Siapa yang tidak
kenal dengan lahan gambut, pasca kebakaran hebat beberapa tahun kemarin, lahan
gambut dianggap menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit pernafasan. Padahal
siapa juga yang ngebakar gambut, gambut kan nggak bisa tiba-tiba membakar
dirinya sendiri, semacam manusia yang bunuh diri gitu. Gambut hanya bisa
terbakar jika ada manusia yang iseng membakar lahan tersebut, ya.. tidak lain
karena demi kepentingan pribadi demi menghasilkan uang dari ketiadaan gambut
tersebut.
Lahan gambut
dianggap tidak bermanfaat oleh sebagian orang, karena lahan gambut hanya
dianggap sebagai lahan yang tidak bisa ditanami apa-apa, padahal bagi orang
yang mengetahui manfaatnya, lahan gambut ini sangat bermanfaat untuk paru-paru
dunia, dapat menyelamatkan manusia karena dapat menyerap karbondioksida, tapi
sayang banyak orang-orang yang tidak faham manfaat lahan gambut ini untuk apa.
Lahan gambut
adalah lahan yang berisi tanaman, pepohonan, lumut, jasad hewan dan sisa-sisa
materi organik lainnya yang terpendam selama ribuan tahun. Lahan gambut ini
bisa ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan tanah anak sungai dan
wilayah pesisir. Luas lahan gambut di Indonesia luasnya kira-kira 1,6x pulau
jawa dan lahan gambut tropis terbesar di dunia ada di Indonesia. Wooooow… Bangga nggak sih jadi orang Indonesia?
Padahal lahan
gambut yang luasnya 3% di dunia ini bisa menyerap karbon dioksida yang
banyaknya 75%. Nah parahnya lahan gambut yang katanya tidak berguna ini
kemudian berujung pada pengeringan dan pengalihan fungsi ke lahan perkebunan
dan pertanian. Hasil studi WRI menunjukkan bahwa pengeringan lahan gambut
tropis mengeluarkan rata-rata 55 metrik ton C02 setiap tahun atau kurang lebih
setara dengan membakar lebih dari 6000 galon bensin. Padahal lahan gambut
sendiri bisa menyerap emisi 33 milyar mobil dalam setahun. Lahan gambut yang
terbakar dapat menyebabkan perubahan iklim yang tidak pasti. Nah jika,
Indonesia sebagai pemilik lahan gambut tropis terbesar di Indonesia, Indonesia
memiliki peran penting untuk menyelamatkan paru-paru dunia, dan mencegah dampak
perubahan iklim yang tidak pasti.
Mba Jos |
Kemarin, pada
tanggal 17 Desember 2017 saya diundang untuk menghadiri gathering Pantau Gambut.
Pantau
Gambut adalah sebuah wadah atau platform daring (sadar lingkungan) yang
menyediakan akses terhadap informasi mengenai perkembangan kegiatan dan
komitmen restorasi ekosistem gambut yang dilakukan oleh segenap pemangku
kepentingan di Indonesia. Pantau gambut ini digagas karena mereka peduli terhadap lahan gambut dan peduli
terhadap kelangsungan hidup manusia, untuk itu Pantau Gambut kemudian digagas
bersama-sama oleh berbagai macam organisasi yang perduli dengan kelestarian
lahan gambut. Mereka bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil, Simpul
Jaringan Nasional dan Daerah serta Tim Pendukung dengan peran dan tanggung jawab
khusus
Tujuan didirikan Pantau Gambut :
- Mengajak
masyarakat untuk lebih tau lagi apa itu lahan gambut
- Meningkatkan
kesadaran akan pentingnya perlindungan gambut dalam konteks perlindungan lingkungan
hidup, pengurangan emisi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
- Membuka
mata masyarakat tentang efek yang ditimbulkan jika kita membakar lahan
gambut atau manfaat yang dirasakan jika kita menjaga lahan gambut
- Selain
itu, karena Pantau Gambut berbasis web yang pengolahannya menggabungkan
tekhnologi, data terbuka dan jaringan masyarakat, diharapkan masyarakat
dapat memantau komitment Pantau Gambut ini dalam menjaga pelestarian alam
- Menyelamatkan
keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan, menyelamatkan udara dan
perduli terhadap kesehatan masyarakat
Pada acara ini Pantau Gambut menghadirkan 3
narasumber, antara lain :
- Danar
Tri Atmojo (VR Photographer & Photo Journalist)
- Melia
Yena Febryanty (Owner Papoea Kemang)
- Josefhine
(Communications Coordinator at WRI Indonesia Office)
Mba Jos, menjadi
pembicara pertama, melalui pemaparannya, mba Jos mengatakan. Bahwa sebanyak 124
ribu hektar lahan di Indonesia terbakar, 15 orang terkena kasus ISPA, dan 500
ribu orang terkena penyakit ini. Akibat kebakaran lahan gambut ini tidak hanya merugikan
kesehatan, tapi banyak orang kemudian kehilangan lahan pekerjaan. Jika kita
perduli dengan kelangsungan hidup masyarakat, tidak ada salahnya mulai saat
ini, kita bisa ikut mengkampanyekan pentingnya menjaga lahan gambut ini dengan
hastag #PantauGambut. Atau mulai
menyebarkan berita baik tentang gambut lewat situs www.pantaugambut.id
Mba Mel |
Di akhir acara
mba Mel sebagai owner Papoea Kemang menyampaikan banyak hal tentang sagu, sagu
sebagai panganan lokal orang Papua ternyata mempunyai banyak kandungan gizi
yang dapat membuat manusia terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Ternyata nih ya,
tanaman sagu dapat mengurangi emisi CO2 lebih banyak dibanding pangan lainnya
seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, tebu. Yang mencengangkan, Indonesia adalah
penghasil sagu terbesar di duni dengan 60% pangan sagu terletak di Papua dan
Papua Barat. Makannya kalau kalian ke daerah timur, jangan heran kalau
dipinggir jalan banyaaak sekali makanan yang terbuat dari sagu terjual. Dan menu-menu
berbahan dasar sagu banyak dijual di resto-resto.
Nggak disangka, sagu punya banyak manfaat untuk
kesehatan misalnya :
- Untuk
mengobati sakit maag dan nyeri pada paru
Cara
pengobatannya : Sagu dicampur garam, air hangat dan gula aren, diseduh dan
diminum sampai sakit maghnya hilang
- Menyembuhkan
biang keringat
Cara
pengobatannya : Sagu dicampur dengan air dingin diusapkan pada bagian yang
terkena biang keringat
- Mencegah
kerutan dini
Cara
pengobatannya : Sagu dicampur dengan oatmeal, madu asli dan air hangat, lalu
diusapkan pada wajah. Yeaaah ini bisa menjadi masker alami
- Memutihkan
wajah
Cara menggunakannya
: Sagu, dicampur dengan jeruk nipis dan yogurt, lalu dijadikan masker
- Mencegah
sembelit pada anak
Cara
pengobatannya : Sagu dicampur dengan susu, anak-anak harus rutin minum
Dan lainnya..
Peserta lagi pada nyobain makanan khas Papoea Kemang, kayak Papeda, Sagu goreng dll |
Di Papua sendiri,
pohon sagu sangat dimanfaatkan oleh penduduknya. Dan pohon sagu bisa tumbuh
subur di atas tanah gambut. Lahan gambut di Papua masih ada dan terjaga dengan
baik. Tanpa lahan gambut masyarakat Papua pasti akan kehilangan mata
pencahariannya. Sebab pohon sagu sendiri dapat dimanfaatkan semuanya, bahkan
ulat-ulat sagu yang memakan saripati sagu itu juga bermanfaat, karena tinggi
protein. Pernah lihat nggak ulat sagu yang segede-gede jempol, kata orang Papua
itu rasanya kayak ayam loh :D
Papeda, saya juga bisa bikin Papeda :D efek kelamaan tinggal di Timur sih :D |
Nah, baru-baru
ini saya baca di koran kompas (12/1) sebanyak 31 perusahaan HTI (Hutan Tanaman
Industri) akan merestorasi lahan gambut, lahan ini seluas 1,1 juta hektar dan
akan mulai digarap tahun ini hingga 2026. Mudah-mudahan langkah ini akan
mengembalikan 717,583 ha hutan gambut yang berfungsi lindung. Pada
lokasi-lokasi itu pengelola konsensi akan membangun 3.943 unit sekat kanal dan
merevegetasi hutan seluas 581.418 ha.
Semoga saja ya
semakin banyak orang yang perduli dengan kelestarian lahan gambut ini demi
menyelamatkan paru-paru dunia.
Perlu banget ya mba buat peduli dengan hal seperti ini. Rasanya perlu banyak sosialisasi lagi ya mba
ReplyDeleteHooh, perlu sosialisasi yang lebih gencar lagi kayaknya
DeleteKadang, kita kalah dengan kepentingan-kepentingan yang sebenarnya tidak penting. Smg pihak2 yg dengan tega memberangus lahan hijau tersadarkan. Terima kasih ya mbak atas tulisannya. Penting nih untuk dibaca banyak orang
ReplyDeleteBoleh mba di share mba jika bermanfaat untuk banyak orang :)
Deletemakasih ya
Sagu sangat membantu saat anakku biang keringat. Nah, kalau yang obat maag pernah dengar tapi belum mencoba. Oiya Papeda sekilas mirip dengan pindang ya
ReplyDeleteIya mirip2 pindang, cuma pindang kan rada2 manis ya, klo ini gurih sangat ^^
DeleteBelum pernah nyoba papeda, pgn ih... Saya baru tau sagu bnyk manfaatnya
ReplyDeleteEnak loh, coba aja bikin sendiri ^^
Deleteperlu banget adanya komunitas2 seperti pantau gambut ini. Harus banyak dilakukan sosialisasi agar masyarakat tahu betapa pentingnya menjaga kelestarian lahan gambut.
ReplyDeleteIya mba betul ^^
Delete