Dulu saya
beranggapan bahwa yang namanya rezeki itu bentuknya selalu dalam nilai rupiah,
jadi misal tetangga ngasih buah atau apapun yang nilainya bukan rupiah saya
anggapnya ya sekedar ngasih dan harus kita balas kebaikan mereka. Tapi beda hal
dengan ibu saya, ketika diberi sesuatu apapun, beliau selalu mengucap hamdallah
dan bilang, “Ini rezeki”. Dulu saya pikir ketika saya lama tidak mendapat
pekerjaan, saya sakit, atau mendapat musibah hingga akhirnya mengeluarkan uang
banyak Allah menghambat rejeki yang saya punya.
Padahal tidak
ada rezeki yang dihambat, seperti dalam QS Hud : 6 yang berbunyi, ‘Tidak ada satu makhluk melata pun yang
bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya,” ini artinya,
setiap detik hidup kita menikmati rezeki, udara, bisa makan, bisa minum, bahkan
bisa mandi pun itu rezeki gengs! Inget banget waktu tinggal di Ambon, air minim
sekali, air hanya ngalir 2-3 hari sekali, kalau kita kekurangan air ya terpaksa
beli. Disini saya menyadari bisa mandi dengan air yang tidak susah saja rezeki
banget.
Lambat laun saya
menyadari ucapan ibu saya ada benarnya, bahwa rezeki tak melulu uang, bisa
berupa apapun ketika itu diberi orang, bahkan setiap detik hidup yang kita
lalui adalah rezeki. Misalnya udara yang bersih, kesehatan, tidur nyaman, makan
enak bagi saya itu rezeki dari Allah. Apa jadinya kalau saya tidak lagi makan
enak, padahal di hadapan saya saat itu ada sepiring steak, pizza, atau
spaghetti. Nyam..
Menyikapi rezeki
Apa yang menjadi
pikiran saya saat itu ternyata salah besar, saya salah menyikapi rezeki yang
diberikan Allah. Padahal rezeki bertebaran di muka bumi ini tergantung
bagaimana kita bisa menyikapinya. Lalu, seperti apa rezeki itu dapat kita
sikapi?
-
Bagi saya,
berkumpul dengan orang-orang shalih dan mendapat ilmu baru, yaitu ilmu yang tidak
pernah saya dapat sebelumnya itu rezeki, sebab hanya orang-orang pilihan yang
dikaruniai ilmu maha luas di muka bumi ini
- Bagi saya,
dimudahkan melangkah ke masjid, dimudahkan membaca Al-Quran, dimudahkan
berzikir, dimudahkan menyebut asma Allah, disejukkan hatinya, dimudahkan dekat
dengan Allah itu rezeki. Sebab pahala-pahala saya terkumpul karenanya. Dunia
ini sementara, hasil akhir kita adalah akhirat. Bayangkan kalau saya dijauhkan
dari masjid, malas membaca Qur’an, malas beribadah, punya sifat hasad, dengki,
iri dan terus saja berfikir negatif tidak ada yang mengingatkan, betapa banyak
dosa-dosa saya terkumpul dan kemudian mati dalam kesia-siaan, rezeki saya
hilang begitu saja. Padahal, jika kita rajin beribadah, rezeki tidak akan seret,
sesuai janji Allah, ‘Beristighfarlah
kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta.” (QS Nuh :
10-11)’
-
Bagi saya,
ketika saya sakit dan saya ikhlas serta sabar itu rezeki. Sebab ketika kita
sakit lalu sabar dan ikhlas dosa-dosa kita akan berguguran. Mana tau ketika
saya melakukan banyak kesalahan di dunia, dosa-dosanya berguguran melalui
penyakit, timbangan amal saya mungkin bisa berkurang sedikit dosanya. Sebab
sakit pula saya bisa memberikan rezeki pada dokter-dokter yang bertugas.
-
Bagi saya,
ketika saya sehat pula itu rezeki. Sebab dengan tubuh yang sehat jiwa raga yang
kuat saya bisa lebih produktif, aktif menggunakan akal pikiran saya untuk
mencari rezeki untuk membantu orang lain
-
Bagi saya hati
yang Allah jaga jauh dari iri, dengki dan kebencian adalah rezeki sebab saya
tidak perlu menghabiskan waktu untuk menulis status untuk ngiri sama orang,
nggak sibuk mikirin orang dengan segala kelebihannya, nggak sibuk ngabisin
waktu menggunjing. Sebab waktu saya yang
sangat singkat ini lebih baik digunakan untuk mengumpulkan uang daripada
ngurusin hidup orang he.. :D
-
Bagi saya bisa
memanfaatkan setiap detik kehidupan ini dengan hal yang bermanfaat ini rezeki.
Saya produktif mengetik, membaginya pada orang lain, kemudian orang itu senang
dan terinspirasi membaca tulisan saya ini rezeki. Saya bisa mengurus rumah,
anak dan suami ini rezeki. Sebab banyak orang yang menghabiskan waktunya hanya
dengan duduk-duduk santai, ngobrol ngalur ngidul tak jelas sampai habis umur
dan kemudian sadar bahwa mereka tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Saya
tidak mau meninggal dalam kesia-siaan tanpa pekerjaan yang bermanfaat dan
mendatangkan amal untuk kehidupan saya sesudah mati.
-
Bagi saya hidup
lancar tak ada halangan pun rezeki, Masya Allah betapa nikmatnya hidup,
walaupun ditengah perjuangan yang berat, mendapati kehidupan yang baik,
tetangga ramah, keluarga yang menyemangati itu yang harus saya fikirkan dan itu
pula adalah rezeki yang tak ternilai harganya. Bayangkan ada banyak orang di
dunia ini yang tak akur dengan tetangga, yang tak akur dengan keluarganya,
betapa saya harus mensyukuri nikmat ini.
Sampai-sampai
sebab rezeki pun akhirnya menyadarkan saya, saya harus banyak bersyukur agar
bisa menikmati rezeki tersebut, ‘Sesungguhnya
jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS Ibrahim :
7) tetapi, jikapun rezeki berupa harta tak kunjung datang itu artinya saya
harus mencari dan berusaha mendatangkan rezeki itu, bukankah Allah memberi kita
akal dan kemampuan untuk berusaha mencari rezeki? Sedangkan yang kekurangan
fisik saja mampu mencari rezeki, tidakkah kita malu? ‘Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya’
(QS An-Najm : 39)’ jangan pernah berfikir tak dapat rezeki, sebab rezeki
tidak akan tertukar atau diambil orang. Allah sudah memporsikan rezeki untuk
kita selama kita mau berusaha. Ganbatene!
Ini kekhawatiran saya perihal rezeki
-
Justru yang
harus kita khawatirkan jika kita mempunyai banyak harta namun tidak tergerak
hatinya untuk bersedekah, untuk membantu orang yang terlihat susah, bertetangga
tidak akur, tidak pernah saling memberi, punya banyak harta tapi beli di
pedagang masih banyak nawar.
-
Justru yang saya
khawatirkan saya tidak sedih dan menyesal ketika waktu saya terbuang begitu
saja, banyak hura-hura, ngobrol tak jelas dan tidak ada satupun pekerjaan yang
mampu mengisi waktu luang dengan baik
-
Justru yang saya
khawatirkan punya pasangan baik tapi masih selingkuh, punya anak baik dan
cerdas tapi tidak dirawat dengan baik.
-
Justru yang saya
khawatirkan ketika hati saya enggan
berzikir, shalat hanya sambil lalu, malas mengaji, malas menghadiri kajian,
malas mendengarkan ceramah, senandung puji-pujian, dan malas mendengarkan
nasihat orang untuk perbaikan diri
Banyak ketakutan
saya yang lain jika saya tidak mampu bersyukur, saya takut Allah mencabut
nikmat rezeki saya hanya karena saya enggan bersyukur ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu.’ (QS Ibrahim : 7)’ dunia ini penuh dengan rezeki, tergantung
bagaimana kita menyikapi setiap detik rezeki yang Allah kasih, ‘Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. (Al-Hadid – 57:20) jangan sampai karena kita
kekurangan harta dan tidak mendapati harta berupa lembaran kertas kita enggan
bersyukur
-Semoga
menginspirasi-
Setuju mba.. Dan bisa baca tulisan ini, yg jd reminder buatku, juga rezeki :) . Kdg kita lupa, Seandainya aja udara di bumi ini ditarik oleh Allah, trus kita megap2 susah bernafas, apa ga sakit dan menderita rasanya? Hal2 kecil begitu sering kita anggab memang sudah seharusnya, bukan rezeki yg diberikan Allah.. Semoga aja kita semua bisa slalu inget dan bersyukur dlm kondisi seperti apapun ya mba
ReplyDeleteBener, apapun yang kita punya ini wajib disyukuri, jngn pernah ngukur2 pemberian Tuhan, krn pemberian Tuhan selalu berlimpah
DeleteSetuju banget deh. Kita harus pandai bersyukur, bahkan anak pun juga rezeky, hehehe. Apalagi anaknya banyak, eh. XD
ReplyDeletewkwkwkwk... asyik ya punya anak banyak :D
DeleteBisa menjalani hari dengan sehat wal afiat pun juga masuk rezeki, hehe.
ReplyDeleteBetul mba, semoga kita semua sehat terus ya... :)
DeleteYang penting kita harus pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan, sekecil apa pun rezekinya. :)
ReplyDeleteBener bngt mba :)
DeleteApapun bentuknya, segala sesuatu yang menguntungkan dan saya dapatkan dari orang-orang di sekitar baik yg kenal maupun tidak saya anggap rejeki. Tapi kalau bentuknya tidak menyenangkan namanya musibah
ReplyDeleteWaaaah, bgtu ya... tetep saya bilang rejeki ah, takut dgn musibah. Anggap aja ujian kesabaran
DeletePersahabatan yang baik dan saling menjalin silaturrahim juga adalah rizki, karena kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri
ReplyDeleteHuum, sedih kalau nggak punya temen
DeleteSemakin bersyukur semakin ditambah karena kita menyadari setiap rezeki yg datang ya mbak
ReplyDeleteIy mbak, mudah2an kita selalu awas ya mba dgn rejeki yg dtg :)
Delete