Friday, 5 May 2017

1 Bulan Tanpa Maluku


Hari-hari rindu e..
Malam-malam mimpi e..
Ingat-ingat Maluku manise..
Beta ingin pulang e
Kumpul basudara e
Makan sagu deng cakalang..
Sio gandonge..
Maluku Manise..
Maluku Manise..


3 Hari lagi di tanggal 9 Mei 2017 tepat 1 bulan saya pergi dari kotamu, bukan promosi suami saya pindah, melainkan karena keinginannya sendiri. Karena sudah 8 tahun mengabdi di kantornya, ia ingin cari suasana baru. Ingin lebih dekat dengan keluarga besar katanya. Bagi saya ini memang menyenangkan, karena saya pun akan dekat dengan orangtua, suami saya dekat dengan saudara dan orangtuanya. Namun dibalik semua itu, tidak mudah melupakan semua kenangan manis ketika saya masih berada disisimu Maluku, apalagi saya tinggal dengan orang yang paling terkasih, suami kemudian berselang tahun lahirlah Naqib yang saya bawa serta mengenal kotamu, makanan daerahmu, pantai-pantaimu yang biru menawan serta udara segarmu yang tak pernah membuat paru-paru saya sakit.



Maluku, kadang dalam diam masih terbayang keseharian saya berada di kotamu menyapa tetangga, bersenda gurau di Karpan, antri pasien di dokter Hellena, beli makan siang di warung bambu kuning, mencium bau ikan di pasar Mardika.  Masih  tersimpan erat pula foto-foto saya sendiri selam disana, kadang jika rindu saya hanya membuka-buka folder dan tersenyum melihatmu, melihat saya di Seram, Banda, Saparua sebuah perjalanan yang tidak disangka-sangka saya pernah ke sana, dan kemudian banyak terlahir tulisan-tulisan sebagai pengingat jejak. Rindu menyusuri jalan AY. Patty, berfoto di patung Pattimura, makan rujak di pantai Liang, menyusuri Losari, jalan-jalan di JMP, atau sekedar baca buku di MCM,  4 tahun bukanlah waktu yang sebentar bersamamu, tapi bagi saya 4 tahun itu seperti hari ini bertemu hari esok, hanya sekejap mata. Dan saya merasa itu waktu yang sangat singkat untuk mengenalmu.

rindu jalan lengang ini 


Tak lagi saya mendengar teriakan mama-mama dipagi hari, “Ikaaaaan ikaaan, oh ikaaaan, ikaaan”, tidak lagi mubara, kerapu dan kakap menemaniku santap siang dengan colo-colo, tidak ada lagi sarapan nasi kuning berpadu ikan cakalang, tidak lagi ada kasbi goreng dan bumbu sambal, tidak lagi mudah makan ikan kuah kuning, kalaupun kangen saya harus membuatnya sendiri, tidak ada lagi terdengar landoke yang kadang pengang ditelinga dan mengganggu tapi ternyata itu bikin kangen, tidak ada lagi udara segar menemani hari-hari, tidak ada lagi terlihat jalanan lengang tanpa polusi di depan mata, tidak ada lagi laut biru luas membentang memanjakan mata, tidak ada lagi kudengar teriakan, anak-anak bertelanjang dada main bola dibelakang rumah sambil berseteru, “HEE.. OSE PALING KACO, CURANG!”
“SENG, BETA KAS JAGA DISINI JUA, BETA SENG SENGAJA…” entah apa yang mereka ributkan, lalu mereka ramai bertengkar. Lucu cara melihat anak-anak ini bertengkar. Ah iya, saya juga rindu teriakan si Ateng, penjual buah manggis yang saya sebal teriakannya kadang membangunkan Naqib di siang hari bolong. Ternyata yang nyebelin pun bikin kangen T_T.

rindu ramainya event di lapangan merdeka :)


Maluku, kotamu memang belum sepesat Jakarta yang menawarkan banyak kemudahan untuk warganya, tapi kenyamanan yang saya rasakan berbeda, tidak ada kenyamanan yang saya rasakan sama seperti tinggal di kotamu, kota pesisir yang memiliki panas berbeda, langit biru, orang-orang yang ramah, juga  kuliner yang unik.
Sungguh ini bukan sekedar rindu, saya tau suami saya pun belum mampu menghilangkan banyak kenangan dalam hatinya, bagaimana ia dengan mudahnya bertemu dengan ulama-ulama tanpa jarak, duduk bareng, mencium tangannya dengan mudah yang jika di Jakarta pastilah dalam pengawalan ketat, tak lagi ia bisa merasakan santap siang bersama, tidur siang, pulang cepat, ngobrol akrab dengan tetangga, ikut aktifitas majelis dengan semua kemudahannya.
Kata suami saya, “Hanya waktu, iya, cuma waktu yang bisa melupakan rasa ini”
Tapi, hidup ini adalah pilihan. Kita harus memilih memperjuangkan hidup dengan keras karena kebutuhan kita semakin banyak, di Maluku tidak ada yang bisa kita tabung selain bayar kontrakan dan tiket pulang untuk mudik, jauh dengan keluarga, berjuang sendiri tanpa ada saudara selain tetangga, susah air dan kurangnya pasokan listrik serta banyak hal lain yang menjadi pertimbangan kami untuk pindah. Dan walaupun berat, memang kita harus berani berhijrah! Saya dan suami walaupun lebay bapernya kadang dalam kenyataan sama-sama saling menguatkan, tapi dalam diam pasti susah menghapus banyak bayangan yang sering hadir berkelebat di depan mata tentang keseharian kita di Maluku.

rindu kota pesisir ini, foto diambil dari atas swissbel hotel


Susah memang untuk melupakan apa yang pernah kita cintai. Kamu tau? Waktu saya tinggal di Balikpapan selama 9 tahun dan menghadapi kenyataan saya harus pindah. Bertahun-tahun saya susah melupakan kegiatan saya, sekolah, kumpul keluarga, ketempat wisata dan banyak hal lainnya yang pasti tidak saya dapatkan di tempat tinggal saya yang baru. Sampai sekarang setelah sekian tahun lamanya saya bisa move on, kata ‘Balikpapan’ selalu tersimpan dalam ruang tersendiri di hati saya, tidak tercampur Bekasi-Jakarta bahkan Maluku. Begitu pula Maluku, selalu ada ruang tersendiri di hati saya. Selalu ada kata, beta rindu bale pulang, kumpul deng basudara samua.. Jadi saya harap, saya tidak lagi diceramahi untuk bisa move on, sebab itu sangat memakan waktu.

tentu saja saya rindu nyebur di laut biru T_T

Hari ini, beta rindu Maluku, karena Maluku tempat yang slalu beta rindu..


14 comments :

  1. Hiks.. 😥😥😥

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini yg baca aja sedih, apalagi yg nulis 😢😢

      Delete
  2. Moga nanti makin dimudahkan rezeki Mba Manda, biar bisa traveling ke Ambon dan lepas kangen dg kehidupan di sana. Susah juga ya, Mba, untuk move on dari 1 tempat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin... Doanya mudah2an Qobul mba.. Susaaah mba, sedih nih masih

      Delete
  3. Waktu remaja dulu, aku penasaran sama Maluku. Pengen ke sana. Katanya banyak pemandangan yang cantik. Kulinernya juga enak. :)

    ReplyDelete
  4. mbak berarti udah sering pindah-pindah ya, Balikpapan dan Maluku aku keduanya belum pernah

    ReplyDelete
  5. Wwiiiihh... Lautnyaaa... Biruu.. keren pisan euy.

    ReplyDelete
  6. ngerti kok rasanya :).. apalagi, pindahnya malah ke bekasi ya mba... ya jelas kalah jauuuh dibanding maluku -__- ... akupun bakal lama utk bisa move on kalo pindah dr tempat seperti maluku, ke jakarta yg sumpek dan macet ;p... apalagi sebelumnya aku lama di aceh, lalu di penang... trs tau2 merantaunya ke jakarta.. butuh waktu lama... tp akhirnya terbiasa walo aku msh ttp kangen kok ama aceh dan penang :D .. kalo penang masih bisa lah tiap thn didatangi krn tiket ke sana murah dr jkt.. bnyk promo... tp kalo aceh, beuuuh, ini udh 17 thn mba aku g nginjakin kaki kesana lagi :( ... semoga thn ini bisa :).. udh di planning-in lama..

    ReplyDelete
    Replies
    1. pokoknya ya, kalau dari daerah yang nyaman, trus pindahnya ke Ibukota, ya Sallam... selamat susah move on. Ini kali ke dua saya susah move on loh mba Fanny, sebelumnya susah move on pas pindah dari Balikpapan T_T, eh keulang lagi

      Delete
  7. Kapan ya bisa sampai ke Maluku, pengin banget

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)