Sunday, 21 January 2018

Menyelamatkan Gambut, Menyelamatkan Bumi Kita



Siapa yang tidak kenal dengan lahan gambut, pasca kebakaran hebat beberapa tahun kemarin, lahan gambut dianggap menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit pernafasan. Padahal siapa juga yang ngebakar gambut, gambut kan nggak bisa tiba-tiba membakar dirinya sendiri, semacam manusia yang bunuh diri gitu. Gambut hanya bisa terbakar jika ada manusia yang iseng membakar lahan tersebut, ya.. tidak lain karena demi kepentingan pribadi demi menghasilkan uang dari ketiadaan gambut tersebut.

Lahan gambut dianggap tidak bermanfaat oleh sebagian orang, karena lahan gambut hanya dianggap sebagai lahan yang tidak bisa ditanami apa-apa, padahal bagi orang yang mengetahui manfaatnya, lahan gambut ini sangat bermanfaat untuk paru-paru dunia, dapat menyelamatkan manusia karena dapat menyerap karbondioksida, tapi sayang banyak orang-orang yang tidak faham manfaat lahan gambut ini untuk apa.


Lahan gambut adalah lahan yang berisi tanaman, pepohonan, lumut, jasad hewan dan sisa-sisa materi organik lainnya yang terpendam selama ribuan tahun. Lahan gambut ini bisa ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan tanah anak sungai dan wilayah pesisir. Luas lahan gambut di Indonesia luasnya kira-kira 1,6x pulau jawa dan lahan gambut tropis terbesar di dunia ada di Indonesia.  Wooooow… Bangga nggak sih jadi orang Indonesia?
Padahal lahan gambut yang luasnya 3% di dunia ini bisa menyerap karbon dioksida yang banyaknya 75%. Nah parahnya lahan gambut yang katanya tidak berguna ini kemudian berujung pada pengeringan dan pengalihan fungsi ke lahan perkebunan dan pertanian. Hasil studi WRI menunjukkan bahwa pengeringan lahan gambut tropis mengeluarkan rata-rata 55 metrik ton C02 setiap tahun atau kurang lebih setara dengan membakar lebih dari 6000 galon bensin. Padahal lahan gambut sendiri bisa menyerap emisi 33 milyar mobil dalam setahun. Lahan gambut yang terbakar dapat menyebabkan perubahan iklim yang tidak pasti. Nah jika, Indonesia sebagai pemilik lahan gambut tropis terbesar di Indonesia, Indonesia memiliki peran penting untuk menyelamatkan paru-paru dunia, dan mencegah dampak perubahan iklim yang tidak pasti.


Mba Jos

Kemarin, pada tanggal 17 Desember 2017 saya diundang untuk menghadiri gathering Pantau Gambut. Pantau Gambut adalah sebuah wadah atau platform daring (sadar lingkungan) yang menyediakan akses terhadap informasi mengenai perkembangan kegiatan dan komitmen restorasi ekosistem gambut yang dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan di Indonesia. Pantau gambut ini digagas karena mereka  peduli terhadap lahan gambut dan peduli terhadap kelangsungan hidup manusia, untuk itu Pantau Gambut kemudian digagas bersama-sama oleh berbagai macam organisasi yang perduli dengan kelestarian lahan gambut. Mereka bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil, Simpul Jaringan Nasional dan Daerah serta Tim Pendukung dengan peran dan tanggung jawab khusus


Tujuan didirikan Pantau Gambut :
  • Mengajak masyarakat untuk lebih tau lagi apa itu lahan gambut
  • Meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan gambut dalam konteks perlindungan lingkungan hidup, pengurangan emisi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
  • Membuka mata masyarakat tentang efek yang ditimbulkan jika kita membakar lahan gambut atau manfaat yang dirasakan jika kita menjaga lahan gambut
  • Selain itu, karena Pantau Gambut berbasis web yang pengolahannya menggabungkan tekhnologi, data terbuka dan jaringan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat memantau komitment Pantau Gambut ini dalam menjaga pelestarian alam
  • Menyelamatkan keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan, menyelamatkan udara dan perduli terhadap kesehatan masyarakat
 
Mas Danar

Pada acara ini Pantau Gambut menghadirkan 3 narasumber, antara lain :
  • Danar Tri Atmojo (VR Photographer & Photo Journalist)
  • Melia Yena Febryanty (Owner Papoea Kemang)
  • Josefhine (Communications Coordinator at WRI Indonesia Office)


Mba Jos, menjadi pembicara pertama, melalui pemaparannya, mba Jos mengatakan. Bahwa sebanyak 124 ribu hektar lahan di Indonesia terbakar, 15 orang terkena kasus ISPA, dan 500 ribu orang terkena penyakit ini. Akibat kebakaran lahan gambut ini tidak hanya merugikan kesehatan, tapi banyak orang kemudian kehilangan lahan pekerjaan. Jika kita perduli dengan kelangsungan hidup masyarakat, tidak ada salahnya mulai saat ini, kita bisa ikut mengkampanyekan pentingnya menjaga lahan gambut ini dengan hastag #PantauGambut. Atau mulai menyebarkan berita baik tentang gambut lewat situs www.pantaugambut.id

Mba Mel
Di akhir acara mba Mel sebagai owner Papoea Kemang menyampaikan banyak hal tentang sagu, sagu sebagai panganan lokal orang Papua ternyata mempunyai banyak kandungan gizi yang dapat membuat manusia terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Ternyata nih ya, tanaman sagu dapat mengurangi emisi CO2 lebih banyak dibanding pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, tebu. Yang mencengangkan, Indonesia adalah penghasil sagu terbesar di duni dengan 60% pangan sagu terletak di Papua dan Papua Barat. Makannya kalau kalian ke daerah timur, jangan heran kalau dipinggir jalan banyaaak sekali makanan yang terbuat dari sagu terjual. Dan menu-menu berbahan dasar sagu banyak dijual di resto-resto.

Nggak disangka, sagu punya banyak manfaat untuk kesehatan misalnya :
  • Untuk mengobati sakit maag dan nyeri pada paru
Cara pengobatannya : Sagu dicampur garam, air hangat dan gula aren, diseduh dan diminum sampai sakit maghnya hilang
  • Menyembuhkan biang keringat
Cara pengobatannya : Sagu dicampur dengan air dingin diusapkan pada bagian yang terkena biang keringat
  • Mencegah kerutan dini
Cara pengobatannya : Sagu dicampur dengan oatmeal, madu asli dan air hangat, lalu diusapkan pada wajah. Yeaaah ini bisa menjadi masker alami
  • Memutihkan wajah
Cara menggunakannya : Sagu, dicampur dengan jeruk nipis dan yogurt, lalu dijadikan masker
  • Mencegah sembelit pada anak
Cara pengobatannya : Sagu dicampur dengan susu, anak-anak harus rutin minum
Dan lainnya..

Peserta lagi pada nyobain makanan khas Papoea Kemang, kayak Papeda, Sagu goreng dll


Di Papua sendiri, pohon sagu sangat dimanfaatkan oleh penduduknya. Dan pohon sagu bisa tumbuh subur di atas tanah gambut. Lahan gambut di Papua masih ada dan terjaga dengan baik. Tanpa lahan gambut masyarakat Papua pasti akan kehilangan mata pencahariannya. Sebab pohon sagu sendiri dapat dimanfaatkan semuanya, bahkan ulat-ulat sagu yang memakan saripati sagu itu juga bermanfaat, karena tinggi protein. Pernah lihat nggak ulat sagu yang segede-gede jempol, kata orang Papua itu rasanya kayak ayam loh :D

Papeda, saya juga bisa bikin Papeda :D efek kelamaan tinggal di Timur sih :D

Nah, baru-baru ini saya baca di koran kompas (12/1) sebanyak 31 perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) akan merestorasi lahan gambut, lahan ini seluas 1,1 juta hektar dan akan mulai digarap tahun ini hingga 2026. Mudah-mudahan langkah ini akan mengembalikan 717,583 ha hutan gambut yang berfungsi lindung. Pada lokasi-lokasi itu pengelola konsensi akan membangun 3.943 unit sekat kanal dan merevegetasi hutan seluas 581.418 ha.

Semoga saja ya semakin banyak orang yang perduli dengan kelestarian lahan gambut ini demi menyelamatkan paru-paru dunia.



10 comments :

  1. Perlu banget ya mba buat peduli dengan hal seperti ini. Rasanya perlu banyak sosialisasi lagi ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hooh, perlu sosialisasi yang lebih gencar lagi kayaknya

      Delete
  2. Kadang, kita kalah dengan kepentingan-kepentingan yang sebenarnya tidak penting. Smg pihak2 yg dengan tega memberangus lahan hijau tersadarkan. Terima kasih ya mbak atas tulisannya. Penting nih untuk dibaca banyak orang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh mba di share mba jika bermanfaat untuk banyak orang :)
      makasih ya

      Delete
  3. Sagu sangat membantu saat anakku biang keringat. Nah, kalau yang obat maag pernah dengar tapi belum mencoba. Oiya Papeda sekilas mirip dengan pindang ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mirip2 pindang, cuma pindang kan rada2 manis ya, klo ini gurih sangat ^^

      Delete
  4. Belum pernah nyoba papeda, pgn ih... Saya baru tau sagu bnyk manfaatnya

    ReplyDelete
  5. perlu banget adanya komunitas2 seperti pantau gambut ini. Harus banyak dilakukan sosialisasi agar masyarakat tahu betapa pentingnya menjaga kelestarian lahan gambut.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)