Catatan saya kali ini dikhususkan
untuk para laki-laki baik yang sudah menikah maupun yang masih bujang. Bosen ah
nulis tentang perempuan mulu, ntar saya dikira feminis lagi, tapi tenang
bapak-bapak nggak usah ngerasa disudutin, ntar dibagian akhir saya mau ngobrol
dikit sama ibu-ibunya huehehe
Judulnya bikin cetar membahana
nggak tuh? Jika cetar, jawaban apaan yang kudunya dijawab para bapak-bapak
sekalian? Iya apa nggak? *CEPAT KATAKAN!*
Kalau bagi saya pribadi, dan dari
pandangan saya selama ini, laki-laki harus bisa membekali dirinya dengan semua
pekerjaan rumah tangga, sebab ketika menikah, rumah yang ditinggali adalah
milik bersama. Kalau cuma istrinya saja yang kerja membereskan rumah berarti
itu rumah milik istrinya doang dong. Lah iya, kalau milik bersama pasti ngerasa
punya tanggung jawab juga buat ngebersihin itu rumah. Lagi pak, jangan dengan
dalih dan predikat Istri Shalehah yang anda sematkan pada diri sang istri lalu
anda beralibi malas membersihkan rumah. Kalau gitu kita balikin, bukan suami
Sholeh kalau nggak mau bantuin istrinya dirumah. Ya secara.. Rasulullah aja
bantuin istri-istrinya dirumah. Masak yang udah ngaji dan merasa panutannya
Rasulullah nggak mau nyontoh beliau. :D, *aduuuh tolong saya dikeroyok
bapak-bapak*
Lalu apa sajakah manfaat bagi laki-laki jika bisa telaten
mengurus rumah ?
Yang pertama. Ketika
istri sakit semua pekerjaan pasti terbengkalai, jika suami tidak bisa
membersihkan rumah sudah bisa dipastikan rumah kayak kapal pecah dan semakin
menjadi-jadilah sakit si istri karena stress mikirin rumah yang berantakan. Ya
pak, istri Anda bukan robot yang bisa sehat terus. Dia juga bisa sakit karena
kelelahan mengurus rumah, dan dia juga bisa stress atau depresi karena kurang
hiburan. Dengan membantu apa yang perlu dibantu *walaupun cuma nyapu atau ngepel*
berarti Anda turut menyehatkan jiwa dan raga istri Anda. Sebaliknya dengan
membiarkannya bekerja bak robot berarti anda juga turut membantunya sakit,
nggak hanya raganya tapi juga jiwanya.
Yang kedua. Jika
istri ada keperluan mendadak, suami bisa langsung turun tangan menggantikan.
Misalnya istrinya ada pertemuan orangtua murid, atau ada acara lain yang harus dihadiri misal ikutan kajian,
seminar, dll.
Mungkin ini kali ya sebab banyak
lelaki mengekang istrinya untuk keluar rumah, karena nggak bisa mengerjakan
pekerjaan rumah jadi istrinya jadi tumbal *eh maaf kalau bahasa saya kasar*. Ya
udah sih pak teriak dan ngaku aja "Maa, kalau mama pergi siapa yang
beberes rumah, ngurusin anak-anak dan masakin aku" ga usah gengsi ngerasa
butuh istrinya padahal nggak bisa ngapa-ngapain dirumah, beda banget kan sama
suami yang udah telaten ngurus rumah " Udah mama pergi aja, rumah biar
saya yang ngurus, mama pulang rumah beres. Sesekali istri juga perlu menambah
ilmunya diluar” bantuan yang menyenangkan nggak merasa gengsi membantu istrinya
dirumah.
Kalau bapak-bapak bilang, “Ya
udah istri harus bangun lebih pagi, agar semuanya terlaksana” ya pak, kalau
istri bangun lebih pagi sekalipun ia pasti akan kelelahan sampai menjelang
malam, atau sekalipun ia berusaha bangun pagi, nggak semua pekerjaan rumah bisa
dia handle dengan baik. Solusi terbaik adalah bapak harus membantunya.
Ketiga. Sesekali
istri juga perlu me time, pak. Bayangin aja gimana kalau bapak disuruh ngerjain
pekerjaan yang sama setiap harinya, monoton. Pasti bosen? Iya, nah sama halnya
dengan kaum hawa yang sudah berumah tangga. Mungkin banyak mendengar
hadist-hadist yang jika mengerjakan pekerjaan rumah akan banyak dapat pahala,
atau pekerjaan yang dilakukan istri itu tanda cinta buat suami, saya mau tanya,
bapak-bapak dari hati atau cuma beralibi ngomong gitu? Perempuan juga pengen
punya waktu santai untuk dirinya sendiri, ketika perempuan nyantai saat itulah
otot-otot dalam tubuhnya ingin relaksasi. Tau kah jika perempuan merasa bugar
kembali? Anda akan lebih dicintai dari sebelumnya, anak-anak tidak mendapat
bentakan akibat kelelahan yang ditimbulkan ibunya, masakan yang disajikan enak,
dan mungkin service malam-malam ibadah akan membuat anda menemukan sensasinya.
Serius! Nggak sekali dua kali saya membaca keluhan ibu-ibu di media sosial, “Cape..
kerjaan numpuk. Anak-anak rewel. Pengen pikniiiiiik!”
“Seandainya punya seribu tangan
buat ngerjakan ini semua,”, “Disaat bantal dan guling memanggil, cucian belum
dijemur, mainan bertebaran, dan saya belum mandi” seandainya suami mau turun
tangan pasti status-status mereka nggak kayak gitu, yakin saya..
Keempat. Bapak
juga perlu belajar ketrampilan mengurus anak-anak. Kenapa? Sebab anak-anak juga
butuh bapaknya. Kata suami saya, "Sebetulnya mudah jika bapak mau dekat
dengan anaknya" mandiin aja mereka, ajak ngobrol, suapin. Nggak susah,
anak-anak akan ngerasa kalau bapaknya juga berjuang merawatnya. Saya mikir, iya
juga ya. Anak saya sampai umur 2 tahun dia pisah sama bapaknya, karena bapaknya
kuliah waktu itu, dan saya tinggal sama orangtua. Tapi kenapa pas kita akhirnya
ngumpul lagi, Naqib tidak asing dengan bapaknya. Ya karena itu tadi, bapaknya
punya kesempatan untuk merawatnya walaupun sekedar nyuapin, jalan sore atau
mandiin. Dan taukah pak, walaupun hanya sekedar mandiin atau nyuapin, anda
memberikan kesempatan pada istri untuk sekedar meluruskan kaki, atau
mengerjakan pekerjaan lain yang bisa dikerjakan saat itu. Sungguh istri sangat
membantu uluran tangan Anda.
Kelima.
Istri perlu aktualisasi diri. Halah bahasa saya ketinggian. :D Jadi perempuan
juga perlu mengembangkan bakat dan keahliannya ya pak dirumah. Misalnya, istri
Anda jago bikin kue, ya udah atuh fasilitasi si ibu, dibelikan alat masak yang
oke, misalnya oven atau alat masak yang lainnya. Mungkin dengan bikin kue,
istri anda bisa terbebas setidaknya satu masalah stress. Sambil masak dengan
penuh rasa cinta, bisa tercipta kue-kue enak yang disajikan dirumah. Kan Anda
juga yang makmur.
Nah misalnya istri Anda
lagi masak, coba jaga si kecil, ajak dia main, ajak dia jalan-jalan sekedar
mengitari kompleks, biarkan dia deket sama bapaknya. Biarkan anak tau kalau dia
punya bapak, bukan bapak yang sekedar ngasih dia mainan tapi juga mau ngajak
main. Istri yang dirinya berkembang dan didukung perkembangannya oleh suami,
dia akan merasa rumah tangga tidak sekedar, kasur, sumur, dapur. Tapi ada peran
suami dibaliknya.
Coba seandainya
tiba-tiba istri Anda sukses sebab aktualisasi dirinya, kan Anda juga yang
seneng, siapa tau Anda ikutan top *swit…swiiit* dan rumah tangga semakin
tercukupi ekonominya. Istri hadir bukan untuk menyaingi suami ya pak, anda
nggak usah takut sebab istri Anda bisa lebih sukses. Rumah tangga dibangun atas
dasar kesuksesan bukan persaingan. Nah ketika istri mengembangkan bakatnya
inilah saatnya suami turun tangan membantu pekerjaan rumah. Saya pernah datang
di suatu seminar bisnis, jadi si teteh ini sebut saja namanya Teh Indari
Mastuti beliau ini seorang penulis sukses, pebisnis dan waktunya sibuk banget
ngurusin semuanya. Dalam sebuah sesi Teh Indari bilang, “Kenapa banyak ibu-ibu
berbisnis tidak sempat mengurus rumahnya. Atau kenapa banyak ibu-ibu enggan
melakukan bisnis dan kesibukan lainnya, ini karena suaminya nggak mau bantuin
dia dirumah. Ya udah atuh kalau istrinya sibuk mah bapaknya yang bantuin masak,
bapaknya yang bantuin nyapu dan ngepel, apa yang bisa dibantu dirumah ya
kerjain. Ini bukan masalah kesetaraan gender, tapi jika ingin semuanya berjalan
sebagaimana mestinya dan normal, bapak juga harusnya bantuin istrinya. Kalau
nggak sempat juga bantuin, ya udah atuh cari ART.” Intinya kalau pengen sukses
ya harus bersatu nggak bisa jalan sendiri-sendiri. Insya Allah jika bapak-bapak
mendidik istrinya sesuai kodratnya, walaupun istri sukses dia nggak akan lupa
bahwa dirinya adalah seorang istri. Serius..
Keenam.
Jangan jadi suami ATM ya pak :D tau kan ATM, iya alat buat ngambil duit itu
loh. Coba bayangin ATM. Dibutuhkan cuma saat penggunanya pengen ngambil duit.
Nah jangan sampe bapak kayak gini, dibutuhkan cuma saat istri atau anak anda
butuh duit. Bagaimana perasaan Anda jika anda dibutuhkan hanya saat mereka
butuh uang saja. Ini sebenernya harga diri suami udah rendah banget dimata
keluarga. Betul suami tugasnya mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, tapi
jangan sampai gara-gara uang ‘lagi-lagi uang, uwoowoooo uaaang’ anda
mengabaikan peran sebagai ayah dan suami. Tetap mencari rezeki tapi dekatkan
diri dengan anak, anak kan juga butuh bapaknya. Masak bapaknya taunya cuma bikin
anak aja ieeeuh dan interaksi yang intens dengan istri, masak suami taunya cuma
minta ‘jatah’ aja sama istri.
Jadi jika senggang
mainlah dengan anak, atau jika senggang bantulah istrinya walaupun hanya
nyapu-ngepel. Istri juga bakalan seneng banget walaupun cuma satu-dua pekerjaan
yang dibantu. Jadi pun jika anda lelah mencari rezeki, anak nggak segan mijitin
bapaknya, bikinin kopi, ngasih prestasi di sekolah, nyium hangat. Istri juga
nggak segan ngasih service yang memuaskan untuk suami. Coba bayangin kalau Anda
hanya menjadi ATM dirumah, ketika Anda sakit nggak bisa nyari uang, istri dan
anak akan ngomel “Papa kok sakit sih, gimana sih, kan papa harusnya di kantor. Nyari
uang!” bagaimana perasaan anda jika dibeginiin, sakit cyyyyyn…
Coba kalau misalnya
bapak oke kerjaan oke juga dirumah, ketika sakit anak dan istri akan berkata, “Papa,
udahlah jangan kerja terlalu keras. Papa istirahat aja dulu dirumah ya, mau
dimasakin apa? Dipijetin? Disayang, dipeluk..” :p *lebay istrinya*
Ketujuh. Kenapa
bapak harus bisa pekerjaan rumah? Pernah ada lomba masak nggak pas tujuh belasan,
misalnya lomba masak nasi goreng. Nah sebenernya panitia itu mau nguji Anda
pak, bapak-bapak ini kalau dirumah bantuin istrinya nggak :D menjebak yah, tapi
serius ini beneran. Coba misalnya ada bapak-bapak yang masakannya enak dan
juara 1 wah pasti disanjung-sanjung kan sama peserta, “Wii, pinter banget
masak, pasti istrinya seneng kalau lagi sakit dimasakin enak tuh” “Wi, pak
pinter masak. Kalau istri males masak bapaknya aja suruh masak” asal jangan ada
komen pedes aja, “Wiii pinter masak, kayaknya istrinya kalah enaknya” Plaaak! Tampol
aja bu wkwk..
Ada lomba lain ketika tujuh belasan misalnya, ‘sebutkan
urutan mencuci pakaian’ sebenernya ini sepele kan ya, tapi coba kalau
bapak-bapak nggak pernah bantuin ibunya, pasti bakalan nggak ngerti urutan ini.
Ih bikin malu dan akhirnya kalah.
Seandainya anda sering membantu istri dirumah, hasilnya pasti
nggak akan begini. Serius :D jadi nggak usah sungkan untuk membantu istri
dirumah, selain bisa mengasah kemampuan diri, anda pasti akan lebih disayang
istri dan anak, dan yang pasti kalau ada lomba-lomba semacam gini anda pasti
bakalan maju duluan buat ngedaftar, karena ngerasa dirinya kompeten ngurus
rumah hehehhe :D *betul apa betul?*
Saya punya role model di Ambon
sini, tetangga saya. Jadi keluarga ini pembagian kerja dirumah bagus, Ayah
beberes rumah, rapi-rapi, ngepel dll bahkan si bapak ini ngepel rumah sampai 2x
sehari. Rumahnya masya Allah rapi banget. Sedangkan istrinya fokus mengurus
anak, memasak, menyetrika dll. Nah jika pembagian tugas rumah seperti ini, saya
rasa ga ada istri-istri yang stress mikirin tugas rumah yang numpuk dan selalu
jd pr buat esoknya. Role model selanjutnya adalah bapak saya, beliau ini setiap
pagi selalu nyempetin nyapu, ngepel dan nyapu teras sebelum berangkat ngantor
*padahal kantornya di Jakarta loh, pergi dari Bekasi, bayangin!*, dan padahal
kami punya pembantu dirumah. Kalau malam bapak saya nyempetin cuci piring.
Kalau hari libur lebih lagi, apaaa aja dibersihkan. Bersihkan AC, melap meja
tamu, mengantar seprai ke loundryan dan bapak selalu belum mandi sampai siang
karena kesibukannya. Dan saya nggak pernah dikasih kesempatan buat beres-beres.
*ya udah nonton aja :p* Saya rasa
kerjaan bapak lebih rapi dari kerjaan ibu saya *ampuuuun mi*, karena saya
sering dengar dari bapak saya, “Rumah milik berdua, jadi bersihkan berdua”,
bapak saya nggak pernah gengsi melakukan pekerjaan rumah, sehingga berkali-kali
ibu saya masuk rumah sakit, bapak nggak pernah terlihat stress dengan pekerjaan
rumah.
Kalau dirumah karena suami saya workaholic hahah., jadi tugasnya hanya
mencuci piring, setiap sabtu dan minggu Naqib saya serahin sama bapaknya, dia juga
ngepel dan nyapuin rumah. ini juga ngebantu pakai bangeeet dan dia berubah
semenjak kami memiliki anak. Dulu awal menikah dia mana mau bantuin saya,
karena menganggap kerjaan rumah itu tanggung jawab istri dan suami tugasnya
hanya kerja di kantor. Tapi karena sering saya sindir, "Rasulullah itu ya,
sampe jahit baju aja beliau lakuin sendiri. Bahkan sahabatnya, dimarahi istrinya
diem aja karena ngerasa pekerjaan rumah tangga itu nggak semudah yang
dibayangin" dan akhirnya suami berubah. Ya manusia butuh proses untuk jadi
lebih baik kan? Dan Alhamdulillah karena role modelnya Rasulullah akhirnya dia
mencontoh *proud of you honey :-*
Nah jika bapak-bapak merasa tidak
bisa membantu istrinya walaupun hanya sekedar nyuapin bocah, coba distop hanya
sampai di bapak saja. Ajarkan pada anak-anak laki-laki tugas rumah dan wajibkan
pada mereka, tugas yang wajib dikerjakan dirumah sehingga mereka terbiasa
mengerjakan pekerjaan rumah jika besar nanti. Hal ini berpengaruh untuk masa
depannya juga, disaat nanti mereka akan ngekost atau hidup sendiri mereka nggak
akan kaget mengurus semuanya sendirian bahkan jika menikah nanti. Mau ya pak?
Dan Ibu-ibu jika suami Anda tidak
mau membantu dirumah, coba terus sindir :D, mudah-mudahan mereka mau berubah
hehe..
Salam manis ^^,
Suami yang cinta kepada istrinya, tentu akan berusaha untuk bisa mengerjakan pekerjaan yang biasanya dikerjakan istrinya. Bisa atau tidak itu bukan masalah, keinginan dan rasa cinta akan membuatnya jadi bisa :)
ReplyDeleteOh iya, Mbak, mohon izin ya, baru saja saya follow ini. Terima kasih...
DeleteAduh so sweet banget sih pak, oke sip makasih sudah di add ya pak,salam kenal ;)
Deletekalo aku sih perlu banget, hehe. kerjaan rumah kan banyak. wekeke. kecuali si suami itu bisa ngasih pembantu di rumah yang bisa bikin istrinya ga kecapekan banget ngerjain kerjaan rumah yang setumpuk. :D
ReplyDeleteJie..jie curcol, sama lah kita klo gtu mba Ila :p
DeleteCo cuit pisan
ReplyDeleteAih sih kang Aleeeee...
DeleteAlhamdulillah, punya suami juga yang ringan tangan mau membantu hehe. Emang buat istri itu suatu keberuntungan kalo suaminya ga malu atau ga segan untuk membantu pekerjaan rumah. Ga perlu sesuatu yang romantis, dengan dibantu urusan rumah, itu udah cukup menjawab keromantisan suami hehe
ReplyDeleteIya aku juga pernah bilang sama suamiku ga usah panggil sayang..sayang klo ga mo bantu :p
DeleteSyukurlah, aku punya suami yg ngerti banget urusan rumah tangga. Ibuku sendiri sampe muji dia, cuciannya dia lebih bersih daripada aku. Dan kadang jadi aku yang semena-mena. *ditoyorrr*
ReplyDeletePrikitieeew mantu idaman ^^, anugrah bngt ya mba ;)
Deletejadi ingat bapak.... bapak tuh selalu bantu di rumah. ngucek baju (bahkan saya tahu trik mbilas baju ya dari bapak), ngiris bawang (dan saya tahu trik numis dari bapak), nyapu halaman, cuci piring meski ga banyak, ngangkat jemuran. pokoknya banyak. semoga amal dan tauladan bapak mengalir jadi pahala di alam sana. aaamiiin.
ReplyDeleteMasya Allah bapakku tauladanku, keren pisan bapaknya mba
DeleteNah betul banget ini.. makanya rumahku berantakan banget, karena gak ada yg bantuin xixi..
ReplyDeleteMinta pembantu mak, kepriben cape bener ketoke..
DeletePerluuu, alm. Papaku pintar ngantur rumah dan masak lho. Lebih-lebih, pas Mama sakit stroke, jadi otomatis pekerjaan rumah dibagi rata ke semua penghuninya, termasuk alm. Papa yang paling ganteng sendiri di rumah :D
ReplyDeleteBerarti anaknya cewek semua ya? Papanya keren banget mba bisa memanajemen anak2nya
Deleteemang perlu banget terlebih pas yang bagian sakit bener banget mba lah klo kita sakit emang mau gtu rumah kayak kapal pecah hahaha setidaknya bagi para suami yang baca segeralah bertobat untuk tidak egois dengan kegiatannya sendiri plis buka mata hati dan fikirannya untuk ringan tangan bantuin istri. Nilaimu sebagai suami ga akan jatuh kok kalau cuman nyuci piring, ngepel rumah malah lebih ternilai di mata istri dan agama *ealah malah ceramah* wkwkwk nice share mba
ReplyDeleteEh...eh..mba ojo emosi hahahah, ketoke pengalaman sendiri ini :D
DeleteKalau gue sih masih sungkan kalau lihat suami ngurus kerjaan rumah. Entah karena masih dua tahun pertama pernikahan kali ya. Tapi emang rasa bersalah ajah sih, doi dah capek cari nafkah di luar sampe rumah masa harus bebenah. Tapi sejak ada Umaro mulai longgar deh urat malu gue, meski tetep ajah rasa berdosa kalau doi pegang kerjaan rumah.
ReplyDeleteEaaa, sekuat2nya istri bekerja pasti bakal lelah juga. Ngapain sih pakek segala gengsi, rumah tangga kan dibangun berdua harusnya semuanya dilakukan berdua, laki gue aja klo ada kerjaan kantor yg minta ketak ketik manggil gue kok, santai...
Deletesaya rajin nyindir dan berhasil...dulu-dulu dianya menganggap pekerjaan rumah adalah tugas istri, tapi sekarang udah pasrah. Cuman tetap saya tidak mematok pekerjaan apa yang dia bisa selesaikan. kalo saya masih bisa kerjakan, ya saya kerjakan.
ReplyDeleteSama mba, toooos hahahah
DeleteHARUS Mbak!hehehe
ReplyDeleteAlhamdulillah suami saya orang yang suka mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Eh tapi kadang bikin kesel sih karena kalau lagi di rumah kerjanya ingin bersih2 rumah terus, istrinya sampai dicuekin ��
Eh ya udah istrinya bisa ngerjain pekerjaan lain, ayo perempuan kudu produktif, wah klo saya mah kesempetan banget itu
DeleteHahaha, kalau urusan bersih-bersih laki-laki juga terkadang ada yang lebih bersihan daripada cewe. Hmmm, idealnya sih mungkin pekerjaan rumah tangga bisa sharing yak.
ReplyDeleteBener banget mba ;)
Deleteperlu bangte, alhamdulillah suamiku ya suka bantu2 malah lihai
ReplyDeleteKereeeeen
Deletemenurut saya, sebenarnya laki-laki gak perlu pandai-pandai amat mengurusi rumah sih, asal dia bisa memahami istrinya. Maksud saya, kalo istrinya sedang capek janganlah dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah, sekali-sekali boleh dong dia bantuin nyapu atau cuci piring kan dua kerjaanitu gak butuh keahlian khusus..
ReplyDeleteTapi mungkin bagi laki2 itu merupakan pekerjaan yg butuh keahlian mba, soalnya kan mereka nggak biasa mengrjakan pekerjaan itu heheh
DeleteBaca ini senyam senyum sendiri padahal belum punya suami hahaha, saya setuju banget mbak..
ReplyDeletesemoga nanti dapet suami yang rajin mau bantu-bantu saya dirumah. Aamiin ya Allah :')
Amiiiiin, moga cepet dpt jodoh ya cyyn
DeleteAiiih,,,, mau dong lelaki yang bisa ngurus rumah tangga :D
ReplyDeleteMoga segera ketemu ya pit :p
Deleteadi senyum-senyum sendiri bacanya. :) Laki-laki memang harusnya bisa melakukan itu. Kan istri tidak selalu sehat. Belum lagi kalau yang habis melahirkan. :)
ReplyDeleteNah iya bener mba, perempuan pasti nyeri2 gimana gitu habis melahirkan, suami perlu turun tangan untuk membantu
Deletega harus terampil banget, tapi ga usah dikode sudah mau nolong. itu yang wanita harapkan ya mbak hi..hi...saling tolong menolong lah
ReplyDeleteTapi sayangya banyak laki2 nggak peka mba, jd perlu dikode :p
DeletePerluuu banget, kecuali mau gajian pembantu. Asyik kalau bisa ngerjakan tugas sama-sama, bisa makin mesra deh
ReplyDeleteBener mak, apalagi pas hari libur :)
Deletekaya tidak perlu mbak hi
ReplyDelete-_-'' hadeeh
Delete