Ini kelanjutan postingan yang sebelumnya ya gaes, btw udah baca belum yang sebelumnya? Kalau belum bisa di klik disini
Sebenarnya, kadar kebutuhan
ingin diperhatikan orang di Medsos ini berbeda-beda jenjangnya. Ada yang pengen
banget diperhatikan, ada yang biasa saja.
Contoh orang yang pengen
banget diperhatikan ini rajin banget nyetatus yang memancing agar orang komen
di statusnya, pagi bikin status, siang bikin status, sore bikin status, malam
nyetatus lagi, posting apa saja entah berupa gambar, video, tulisan, yang
berupa aktualisasi dirinya. Misal,
Pagi : “Lagi bikin roti
panggang, ada yang mau?” post gambar berupa adonan roti. Berharap ada yang
komen, pengen banget ama rotinya deh agar bisa dibalas, ‘Kesini keles kalo mau’
atau sadisnya, ‘Bikin sendiri laaah…’
Siang : “Sip, seharian
ngerjain rumah, bikin postingan blog, ngasuh bocah, kepasar, saatnya ngelurusin
kaki,” saya tau, pengen banget kan ada yang bilang, ‘Kereeen super mom banget!’
yakin, pengen kan dibilang gitu hahahah.. saya juga bahagia banget kalo
akhirnya saya dipuji orang setelah kerja seharian.
Malam : “Dinner with my hubby,
ayo dear berangkat..” pengen banget yang jomblo-jomblo komen, ‘ngiri deh’,
terus dibales ‘Makannya segera nikah!”
Baca juga : Mengapa ada anak yang suka melawan orangtua?
Baca juga : Mengapa ada anak yang suka melawan orangtua?
Atau mau yang
agak soleh dikit statusnya, ‘Alhamdulillah dakwah sekarang makin lancar berkat
kamu’ sambil memasang mobil BMW
‘Allahuakbar
dapat rezeki berlimpah hari ini,” perlukah kita beri tau ke ranah publik kalau
dapat rejeki banyak?
‘Puji Tuhan! Dikasih handphone sama orang tak dikenal’
‘Puji Tuhan! Dikasih handphone sama orang tak dikenal’
(saya mohon maaf kalau ada yang tersindir, ini sama sekali
hasil pemikiran saya ya nggak menukil
status orang, yang diatas cuma contoh aja)
Posting foto sedang dimana
agar orang tau dia juga mampu pergi ke suatu tempat, nyetatus sedang dimana
menandakan seolah dia punya kegiatan, dan banyak hal yang saya yakin
orang-orang ini ingin sekali mendapatkan apresiasi. Sama saya juga demikian,
kalau lagi bahagia saya sering banget nyetatus, kalau lagi bête mendingan
jangan nyetatus daripada bikin sakit hati yang baca. Oleh sebab itu, karena
saya sadar saya suka melakukan hal tersebut saya males ngiri sama orang, lah
saya juga suka pamer dengan versi dan kadar yang berbeda, kenapa saya harus
sirik dengan orang.
Baca juga : Ini dia oleh-oleh khas Maluku
Baca juga : Ini dia oleh-oleh khas Maluku
Ada juga orang yang standar
aja nyetatusnya, biasa aja statusnya, bahkan ternilai misterius, tapi yakin
dibalik itu dia pengen banget dikomen atau sekedar di like, ya kali ngapain dia
bikin status kalau nggak pengen ada yang lihat. Kalau bener-bener nggak pengen
dapat apresiasi ya udah aja kalau kesel limpahin ke tembok, bikin tulisan di
note jangan bikin status. Di medsos orang akan cepat sekali mengetahui kegiatan
kita apa, beda di dunia nyata. Di medsos orang akan buru-buru memposting
kegiatan yang paling terpenting dalam dirinya yang penting orang tau apa yang
dia lakukan hari itu, “Bismillah ujian CPNS dulu” lolos nggak lolos urusan
belakangan. Di dunia nyata orang akan bertanya-tanya, ‘Ngapain si A pake baju
rapi banget ya?’ orang nggak akan tau kalau kita nggak cerita. Tapi di dunia
maya kitalah yang berkata duluan sebelum ditanya orang.
baca juga : Kuliner-kuliner khas Malaysia
baca juga : Kuliner-kuliner khas Malaysia
Di dunia nyata, orang harus
melakukan sesuatu dulu baru dianggap dan diapresiasi. Misalnya kerja di tempat
yang bergengsi, kuliah di Universitas negri, baru bisa bertubi-tubi pujian
melayang, tapi ada juga orang yang nggak melakukan usaha tertentu pengen banget
dapat pujian dan apresiasi, misalnya, Pernah liat ga ada orang yang tiba-tiba
promosi, "Anakku sudah berhasil nggak pake popok loh" atau ga ada
angin ga ada hujan tiba-tiba bilang "Kemarin suamiku naik jabatan" padahal
sapa juga yang nanya :D, ini karena memang kebutuhan kita akan apresiasi dan
pengakuan orang, saya yakin kita pun pernah demikian, saya juga kepingin banget
diketahui teman-teman ibu saya kalau saya ini bisa nulis. Saya gatel banget
kalau mereka nanya, “Dirumah aja, nggak kerja?”, Rasanya pengen saya sodorin
aja berbagai macam akun medsos saya biar mereka nggak banyak nanya lagi. Itulah
kebutuhan tertinggi kita akan kebutuhan pengakuan dan aktualisasi diri.
Baca juga : Nikmatnya ikan asar khas Maluku ini
Baca juga : Nikmatnya ikan asar khas Maluku ini
Dunia maya dan dunia nyata itu
tipis batasnya, hanya dipisahkan sebuah piranti bernama komputer, pc, tablet,
handphone dan sejenisnya. Dunia nyata dan dunia maya berdimensi sama, ada
orangnya, berada waktu yang sama berdetaknya, dunia yang sama, hari yang sama,
cuma kita nggak bisa menatap wajah yang ngomong. Kita cuma bisa baca
tulisan-tulisannya aja, iya,,, itu ada orangnya yang nulis,. Hidup dan bergerak
kayak kita yang baca. Dan orang yang nulis itu berwujud manusia yang
berkegiatan. Dan harusnya kita bisa berkaca, bahwa teman di maya itu juga sama
dengan orang-orang di dunia nyata, walaupun mereka berada dalam status sosial
yang berbeda. Ada yang miskin, kaya, sederhana, norak, cantik, biasa aja,
pinter, bodoh. Semuanya sama kayak orang-orang yang kita jumpai sehari-hari.
Jadi ngak usah baper sama status sosial orang. Misalnya dia rajiiiiin banget
posting jalan-jalannya keluar negri, ya biarin aja. Mungkin emang rejekinya,
berdoa aja moga kita bisa ngikutin langkahnya. Misalnya lagi ada orang yang
baru beli ini di post, beli itu dipost, ya biarin aja kali dia emang pengen
dibilang tajir, mana tau belinya pake ngutang cuma gegara pengen eksis di
medsos, mesra ama pasangannya, ya biarin aja moga kita ketularan jadi keluarga
SAMARA, dan banyak hal lainnya yang bisa diposting untuk aktualisasi dirinya.
Coba liat tetangga kita, ada
nggak yang tukang pamer kayak gitu? Beli kulkas bilang, beli baju baru bilang,
anaknya kuliah dilamar pengusaha kaya ngomong, ya anggap aja temen-temen kita
yang di medsos sejenis dengan tetangga kita, kalau kesel nggak usah diladenin.
Gampang tinggal unfollow, blokir, atau nggak usah ditanggepin isinya. Lah kalau
tetangga kita yang tukang pamer itu gimana coba cara unfollownya hihihi..
gampang anggap aja angin lalu dia ngomong.
baca juga : Mau lihat surga? ayo datang ke Maluku
baca juga : Mau lihat surga? ayo datang ke Maluku
Nah karena bertetangga beda
status sosial sering kali kita ingin menunjukkan yang mereka nggak punya,
misalnya yang satu tetangganya kaya, yang satu sederhana. Yang kaya sering
banget beli barang-barang, tetangganya ngiri, “Belanja terus, kayak yang paling
kaya aja”
Yang sederhana punya anak
berprestasi bisa kuliah di luar negri, tetangga yang kaya ngiri, “Cuma kuliah
di luar negri aja blagu. Gua juga bisa gue kan tajir”. Sama ini seperti di
medsos, karena kita punya teman yang aneka ragam ya postingannya pun beragam.
Misalnya saya, saya tinggal di Indonesia Timur, ya otomatis yang saya posting
pemandangan melulu, yang tinggal di daerah nggak ada pantainya ngiri, “Enak
banget sih ka Manda ke pantai mulu,” ya adanya itu hahah.. masak saya mau
posting gunung kayak di puncak. Kalau ada yang lain kali saya bakalan posting
yang lain. Jadi kita nggak perlu lah nyinyir dengan kondisi orang, karena yang
mereka punya belum tentu kita punya, yang kita punya belum tentu mereka punya.
Simpel kan?
Kira-kira kalau saya posting gambar ini di medsos, pasti yang didaerahnya ga ada pantai sirik akut sama saya. |
Di dunia nyata kalau kita
ngomong nggak bisa di hapus misalnya salah ngomong, di dunia nyata kita bisa
pikir-pikir dulu sebelum nyetatus
"Nyetatus apa ya biar dibilang baik sama orang”. Semua kamuflase di
dunia maya, jadi berhentilah nyinyir kondisi orang lain mulai saat ini.
Dan sudahlah, kalau kita masih
suka pamer juga di FB apapun bentuknya, selama postingan mengharap like dan komen,
sudahlah nggak usah sirik sama orang yang pamer dalam bentuk yang lain. Nikmati
aja perbedaan ini, karena ini membuktikan Allah Maha Adil menciptakan manusia.
Lah kalau bumi semuanya kaya, atau miskin, atau cakep, atau jelek ya nggak
berimbang kali hidup. Sudahlah, nikmati saja ya pameran-pameran orang di Medsos
ok,:D ...
wkwkwkwk jujur klo di FB semenjak sembuh alaynya males bikin status paling share apa2 gtu, kemudian nyemplung di blog pun saya kadang hidden tulisan saya ga mau orang tau saya nulis ealah klo ikut lomba baru saya publish di FB.
ReplyDeletebagi saya memang kebutuhan pamer buat aktualisasi ini loh aku yang kamu hina2 tapi bisa berprestasi dapet hadiah ini itu karena intinya mau nunjukin bahwa aku ga yang mereka kira.
btw aku uda add FB mba tapi katanya kuota FB mba ga bisa aku ulang beberapa kali ttp ga bisa akhirnya following tapi entah nyangkut apa ga mba.
Nah itulah, kadang kita pamer pengen nunjukin kita punya sesuatu yg nggak orang kira semacam prestasi. BUkan hal2 yg berbau materiil, itu sih kalo aku
DeleteYoi betul, Teh.
ReplyDeleteTeori ini sering banget dibahas di jurusan saya. Manusia (sejatinya) adalah makhluk narsis. Ingin eksistensinya diketahui oleh orang lain, terlepas dari positif atau negatifnya kita menilai.
Dan ini bukan hanya dari segi 'pamer' saja, bahkan di segala aspek. Siapa sih yang tidak senang ketika dipuji? Nah itu garis besarnya.
Mmm... say jd pengen baca teori yang kamu pelajari itu Son
Delete