Thursday, 10 May 2018

Apa Kabar Tukang Bullying?



“Bu Heltia nih bu sudah ngerusakin buku saya”
“Mana buktinya?” tanya orang yang saya adukan namanya. Seorang guru dibalik meja hanya melihat dari jauh, kemudian sosok orang yang bernama Heltia ini kembali menyeringai judes dan mengerjai saya, saya kemudian kembali mengadukan perbuatannya pada guru. Kejadian bullying ini terjadi berkali-kali sampai guru yang di meja bangkit kemudian memarahi saya, karena mengadukan perbuatan yang percuma dan sia-sia.

Kemudian, di sebuah tempat ada sosok lain yang mendatangi saya namanya Herman, dia pun mengeluarkan kata-kata pedas yang dilontarkan pada saya, mencegat saya dan memukul kepala saya layaknya Nobita yang dipukul Giant. Dan scene-scne lainnya yang saya rasakan seolah itu nyata, padahal semua ini hanya mimpi, semuanya adalah tentang pembullyan, membuat saya merasa, kalau mimpi tolonglah saya ingin segera bangun, tapi kalau nyata, sudahlah apa gunanya melakukan pembullyan. Tapi syukurnya ini semua hanya mimpi, mimpi yang seolah-olah nyata. Ya, hanya mimpi.. tapi sungguh mengerikan. Saya bangun nyaris menangis.


Saya bangun dengan badan sakit semua, ketika kemudian menyadari ini semua hanya mimpi. Saya bersyukur banyak-banyak, saya tidak benar-benar dibully. Tapi mimpi tadi rasanya lebih menakutkan dari mimpi dikejar-kejar setan.
Rupanya kelamnya masa lalu bisa terulang dalam mimpi sampai sekarang, padahal sudah berpuluh tahun saya lulus dan saya nyaris melupakannya bahkan sudah lupa. Kalau pernah baca novel mak Achi TM yang judulnya ‘Insya Allah SAH’ pasti tau bagaimana korban bullying itu trauma walaupun tidak merasakannya lagi.
Entahlah, apa modusnya dulu teman-teman saya hobby membully saya yang unyuk-unyuk ini. Apakah karena terlihat lemah seperti Nobita atau bagaimana? Yang jelas kalau ketemu mereka,  saya nggak segan-segan untuk membahas ini di depan keluarganya *bodo amat kamu malu, batin saya*. Pernah suatu hari saya bertemu dengan teman sewaktu SD, dia dulu juga hobby membully saya, namanya Anton Irawan sekarang kerja di Pajak Jakarta *woi.. yang kerja di Pajak hati-hati sama Anton haha*, kita akhirnya dipertemukan di media sosial, tapi sungguh Anton yang dulu berbeda jauh dengan yang sekarang. Dia lebih lembut dan sangat baik, bahkan saya ditawari bisnis travelnya yang akhirnya pernah membuat tabungan saya bengkak setahun, entah ini karena perasaan bersalahnya apa gimana, saya nggak tau. Tapi yang namanya orang pernah kena bully sama dia, yah nggak akan pernah lupa, saya selalu membahas ini setiap kita ngobrol, “Eh tukang bully apa kabar :D?” begitu pembuka obrolan kami setiap kami memulai chat.
Oh ya, suatu hari pernah saya lebaran kerumahnya bareng suami dan anak. Pas ngobrol-ngobrol saya nyeplos dan bilang gini ke anaknya ada juga istrinya disana entah dia ngeh apa nggak, “Bapak kamu itu dulu suka bully tante, tante sering nangis gara-gara dia. Kamu harus jadi anak baik ya, jangan suka ngebully kayak bapak kamu” saya nyadar nggak sih ngomong ini haha… hati memang sudah memaafkan, tapi rasa trauma memang tidak bisa hilang begitu saja.
Masa SMP juga pernah dibully, saya betul-betul nggak paham apa salah saya sampai akhirnya saya dibully, apa karena teman-teman saya jijik melihat kaki saya yang korengan. Sampai bullyan jadi jalan terakhir untuk menjauh dari saya? Iyes, dulu kaki saya bopeng-bopeng penuh dengan koreng karena bekas gigitan nyamuk, menghitam dan bikin ilfil. Tapi masak iya, dibully adalah solusi, kok kejam sekali mereka. Koreng-koreng itupun kemudian menghilang ketika saya memakai jilbab dan rajin luluran, nih kaki saya udah mulus banget. Namun ada pula teman-teman yang memang punya hati tulus dan nggak pilih-pilih teman mau berteman dengan saya, semoga Allah membalas kebaikan mereka.


Pernah juga waktu SMA (saya sekolah di SMA Patra Dharma) saya dibully, jadi ceritanya saya naksir kakak kelas sebut saja namanya Kresno. Eh pacarnya sebut saja namanya Heni ini nggak terima, padahal kalau dipikir-pikir, saya kan cuma naksir, sah-sah aja dong ya yang namanya perasaan kan nggak bisa ditawar? Lucunya teman se-ganknya juga semacam nggak terima, padahal kalau dipikir-pikir si Kresnonya juga nggak suka sama saya. Yang bikin muntahnya, apa yang mereka bela itu nggak ada manfaatnya, lah ya mereka berdua nggak jodoh kok. Kan bodoh lucu banget, udah nggak jodoh, pakek ngebully orang seolah-olah si Kresno ini bakalan jodoh gitu jadi saya dilarang naksir, amit-amit banget nggak sih.
Lain lagi saya punya temen namanya Herman Sarwana, amit-amitnya dia suka banget nyubit saya sampe daerah yang dicubit ini biru mendekati ijo, kan sakit banget ya. Nggak dijalan nggak dikelas, dia suka banget nyubit. Bahkan nggak segan-segan njitak kepala saya, memelototi saya, sudah sebesar ini kemudian saya sadar. Dia itu kan laki-laki ya, kenapa juga suka nyakitin fisik perempuan, bukannya malah menghormati gitu. Nggak tau deh dimasa depan istrinya jadi apaan? Saya kok sangsi ya dia baik sama bininya :D,
Lain orang lagi apa perlu dijabarin nih siapa-siapa aja orang yang pernah jahat sama saya? tapi kok saya nggak tega ya. Takut ada orang yang kenal sama orang yang saya ceritain terus dia hati-hati sama orang tersebut atau keluarganya, terlebih sama anaknya, takut pula anaknya jadi tukang bully juga nular sebab orangtuanya. Pokoknya adalah beberapa yang saya nggak ngerti otaknya ditarok dimana sampai tega membully saya.


Kemudian naik kelas 3 saya pindah ke Bekasi dan bertemu dengan teman-teman saya yang baik. Saya mikirnya, wah pindah ke Ibukota nih, jangan-jangan perangai mereka lebih buruk dari orang daerah karena ‘blagu’ merasa orang kota. Eh ndilalah ternyata temen-temen saya yang di Bekasi jauh lebih santun, baik dan bersahabat dari temen-temen saya di Balikpapan dulu, ya ampuuun ini kan lucu, orang kota kok ya lebih beradab dan beretika dibanding orang daerah :D walaupun cuma setahun sekolah di Bekasi, saya terkesan dengan kebersamaan mereka, bahkan sekarang saya jauh lebih dekat dengan teman-teman yang di Bekasi dibandingkan teman semasa di Balikpapan.
Mungkin memang iya karena kaki saya yang berkoreng itu bisa saja jadi penyebabnya, karena ketika di Bekasi saya memakai kaus kaki tinggi ala anak-anak Korea ke sekolah dan mereka tidak melihat ada sesuatu yang menjijikkan hadir di tubuh saya. Bersama mereka setahun penuh juga mengobati apa itu di’bully’, saya melupakannya dan tak mengingatnya lagi sampai lulus, kuliah dan bekerja saya tidak pernah merasakan bully lagi. Namun bully memang tidak pernah berdamai dengan masa depan, ia kerap hadir dalam mimpi-mimpi panjang saya. Ah… semoga karma tidak hadir pada anak-anak kalian, karena orangtuanya dulu pernah membully saya. Tapi Allah nggak pernah tidur wahai para pembully, ada banyak hal yang bisa menimpa para pembully nantinya, entah karma entah pembalasan terhadap semua perbuatan kalian. Karena saya meyakini, sebiji sawi yang kita lakukan di dunia akan ada balasannya.

Apa itu Bullying?
Penindasan (Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar rasagamagenderseksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan. (Wikipedia)

Apa sebab orang suka membully?
·         Merasa kaya raya dan akhirnya bisa melakukan apa saja dengan uang termasuk ‘membeli’ teman, dengan cara menjilat mungkin?
·         Merasa cantik, tampan, biasanya sih orang-orang semacam ini nggak pernah akur sama orang cantik/tampan lainnya, atau sama orang yang merasa lebih lainnya.
·         Merasa pintar, biasanya sih bullyannya dalam bentuk verbal, “Makannya belajar dong, nyontek trus, minta tolong trus” blagu! Naudzubillah untung saya nggak pinter-pinter banget, jadi nggak pernah ngatain orang kayak gini.
·         Merasa kuat, trus menindas yang lemah. Orang mah kalau punya kekuatan gitu harusnya bisa nolongin orang, kok malah ngebully sih?
·         Merasa punya andil di sebuah tempat. Misalnya si orang ini bapaknya ketua RT atau kepala sekolah atau kepala pasar, pasti anaknya antara dua kalau nggak sombong ya baik :D, sukur-sukur baik, nah kalo sombong, jatohnya bisa ngebully orang.
·         Punya gangguan psikologis atau gangguan jiwa mungkin *hiy*, yang merasa dirinya nggak puas kalau nggak nyaktin orang atau bikin nangis orang atau merasa tidak bisa menerima kekurangan atau kelebihan orang. Wih ngeri banget ya :D, padahal yang namanya hidup kan pasti ada hal-hal yang bersebrangan dengan kita, kenapa juga nggak bisa nerima, emang hidup maunya kamu? Bisa disetting gitu? sakit kalian.


Apa yang terjadi dengan orang yang kamu bully?
·         Yang jelas dia jadi punya semacam trauma dengan masa lalunya yang buruk, dan tidak menutup kemungkinan dalam hatinya terselip rasa dendam. Walaupun mungkin dia sudah memaafkan tapi yang namanya trauma bisa aja loh melunturkan maaf.
·         Korban bullying bahkan ada yang punya trauma psikis nggak pede melakukan apa-apa, bahkan nggak berani melakukan apa-apa, semua itu bisa hadir dalam mimpi-mimpinya. Kok ya kamu tega ngebully orang
·         Ada pula korban bullying yang akhirnya bangkit dan membalas masa lalunya dengan prestasinya di masa depan
·         Orang yang kamu bully yang sulit memafkan masa lalunya bisa saja membalas kelakuan kamu pada masa depanmu, anakmu, istrimu, suamimu, keluargamu bisa jadi korban. Maka hati-hatilah


Karena dibully ini pula yang membuat saya akhirnya mempunyai kepribadian tertutup, tidak percaya diri dan pemalu, ditambah saya mempunyai orangtua yang otoriter. Ya jadi bayangin aja disekolah dibully, dirumah tambah dibully. Untungnya saya kuat menhadapi semua ujian ini haha.. memang kita harus berdamai dengan masa lalu, tapi entahlah kenapa dibully saya nggak pernah bisa berdamai. Cheers.. sudahlah.. percuma saja saya cerita, toh kamu yang pernah membully paling juga sudah lupa

19 comments :

  1. Aku gak pernah dibully, tapi sering diejek karena fisik kurus jadi makanan tiap hari hingga saat ini pun.

    Kurang gizi lah, cacingan, tengkorak hidup, kekurusan, gak seksi, kurang makan, dan lainnya.

    Sakit rasanya dikatain begitu. Kalau aku disuruh milih sih aku milih badan ideal seperti mereka yang ngatain.

    Eh yang ngtain ada yg gembrot juga. Untung aku ga bilang dia dasar GEMBROT!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu masuk dalam bullyan verbal sih Vin klo kubilang. Apapun bentuknya yg namanya menyakiti adalah ngebully

      Delete
  2. Mb ku jd inget waktu SD pny temen yg kek mb manda ga tau bekas nyamuk ga tau apa tp dy sebadan2 dibully abis2an dikatain tokek, budug, sampe ga pernah diajak main. sbg anak baru dulu aku kasian sama dy akhirya kami deket terlebih temen2 dlu ga cuman ngatain fisik tp ngatain jg perihal bapaknya yg supir bajay. Nelongso liatnya sekarang dy berubah jd cantik bekas budugnya jg ilang smg yg dlu ngatain ga kena karma atas apanygbsering mereka ucapkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kita nggak tau apa yang terjadi di masa depan ya mba, kayaknya bakalan malu banget orang2 yang dulu ngebully dia

      Delete
  3. Inget juga dulu SD sering dikatain "keriting keribo makan tai kebo" hanya gara2 rambutku memang keriting :') Sakit banget sebetulnya. Tapi ya kubisa apa di depan mereka yg malah ketawa2 ngatain :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang si tukang bullying itu jadi apakah? mengerikan ledekannya

      Delete
  4. Aku pernah ngerasain bully mbaaak. Dan itu sedih bangeet. Sediih sakiiit. Sejak itu aku bertekad, aku harus lebih sukses dari mreka. Makasih sharingnya mbk. Salam, muthihauradotcom

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mba, kalau dibully itu sakit banget, nggak bisa dimaafkan. Ya akhirnya tulisan ini bisa jadi pengobat luka dengan menampilkan nama2 temen yg bully, hahaha.. nama lo abadi dalam tulisan gue kan karena pernah bullying

      Delete
  5. Sewaktu tk-smu, seingetku sih aku ga prnh ngalamin bullying yg sampe bikin trauma gitu. Paling ejekan kecil anak2 aja, yg cuma becanda :p. Tp aku ttp kuatir dengan aksi bullying ini mengingat skr aku punya anak kecil, dan aku ga pengin mereka nantinya di bully ato malah jd pembully, astaghfirullah jangen sampe :( . Aku selalu tekanin ke anak2, jgn prnh takut lapor ke guru ato ke ortu kalo mereka dibully. Dan jgn prnh lakukan ini ke temen2 mereka, krn memang bukan perbuatan baik. Utk skr sih, aku ksh taunya krn itu perbuatan yg dibenci Allah. Biasanya anak2ku lgs takut kalo udh aku kaitkan dengan Allah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, anak2 harus sering dapat sentuhan agar dia ingat bahwa ada sesuatu yang nggak baik jika dikerjakan yaitu bullying, anak yg dekat sama orangtuanya pasti dia lembut

      Delete
  6. Wah dulu gak tau itu namanya bully mb, cuman ketika SMP (sekolah saya di daerah lapangan merdeka bpn) pernah badan saya didorong sama kelompok anak-anak cantik mereka bilang " heh jelek minggir " - anak cowok juga ada ngatain sy jelek, Alhamdulilah yg kayk gitu jumlahnya cuman seupil di sekolah, kebanyakan yg berteman ke saya gak mandang fisik / harta/kepintarannya..walaupun bullyan secuil tapi tetap membekas di hati, gak kebayang kalo yg ngalamin pembulyan secara masiv.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sedih banget aku bacanya mba, semoga nggak dendam kayak aku ya mba, aku walaupun udah dilupa2in tapi tetep aja ingat :(

      Delete
  7. ternyata dalam jg ya luka bullying,, hehe..
    klo saya pernah di-bully dan mem-bully balik,, terus berantem sih ujung-ujung, intinya memang harus dihilangkan budaya bully ini, tidak baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah bagus klo berani bales bang, klo yang nggak berani bales ini kesian :(

      Delete
  8. Saya juga pernah di-bully. Kebanyakan non fisik, misalnya dijauhi tiba-tiba tanpa alasan, nggak diajak kolaborasi saat bentuk kelompok presentasi, bahkan diomongi dari belakang. Ga ngerti sih salah saya apa. Yang jelas, mungkin saya yang anak baru (dan beda budaya pastinya) ga cocok di kriteria mereka kali ya haha.

    Alhasil sekarang, saya mulai berani untuk ga pedulian. Asal punya prinsip "gue bermanfaat kok buat orang lain. kalo lo ngapain?", kita harus tetep jalan. Ngebully orang memang cemen dan ngewarisin eror diri ke generasi selanjutnya. Harusnya orang seperti itu ditegur super keras supaya sadar. Karena makin tua, makin batu.

    Semangat mbak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget nih, nggak bisa juga didiemin. tapi kita bisa apa T_T

      Delete
  9. Semoga anak cucu kita nanti dijauhkan dari sikap pembullyan, karena ada banyak hal positif yang bisa dilakukan atau dibicarakan selain membully orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin, betul bngt, semoga anak kita beneran pinter nggak jadi generasi pembully

      Delete
  10. Baru kusadari
    Yg bully tu naksir
    Jd mungkin yg bully emak naqib dulu pd naksir kali
    Tp carany emng salah

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)