petugas ini
kesal sekesal-kesalnya
“Kalian dari maneee!”
Serampak kita mengucapkan “Oooooooo,
Indonesia pakcik”
“Kenape jam segini baru check in,”
Diatanya super jutek begitu kita nggak
ada yang jawab. Dengan perasaan kesal si pakciknya ini melayani kami dengan
muka cembetut. Alhamdulillah kita sudah dapat boarding pas, saatnya berlari
kembali menuju ruang tunggu. Dan dari ruang check in ke ruang tunggu
terimakasih lagi, jauuuuuh… ngantuk, belum makan, pengen pipis, haus. Lengkap
ya..
Sudah sampai ruang check in saya ajak
temen-temen untuk makan, pada nggak mau huaaaa.. padahal saya udah nyisihin
duit 13RM buat makan tuh disana, akhirnya malah nggak kepake karena saya makan
kemudian ditraktir ubay. Ubhay pesen nasi telur dan ada sosisnya, tapi saya
nggak ngerasain nikmatnya makan, karena nasinya keras dan rasanya hambar.
Alahmak, makanan apa ini T_T? ya sudahlah karena lapar saya berdua ubhay makan
dan habis. Nggak lama pesawat boarding dan kita pun terbang.. Alhamdulillah
drama menyedihkan mengejar check in berakhir.
Cobaan
lagi T_T
Alhamdulillah sampai juga di komplek
perumahan dengan selamat, setelah kembali saya tegang di jalan karena takut
supirnya ngantuk, habisan dia ngebut banget bawa mobilnya, horooooorrr.. taxi
ini sebenernya sudah nganterin mba Wiek dan mba Vira, tinggal saya, ubhay dan
Tia. Kebetulan karena Tia dan Ubhay rumahnya deketan ya udah saya yang
dianterin duluan. Dan tahukah kalian pas sampai di komplek perumahan saya?
Ternyata semua jalanan diportal, ya komplek saya ini terkenal akan copet dan
malingnya yang menawan alias banyak bangeeet jadi sebagai antisipasi semua
warga sepakat buat bikin portal di jalan-jalan utama. Dan itu dia gara-gara
jalanan di portal saya bingung mau turun di mana. Akhirnya saya turun di gang
yang paling terdekat dengan rumah saya, saat itu yang ada dalam benak saya
bukan hantu yang muncul tiba-tiba. Tapi maling atau anjing liar yang bisa aja
muncul, maka jalan cepat adalah yang terbaik. Sumpah horror banget, saya nggak
begitu takut hantu. Lah hantu kalau misalnya dibacain ayat kursi dia bisa
hilang, kalau maling yang ada nggorokin pisau ke saya bisa deh T_T.
Alhamdulillah lagi, lari-lari kecil saya
membawa koper super berat akhirnya sampai juga dirumah. Saya nggak perduli saya
laper saat itu, yang ada di benak saya adalah tidur dan ketemu Naqib. Selesai
gosok gigi dan cuci muka, saya jumpai Naqib di kamar mami yang tengah terbangun
“Ibu tudah puwang,”
“Iya nak,”
“Ibu atib mau nenen,” jiaaaaaaaa gagal
dah nyapih… drama nenen pun kembali terulang.
Untung
nggak bawa Naqib
Sebelumnya sudah baca kisah saya yang ini
belum, kenapa akhirnya saya nggak bawa Naqib ke Malaysia? Dan saya
bersyukur banget akhirnya Naqib nggak ikutan, Alhamdulillah ini kesalahan dan
keteledoran yang patut disyukuri banget. Sebab saya kan backapacker, ngecer
kemana-mana nggak pake travel atau taxi. Saya ngebayangin kalau bawa Naqib
gimana capeknya, turun naik bus, pindah jalur kereta, naik turun tangga, makan
telat dan pulang sudah larut malam. Sungguh Alhamdulillah banget saya dikasih
kesalahan dalam beli ticket, di sini saya merasa Allah sangat baik sama saya.
Saya ngebayangin seandainya Naqib ikut gimana ya, baru 1 jam di Kuala Lumpur
mungkin dia sudah minta pulang sangking capeknya, dan mungkin saya nggak
bakalan bisa ke banyak tempat karena Naqib akan kelelahan ketika mengunjungi 1
tempat saja. Belum lagi dia ini tipe anak yang rewelan dan mudah lelah, selalu
minta gendong kalau manjanya kumat. Masya Allah deh, bener-bener..
mudah-mudahan ya nak suatu hari nanti kita ke sini lagi sama abah, biar
bahagianya ibu bisa Naqib rasain juga. Maaf kalau Naqib nggak ibu ajak waktu
itu T_T *baper*
Ambon,
sore hari
Postingan
tertunda traveling kemarin
aku sewaktu ke KL juga gitu mbak kemana-mana naik kereta ganti-ganti stasiun, untungnya ada temen adikku juga disana yang bisa ngarahin :)
ReplyDeleteYa sama aja sebenernya kayak di Jakarta, cuma karena di daerah orang jadi keliatannya ribet
DeleteAssallammuallaikum..Kapan ya maen kesana sembari ngajak family..hehhee
ReplyDeleteWaalaikumsalam,mudah-mudahan secepatnya ya pak ^^
DeleteBanyakk ya dramanya. Emang lah klo traveling itu pasti aja ada dramanya. Kemarin anak-anak pas dibawa ke Singapore-KL juga ada dramanya, tapi Alhamdulillah bisa di handle. Mereka banyakan excitednya. Doyan jalan, naik kereta, naik turun bus, mereka seneng-seneng aja. Dan pas di KLIA, malah excited jalan dari turun bus sampe ruang tunggu. Sensasinya beda kalau traveling bawa anak. Serunya nambah, walau cape tapi jadi kenangam banget. Next, harus nyoba ngajak naqib ke LN yaa nda :) pasti seruu :)
ReplyDeleteIya nanti Insya Allah bawa Naqib deh :)
Deletepengen juga ke Singapore sama dia :)
Seneng banget punya kenang2an cerita bareng kaliaaan... Love yoouu all... kapan2 kita jalan2, seru2an lagiiii
ReplyDeleteIya bun, Insya Allah ya :)
Deletebuahahhhhh seru banget ceritanya XD
ReplyDeleteHehehe...
Deletewkwkkw ... dramanya banyak. Seru kalau dikenang lagi, ya :D
ReplyDeleteIya, jadi pengen jalan2 lagi bareng mereka :)
DeleteMba mandanya mana foto dewean hehe..
ReplyDeleteMalu ah hihihi..
DeleteAih kepengen banget dah ke KL hehhe
ReplyDeleteMudah2an besok ya mba, amiiiiin
DeleteAaahh.. kalau jalan rame-rame gini seru bangetttt..
ReplyDeleteBiiingiiiiiiiits, pengen jalan2 lagi jadinya :)
Deletehuaaa.. cerita dolan-dolannya asyik Mandaaa.. jadi pengen ke KL juga, kira-kira ntar bakal ngalamin drama juga ga ya ? wahahaha...
ReplyDeletePasti berbeda hihihi, mudah2an next time ya ke KL
DeleteWuaahh..perjalanan yg super duper penuh drama mba..
ReplyDeleteSeru bacanya.
Wahahahaha.. tp Alhamdulillah kita pulang-pergi selamet
Deletewaaah .. seruuu seruuuuu!
ReplyDeleteBetul...betul...betul
Deleteaku yang gagal ikut :(
ReplyDeleteDont be sad Erna, next time kita traveling bareng ya sama anak2
DeleteLengkap banget ni, dramanya. Gokil abis! Bisa dibuat mini seri, ne! :))
ReplyDeleteHaha lebay deh 😝😝
Delete