Ada dua bahaya
yang mengancam anak-anak di Indonesia, yang pertama gizi buruk, yang kedua
adalah stanting. Jika gizi buruk hanya dapat mengancam penduduk Indonesia yang
berada di bawah garis kemiskinan, Stanting dapat mengancam semua anak di
lapisan masyarakat, tidak perduli dia kaya atau miskin, anak pejabat atau
bukan, yang jelas Stanting ini mengancam semua anak-anak Indonesia, termasuk
anak saya di rumah.
Hari Rabu,
tanggal 24 Januari 2018 kemarin, bertempat di Bunga Rampai Jakarta saya
menghadiri diskusi bersama Tempo dalam acara Ngobrol@Tempo, diskusi yang bertajuk
“Bibit
unggul untuk Indonesia Hebat : Mencegah Stunting, Meningkatkan Daya Saing
Bangsa ini” menghadirkan beberapa nara sumber, diantaranya Fasli Jalal,
Sri Enny Hartati (Direktur Institute for Development of Economics and Finance)
dan Yanuar Nugroho (Deputi II Kepala Staf Presiden), membahasa banyak hal
tentang stanting dan solusinya.
Apa itu Stanting?
Stanting adalah
kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya
perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Saat ini, bahaya stanting telah
mengancam nyaris 9 juta anak Indonesia. Atau lebih dari 1/3 balita di Indonesia
mengalami stanting. Pasti emak-emak yang dirumah langsung melirik anaknya dan
was-was, kok bisa anak-anak di Indonesia ini mengalami stanting?
Penyebab Stanting
“Ah padahal anak
saya makan kok tiap hari, kok masih bisa stanting?” penyebabnya bukan pada
makan dan tidak makan bunda. Tapi apakah bunda sudah memperhatikan gizi yang
terkandung dalam piring nasinya? Mari kita telusuri kenapa anak-anak di
Indonesia bisa terkena stanting. Padahal makanan lokal di Indonesia sangat melimpah
ruah,
1.
Apakah bunda sudah memperhatikan kecukupan gizi pada
1000 hari pertamanya?
1000 hari
pertama anak dimulai sejak anak masih di dalam kandungan sampai menginjak usia
2 tahun. Waktu hamil apa yang dimakan bunda? Bakso? Mie? Jajan diluar? Dan
makanan yang tidak berfaedah lainnya, bahkan kurang mengkonsumsi buah dan
sayur. Ternyata kecukupan gizi dimulai sejak anak masih di dalam kandungan, apa
yang dimakan bunda saat hamil, itulah yang menentukan perkembangan anak ke
depannya. Ibu hamil, harus makan makanan yang bergizi seimbang, terutama
makanan bersumber protein hewani, agar janin selalu sehat dan bayi lahir
selamat. Hindarilah makanan yang hanya enak di mulut tapi tidak enak di perut,
karena ini hanya membahayakan janin.
Waktu hamil dulu
saya nggak tau apa itu stanting, dan dampaknya kedepan, tapi saya berkeyakinan
kalau saya makan yang bergizi bayi saya akan sehat. Saya buang jauh-jauh badan
melar, saya makan apapun selagi sehat, perbanyak buah dan sayur, vitamin omega
3, minum air banyak, meng’haramkan’ mie, bakso dan jajan diluar, eh
Alhamdulillah tidak ada kendala selama hamil dan besar Alhamdulillah Naqib
sehat dan jarang sakit.
Nah setelah
melahirkan kecukupan gizi lainnya yang harus dipenuhi adalah ASI, susui bayi
sampai usia 6 bulan, karena ASI menyimpan banyak sekali gizi dan protein yang
dapat membuat bayi tumbuh sehat. Selama menyusi saya juga tetap mengharamkan
makanan-makanan tidak berfaedah, saya berkeyakinan, air susu yang diminum bayi
akan lebih sehat jika saya makan-makanan yang menyehatkan. Naqib tumbuh montok
dan ceria.
Naqib 5 bulan, dan dia montok sekali |
Setelah 6 bulan
berikan makanan pendamping bayi sampai ia usia 2 tahun. Sedikit cerita sih,
dulu Naqib full ASI, tapi pernah kena anemia, gara-gara saya kurang ilmu dalam
pemberian MPASI, dulu Naqib doyannya hanya kentang, wortel, keju dan ubi.
Sangat nggak bervariasi saya pikir ini sudah tercukupi gizinya ternyata belum,
nah ya udah deh dia terkena Anemia, syukurnya Naqib nggak terlalu lama kena
anemia karena saya cekatan memeriksakan perkembangannya ke dokter dan saya
kejar kemudian kecukupan gizinya, syukur sekarang dia mau makan apa saja, dan
saya bisa mengejar tinggi badannya. Dan Naqib tidak masuk dalam kategori anak
stunting di usianya yang 4 tahun tingginya sudah 110cm ^^,
2.
Apakah bunda sering menstimulus bayi dan balitanya?
Penyebab anak
stanting berikutnya adalah karena kurang stimulus dari orangtuanya. Anak jarang
diajak bercerita, bercanda dan disentuh. Akibatnya otak kurang mengerti respond
dan kurang diajak berfikir. Akibatnya perkembangan otak dan fisiknya bisa
terhambat. Orangtua perlu mempunyai waktu khusus pada anak, sejam saja sudah
cukup dengan mengajaknya bermain, anak merasa ada yang menemani.
3.
Kurangnya kebersihan pada tempat tinggal
Banyak
rumah-rumah yang tidak memiliki jamban sehat, artinya kotoran tidak dialirkan
pada wadah pembuangan. Akibatnya banyak kotoran manusia yang tidak tertimbun,
dan ini jika dibiarkan dapat menyebabkan menyebarny telur-telur cacing yang
akan membuat banyak anak terkena cacingan. Anak-anak akan rentan terkena
penyakit. Anak cacingan dapat menyebabkan perkembangannya terhambat
4.
Kurangnya ilmu terhadap asupan gizi
Banyak orangtua
menganggap, kalau anak mau makan itu saja sudah cukup. Padahal kita tidak tahu
apa gizi yang terkandung dalam piring nasinya. Misalnya, anak diberikan nugget
setiap hari asal anak mau makan. Hal inilah yang dapat menyebabkan anak
kekurangan gizi, karena dalam piring nasinya, anak harus mendapakan banyak
sekali asupan gizi. Jika anak kekurangan gizi maka pertumbuhannya akan
terhambat (stanting), di masa sekolah anak akan sulit berprestasi. Yang fatal,
di masa dewasa akan mudah menderita kegemukan, sehingga beresiko terkena
penyakit jantung, diabetes dan penyakit degenerative lainnya.
5.
Medan dan lokasi yang sangat sulit terjangkau tenaga
medis
Dalam kasus gizi
buruk di Papua, atau gizi buruk di daerah-daerah terpencil. Pemerintah sudah
berupaya mengirimkan tenaga medis ke sana. Pemberian bahan makanan dengan menggunakan
heli sampai pemeriksaan berkelanjutan kepada para warga. Namun terkadang, medan
yang sangat sulit ditempuh menyulitkan penyaluran semua ini. Jadi, pemerintah
tidak pernah abai dalam hal ini, mungkin kita saja yang tidak mengerti kondisi
di lapangan. Pemerintah selalu berupa memeratakan bantuan bagi daerah-daerah
tertinggal
Kasus stunting
ini tidak hanya mengancam keluarga miskin, namun keluarga kaya dan berada
sekalipun anaknya dapat terkena stunting, jika abai memeriksakan perkembangan
anak, atau abai terhadap pemberian makan terhadap anak. Pemerintah Indonesia
tentunya sudah melakukan berbagai usaha untuk dapat menurunkan tingkat stunting
pada anak dibawah umur dua tahun dari 37% pada tahun 2013 menjadi 28% di 2019.
Angka stanting yang tinggi juga dapat merugikan perekonomian negara dalam
jangka panjang. Menurut studi Grantham-McGregor (2007) anak yang terkena
stanting berpotensi memiliki penghasilan lebih rendah sekitar 20%, dibandingkan
anak yang tumbuh optimal. UNICEF memperkirakan stunting juga bisa menyebabkan
pendapatan Domestik Brut merosot 3%. Sedangkan analisis Qureshy tahun 2013
mengatakan stunting dapat merugikan Indonesia sampai 300 triliun pertahunnya.
Ini mengerikan ya?
Agar peningkatan kesehatan dan gizi terwujud, tentu
saja semua phak perlu mendukung program-program yang diminta pemerintah
diantaranya :
- Pemberdayaan
masyarakat, pemerintah memantau kecukupan gizi sampai ke pelosok desa,
dengan menyelenggarakan dan menguatkan layanan posyandu dan kelas ibu dengan
dana desa.
- Pelatihan
tenaga kesehatan, pelatihan ini termasuk di antaranya pelatihan konseling
pemberian makan bayi dan anak, pelatihan sanitasi total berbasis
masyarakat
- Pemberian
suplemen gizi mikro untuk ibu dan balita, pemerintah memastikan
ketersediaan tablet tambah darah, vitamin A dan obat cacing di
fasiitas-fasilitas kesehatan.
- Memfasilitasi
keluarga untuk memilki dan menggunakan jamban sehat serta mengkonsumsi air
minum yang aman. Angka diare anak yang keluarganya tidak memiliki jamban
sehat (buang air besar sembarangan) 66% lebih tinggi dibanding anak yang
memiliki kamar mandi di dalam rumah. Hal inilah yang dapat menyebabkan
anak menjadi cacingan
- Upaya
perubahan perilaku dan advokasi terhadap berbagai pemangku kepentingan,
semua hal diatas tidak akan terlaksana dengan baik jika perilaku
masyarakat tidak kondusif. Maka dari itu diperlukan kerjasama dengan
masyarakat, media dan semua pihak.
Anak pendek
tidak melulu stanting, sebab genetis orangtuanya bisa menyebabkan anak bertubuh
mungil. Misalnya BJ.Habibie, pak Habibie itu cerdasnya luar biasa kan? Tapi
tubuhnya mungil, apa beliau stanting? Tidak, beliau demikian karena faktor
genetis. Namun orangtua tetap harus waspada jika anak tidak optimal
perkembangan tubuhnya, segera bawa anak ke dokter anak terpercaya untuk
dikonsultasikan lebih lanjut, agar anak terindikasi stanting, orangtua bisa
mengejar ketertinggalan tinggi tubuhnya. Tentunya kita ingin dong anak tumbuh
optimal :)
Kedepan, jika
anak-anak tumbuh dengan optimal, bisa dipastikan Indonesia akan baik
perkembangannya dalam hal ekonomi. Semangat ya parent’s… laff
apa yang dimakan anak emang harus bener2 diperhatikan. 4 sehat sempurna harus masuk dan seimbang. selain itu kebersihan juga penting.
ReplyDeleteIya, dmi mewujudkan generasi emas mba
DeleteKasus stunting memang ga boleh dianggap enteng neh
ReplyDeleteBetul sekali, kudu waspada ya ceu
DeleteDiperlukan kecerdasan org tua utk mengolah makanan berikut sanitasi supaya kondisi stunting ini gak berlanjut di kemudian hari, miris ya pdhl Indonesia bumi kaya akan tumbuhan dan lautnya
ReplyDeleteItulah, kemudian yang menjadi pertanyaan, salah ibu apa salah Indonesia?
DeleteJaman dulu kalau sudah tahu istilah stunting, pasti beta diledek terus. Hehhe. Tapi teryata skarang baru tahu kalau kecerdasan juga terengaruhi akibat stunting ya
ReplyDeletetapi kk Alida ini so pasti pintar ee.. jd mangkali bukan stunting tp faktor gen
DeleteMakanan untuk anak emang harus diperhatikan gizinya yaa, jangan asal dikasih makan.
ReplyDeleteBetul sekali :)
DeleteBetul nih mbak, kadang uga anak pendek dari gen dibilang kurang gizi, padahal bapak emaknya eang keturunan pendek.
ReplyDeletehehehe.. nah saya ini kayaknya yg stunting, sebab bapak ibu nggak pendek-pendek bngt
DeleteIlmu seperti inilah yang penting dan dibutuhkan orang tua, tak jarang dari mereka yang tidak mengerti hal ini
ReplyDeleteOrangtua jaman now memang harus banyak baca :(
DeletePenting bgt ya edukasi tentang gizi seimbang
ReplyDeleteIya :)
Delete