Sering denger
nggak sih ungkapan, ‘Dasar laki-laki tidak punya perasaan!’ apa benar sih
laki-laki itu semua nggak peka dan nggak punya perasaan? Saya rasa semua
manusia nggak laki nggak perempuan pastinya punya perasaan, hanya saja kadarnya
berbeda. Jika anak perempuan perasaannya lebih halus, jangan dianggap laki-laki
nggak punya perasaan. Laki-laki walaupun berkelamin berbeda dengan perempuan,
kaum mereka juga punya perasaan yang jika diasah akan bisa sama dengan perasaan
anak perempuan, terbukti laki-laki juga bisa menangis, ini tandanya mereka juga
punya perasaan yang halus kan?.
Hanya saja
banyak emak-emak diluar sana yang nggak paham akan hal ini dan membuat
perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang bikin prihatin.
Misalnya, kalau anak laki-laki nangis, si emak serta merta akan bilang, “Anak
laki nggak boleh nangis, cengeng banget!” laaah mak, masak anak laki nggak
boleh nangis sih, yang namanya perasaan sedih mah bebas-bebas aja dimiliki
siapa saja, kasian banget kalau anak laki nggak boleh nangis, yang ada dia
nanti nggak bisa mengungkapkan perasaannya, dia nggak akan bisa faham perasaan
sedih. Bahayanya kalau dia besar dan mendapati teman perempuannya nangis maka
anak laki hanya akan menganggap itu biasa, bahaya lainnya anak laki-laki sulit
memahami perasaan perempuan dan hanya akan menganggap perempuan itu mahluk
tukang nangis alias cengeng. Nah akibatnya, anak laki-laki akan kerap membully
perempuan sebagai makhluk yang tukang nangis. Ketika dewasa, bahaya lain yang
ditimbulkan adalah anak laki-laki akan sulit mendiamkan pacarnya atau istrinya yang
menangis, lah iya dari kecil anak laki aja nggak boleh nangis kok bagaimana
laki-laki bisa jadi peka perasaannya terhadap perempuan. Bisa-bisa si laki ini
hanya mendiamkan saja dan bingung harus melakukan apa, padahal banyak perempuan
yang ingin diambilkan tissue atau dipeluk untuk meredakan tangisnya
Jika anak
laki-laki tersebut menjadi dewasa dan mendapati anak perempuannya menangis, hal
yang dulu dikatakan ibunya akan terulang kembali, “Sudah jangan nangis, nangis
nggak menyelesaikan masalah. Jadilah perempuan yang tegar!” mungkin nasehatnya
bagus ya, tapi kok kayaknya kedengarannya menyebalkan dan sangar wkwk….
Nah, saya nggak
kepingin Naqib kayak gitu, saya kepingin dia jadi anak yang laki yang lebih
peka terhadap teman-teman perempuannya tapi tetap punya sikap *nggak playboy
atau gatel :D sebab kepeduliannya*, peka terhadap orang yang susah, korban kecelakaan
dan banyak lainya dan melatih ini sebetulnya nggak bisa dalam waktu singkat
harus dimulai sejak sedini mungkin, agar ia nantinya terbiasa. Sebagai ibu saya
mencoba beberapa hal yang mudah-mudahan membuat dia semakin peka terhadap
apapun yang dia lihat dalam bentuk kesedihan antara lain :
Putus rantai kesalah pahaman ini
Sebetulnya
setiap orangtua bisa membuat anak laki-lakinya lebih peka terhadap perempuan,
asal semuanya dimulai dan dilatih sejak dini, jika ini tertanam dari kecil maka
laki-laki punya kepekaan terhadap perempuan. Cara ini cukup berhasil untuk anak
saya, tapi tidak tau untuk anak anda :D, memang melakukan ini harus sepenuh
hati dan penuh penghayatan, agar berhasil. Hal pertama yang harus orangtua
pahami adalah, setiap manusia memiliki perasaan dan perasaan ini tidak bisa
dibanding-bandingkan antara laki-laki dan perempuan. Hal lain yang harus
dipahami adalah anak laki-laki punya semua perasaan yang dimiliki perempuan
hanya saja kadarnya berbeda, sebagai orangtua kita harus bisa menempatkan
empati ketika mereka mengeluarkan emosi-emosinya. Baik terhadap anak laki-laki
ataupu anak perempuan.
Naqib sayang banget sama kakak sepupunya hihihi |
Biarkan dia menangis
Saat anak saya
menangis sebab emosi, misalnya dia emosi sebab tidak bisa menggunakan mainannya
dengan baik. Saya biarkan saja dia menangis sampai puas. Saya biarkan emosinya
tersalurkan dengan baik, saya tinggal dan saya tidak berkata yang menyakitkan
kepadanya, misalnya, “Jangan nangis! Laki-laki nggak boleh cengeng”,
Kalau tangisnya
sudah reda baru saya bujuk pelan-pelan, saya dekati, saya peluk biarkan dia
menangis sesenggukan di pelukan ibunya kemudian pelan-pelan saya tanya, “Naqib
kenapa tadi nangis? Apa yang nggak bisa dilakukan, sini bilang ibu biar ibu
bantuin biar Naqib nggak sedih lagi. Kalau Naqib nangis, ibu juga ikut sedih”.
saya berharap, ketika Naqib saya tanya demikian, di saat ia dewasa kemudian
menjumpai teman perempuannya nangis, ia akan berkata, “Apa yang bisa aku bantu
biar kamu nggak sedih lagi” ya ampun, so sweet banget nggak sih dia punya
empati kayak gini :D? atau misalnya teman laki-lakinya nangis, Naqib akan jadi
sahabat yang menyenangkan buat dijadikan tempat curhat.
Jangan lupa meminta maaf
Sebagai orangtua
jangan pernah gengsi untuk meminta maaf, karena anak juga butuh pengakuan kalau
orangtuanya salah. Meminta maaf pun dapat melembutkan hati anak. Tekhnik minta
maaf pun biasanya saya lakukan ketika anak meminta maaf duluan karena sudah
berbuat salah, jadi kita sama-sama minta maaf gitu, sambil peluk-pelukan. Ini
sungguh moment yang mengharukan kalau anak habis ngamuk dan hatinya melembut,
kadang saya juga sih yang duluan minta maaf biar Naqib ngerti kalau berbuat
salah ya harus meminta maaf. Tentu saja maaf adalah salah satu bentuk empati,
anak harus berani mengungkapkan kata maaf ketika ia salah, jangaaaan sampai
ketika dewasa ia menjadi orang yang gengsi minta maaf sebab kedudukan laki-laki
yang lebih tinggi dibanding perempuan. Saya berharap dimasa depannya Naqib
nggak akan punya musuh sebab hatinya yang mudah memaafkan.
Tanya baik-baik
Setelah dia menangis
dan perasaanya lega, ada baiknya tanya baik-baik. Duduk dekat anak, rangkul,
kalau perlu lagi tiduran peluk dia, tanya apa masalahnya. Kalau anak saya
biasanya langsung cerita, tapi kalau misalnya dia lagi nggak mood ya jangan
dipaksa. Namanya manusia kan juga punya perasaan, mungkin ada saatnya moodnya
nggak bagus. Memaksanya bercerita hanya akan membuatnya semakin emosi, sebab
orangtua tidak memberinya ruang untuk sekedar merenung atau meredakan emosinya.
Jangan malu menangis di depan anak
Kadang orangtua
beranggapan, kalau menangis di depan anak orangtua merasa lemah. Padahal kalau
kita mau saja mencoba menangis di depan anak, anak akan mengerti perasaan kita.
Dan lagi dengan menangis di depan anak sebenarnya saya mencoba melatih
kepekaannya. Biasanya kalau saya menangis Naqib kemudian akan mendekat dan
berkata, “Sudah bu jangan nangis kan ada Naqib” tak lupa dia menyusutkan lap di
ujung mata saya dan memeluk saya. “Udah bu diem ya, nanti Naqib sedih juga”
saya pikir kalau saya tidak mencoba menangis di depan anak dia tak akan pernah
mengerti perasaan saya. Dengan menangis di depan anak pun, kita hanya
menunjukkan bahwa setiap manusia tidak pernah luput dari masalah dan pastinya
saya hanya menujukkan setiap manusia punya perasaan yang harus difahami dan
dimengerti. Kedepannya kalau ada temannya menangis saya berharap dia tidak akan
membullynya.
Selain menangis
ada banyak perasaan yang saya latih pada Naqib, misalnya dia harus tau saat
orang lagi marah, bête dan senang. Jadi dia bisa berhati-hati dalam bersikap
dan berkata-kata. Sebagai orangtuapun saya selalu menunjukkan beberapa perasaan
ini pada Naqib agar dia bisa sedikit mempelajarinya. Pun saat Naqib lagi marah,
saya biarkan dia mengeluarkan emosinya walaupun kadang saya belum bisa menerima
yang satu ini, atau saat dia lagi bête ya saya biarkan dia menyendiri, atau
misal saat dia lagi senang, saya biarkan dia berbuat apa saja untuk
mengungkapkan kesenangannya.
Sejauh ini sih
Naqib lebih sensitif dan mengerti perasaan orang, jika orang tersebut marah dia
tidak berani mendekat. Jika ada teman atau saudaranya yang menangis, dia datang
menasehati bahkan memberinya ruang untuk menumpahkan emosinya, seneng deh saya
lihatnya.
dalam bermain, Naqib mudah mengalah dan lebih sering jadi penengah |
Bagaimana jika diluar rumah?
Saat diluar
rumah anak akan tetap mempunyai emosi yang sama ketika berada di dalam dirumah,
bagaimana jika anak marah, menangis, apa yang harus saya lakukan? Alhamdulillah
sejauh ini saya belum menjumpai anak tantrum ketika diluar, misal dia tidak
dibelikan mainan lalu nangis guling-guling seperti anak kebanyakan, biasanya
kalau dia marah saya diamkan, nggak saya tegur sama seperti dirumah. Mau nggak
mau kan kalau kita jalan dia ikutan jalan daripada ditinggal. Atau untuk
mencegah tantrum jangan dijanjikan apa-apa ketika jalan, nanti dia akan nagih.
Pernah nih anak saya begini, dijanjikan beli mainan ternyata nggak jadi, dia
ngambek, tapi untungnya tidak sampai nangis karena kita berusaha membelikan dia
yang lain, eskrim atau makanan kesukaannya misal. Jadi sebelum dia ngambek saya
sudah berusaha mengatasinya. Hal-hal tersebut diatas memang harus dipelajari
orangtua agar anak mengerti empati sedini mungkin. Tapi walaupun saya melatih kepekaan Naqib
bukan berarti Naqib akan menjadi lelaki yang gemulai. Dia tetap mengenal
fitrahnya sebagai lelaki karena saya tidak pernah mengenalkan rok, jepit
rambut, boneka atau hal-hal lain yang berbau perempuan pada anak saya. Dia
tetap suka tembak-tembakan, bermain bola atau teriak-teriak khas lelaki.
Mudah-mudahan
dengan cara ini perasaan Naqib bisa lebih peka terhadap orang lain yah :)
Duh penting banget nih mba. Anak saya juga laki-laki.
ReplyDeleteKadang suka keceletot nih mulut bilang kalau anak laki-laki gak boleh nangis, jangan cengeng XD
Ya Allah, jangan lagi ya Lin :(
DeleteDuh,, anaknya empati yaa klo ibu nya nangis bisa menenangkan,, itu laki banget..
ReplyDeletehahaha.. terus yang nggak laki itu yang nggak bikin tenang gitu ya?
DeleteWah, kalau anak sdh tantrum emang kita hrs pandai2 mencari celahnya, biasanya kalo anakku tantrum akan cepat reda setelah dipeluk
ReplyDeleteaku sih didiemin aja :D biar aja diem sendiri dulu :D
Delete