Sunday, 15 October 2017

Orangtua Kan Juga Pernah Muda, Tapi Kenapa Mereka Tidak Pernah Sadar?


Siapa sih yang nggak pernah remaja, bohong kalau kita langsung gede, emang sulap  :p? Bahkan orangtua kita pun pernah mengalami masa-masa remaja, masa kanak-kanak, menikah dan jadi orangtua. Tapi kenapa ya, banyak orangtua jadi semacam nggak sadar kalau mereka pun pernah muda. Dan memperlakukan anak-anak mereka seperti seolah mereka tidak merasakan masa-masa pubertas.

Sebagai contoh misalnya dalam menentukan pendidikan, biasanya seorang anak kepingin banget bisa mewujudkan semua mimpi-mimpinya dari pendidikan. Kayak misalnya, ada anak nih dia mati-matian masuk IPA karena kepingin banget jadi dokter. Segala upaya dia lakuin biar nilainya baik, tapi ternyata orangtuanya nggak merestui dia jadi dokter, orangtuanya pengen banget dia jadi akuntan misalnya meneruskan profesi ayahnya atau ibunya dulu. Ini kan namanya pemaksaan. Ya otak dokter masak disuruh jadi akuntan, kan lucu.
Kisah lain misalnya, ada anak di masa-masa remajanya dia nggak pernah didengerin pendapatnya, karena orangtua selalu merasa, merekalah yang paling benar. Kalau mereka salah, perhatikan kalimat pertama. Mbulet aja disitu, sebagai anak remaja, masa-masa puber mereka pengen banget diperhatikan, dipeluk, didengerin pendapatnya, diterima masukannya. Bukan orangtua yang selalu merasa, merekalah yang paling benar.

konferensi pers peluncuran film My Generation

Kemudian saya berfikir, apa orangtua nggak pernah melewati masa-masa ini ya, masa-masa dimana mereka juga kepingin diperhatikan, disentuh, dibelai, didengerin pendapatnya. Juga masa-masa mereka ingin menentukan jati diri mereka sendiri. Jangan-jangan mereka disulap dari anak kecil langsung tua dan menikah. Nah, kamu yang baca blog saya kepikiran ini nggak? Saya kepikiran banget loh, ada hal lain yang bikin saya bertanya-tanya lagi. Memangnya pas mereka otoriter, kukuh dengan pendapat mereka, dan membuat anak-anak mereka seperti robot apa nggak kepikiran ya, kalau mereka di posisi anak mereka dan digituin juga gimana? Ini beneran saya bertanya-tanya sampai sekarang.

salah satu cuplikan film di My Generation

Tapi banyak juga orangtua yang bisa flash back dengan masa lalu mereka memperlakukan anak-anak mereka seperti mereka dulu remaja. Wah ini orangtua idola banget tentunya ya gengs.
Saya berfikir, mungkin orangtua yang otoriter mengalami masa-masa kelam juga di masa remajanya sehingga mereka membalas dendam pada anak-anak mereka. Maksudnya mereka juga punya orangtua yang sama otoriternya jadi semacam nggak terima, dan pelampiasannya adalah anak-anak. Atau mereka bisa saja semacam nggak bisa melakukan apa-apa di masa remajanya, pas punya anak, si anak jadi robot orangtua. Harus A, B, C, D, tumplek plek harus nurut. Dan orangtua semacam punya kepuasan anak-anaknya bisa dikendalikan, hiyy.. kok horror ya :D


Berkaca pada masa-masa remaja, seorang sutradara Upi mengangkat fenomena ini lewat film terbarunya ‘My Generation’, dalam filmnya Upi mengangkat fenomena kids jaman now yang membuat kita mikir, anak-anak sekarang ini kenapa ya jadi begini. Siapakah penyebabnya, orangtua atau memang murni kesalahan mereka sendiri yang suka cari-cari masalah Hahah.. Jangan-jangan anak nakal karena sebab orangtuanya yang terlalu protektif, terlalu otoriter, terlalu ngatur-ngatur, sehingga anak tidak bisa jadi dirinya sendiri. Bahkan menentukan jati dirinya aja nggak bisa. Sadiiiis…
Dimainkan oleh bintang muda pendatang baru, Lutesha sebagai Suki, Bryan Langelo sebagai Zeke, Alexandra kosasie sebagai Orly, Arya Vaco sebagai Konji membuat My Generation terlihat fresh. Mba Upi melakukan riset untuk film ini selama kurang lebih 2 tahun dari perkotaan dan perdesaan. Bisa jadi dia juga meriset dirinya sendiri ketika dia muda dulu :D kemudian diangkatlah hasil riset ini melalui film. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, kok begitu sih modelnya atau kok begitu amat filmnya? Nggak usah kaget dengan isi film. Film biasanya mengangkat kehidupan sehari-hari, kitanya aja yang terlalu cuek sehingga nggak sadar sebab akibat yang terjadi. Toh clubbing, ngobat, nongkrong, bolos sekolah, geng motor sudah ada dari dulu. Kitanya aja yang polos banget seolah nggak tau dan nggak ngerti ada apa di kehidupan kita sehari-hari.

para pendatang baru berbakat

Saya loh ya, dulu, pernah les di sebuah lembaga kursus bergengsi, nah ditengah pelajaran teman sebelah saya yang sekolah di SMA Negri nomer satu dan paling bergengsi dia bawa apa coba? Bawa kondom! Banyak diselipin di kotak pensilnya. Coba aja mikir, kalo nggak dipake emang buat apaan? Sekedar koleksi gitu? ieeuh.. Coba lagi tanya mbak-mbak yang jaga minimarket, pernah nemu bocah nanggung beli kondom nggak? Pasti jawabannya pernah, nggak mungkin nggak pernah kalau angka seks bebas tinggi di kota besar. Sekali lagi kitanya yang polos dan ini sebenernya sudah terjadi di jaman kita remaja dulu, sayangnya kegiatan ‘ajaib’ kita dulu nggak pernah terekspos, sehingga banyak orang menganggap jaman dulu lebih baik dari jaman sekarang. Padahal kalau dilihat gilanya mah, sama banget.

Nah, bapak ibu dirumah. Jika kalian lupa dengan masa remaja kalian dan menganggap anak-anak remaja dirumah itu nggak banget, mungkin ada yang perlu diintrospeksi dari pola pendidikannya, dari pola asuhnya. Dan mungkin bapak ibu lupa memperlakukan remajanya sama seperti memperlakukan dirinya dulu. Kita pun pernah muda jangan lupa sama yang muda-muda. Kalau masih lupa bagaimana menjadi remaja, yuk tonton My Generation di tanggal 9 November 2017. Cheers!



27 comments :

  1. Iya mb. Kemungkinan masa muda ortu2 otoriter itu dalam pengasuhan otoriter juga. Jadi, kalo mereka bisa berhasil dg cara otoriter, anaknya jg pasti bisa. Jadi org tua yg dingin deh..

    ReplyDelete
  2. Iya, Mbak Amanda. Padahal kan orang tua dan anak berbeda minat dan keinginannya. Kalau anak enjoy dengan pilihannya, maka hasilnya maksimal.
    Jadi orang tua jangan hanya mengutamakan keinginannya, tapi juga memahami dan mengerti keinginana anak, juga mendukung agar hasilnya maksimal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul banget ini mah mba, tp banyak orangtua yang lupa ya :)

      Delete
  3. What????
    Biasa yang lahir duluan kadang mau di dewasakan walaupun belum tentu dewasa

    ReplyDelete
  4. Tonton film dengan kepala dan hati terbuka baru kemudian mengomentarinya, jangan apatis dulu sebelum melihat. Ye nggak?

    ReplyDelete
  5. Film yang sangat menarik. Terlebih Mba Upi sampai riset selama 2 thn kan mantaap bangeett..



    Btw, btw, itu.. Anak SMA paporit sampai begitunya. Ya memang kenakalan remaja kalau dibentengi iman dan kasih sayang orang tua jadi begitu ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaah.. syedih banget ya klo anak jadi kayak boneka

      Delete
  6. Hehehe, anak ga pernah minta di lahirkan. Mereka tak bisa memilih siapa orangtua yang akan membesarkan mereka.
    Tapi orangtua bisa memberi arahan dan contoh yang baik, bagaimana anak menjadi pribadi yang baik saat dewasa.
    Please jangan buat anak menjadi boneka yang bisa diatur sesuka hati.

    Bener ga mba Amanda :p

    ReplyDelete
  7. Kayaknya...buat orangtua, segede apapun anaknya akan ngerasa anaknya itu masih bayi deh mbak. Jd bawaannya pengen ikut campur terus. Padahal kan setiap anal punya jalan masing2. Punya rasa penasaran juga ingin nyoba aneka petualangan baru. Btw keren nih teaser filmnya. Jd pengen nonton

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya belum apapun bisa nonton nih, jadi penasaran ama semua filmnya huhuhu

      Delete
  8. kadang kita tdk menyadari bahwa jaman mmg sdh beda dg anak sekarang
    krn kita sendiri merasa sama2 di jaman now kali ya hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah saya aja berusaha mengimbangi jaman anak saya dengan saya dulu mba, karena sudah pasti berbeda sangat jauh

      Delete
  9. padahal ga semua keinginan org tua hrus dilakukan anak ny juga..

    ReplyDelete
  10. penasaran sama film ini. semoga senagai ortu lebih ngerti ya setelah nonton film ini

    ReplyDelete
  11. mungkin cara terbaiknya, kali kali anaknya ngajak main bareng orang tua

    ReplyDelete
  12. Harus nonton filmnya nih. Nonton trailernya aja udah deg-degan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk.... sama deg...degan, filmnya pasti okey yah

      Delete
  13. filmnya keren, saking kerennya aku rela mengulasnya dengan ngadain give away hehehe

    ReplyDelete
  14. Thanks for sharing, sukses terus..

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)