“Bu Heltia nih bu sudah
ngerusakin buku saya”
“Mana buktinya?” tanya orang yang
saya adukan namanya. Seorang guru dibalik meja hanya melihat dari jauh,
kemudian sosok orang yang bernama Heltia ini kembali menyeringai judes dan
mengerjai saya, saya kemudian kembali mengadukan perbuatannya pada guru.
Kejadian bullying ini terjadi berkali-kali sampai guru yang di meja bangkit
kemudian memarahi saya, karena mengadukan perbuatan yang percuma dan sia-sia.
Kemudian, di sebuah tempat ada
sosok lain yang mendatangi saya namanya Herman, dia pun mengeluarkan kata-kata
pedas yang dilontarkan pada saya, mencegat saya dan memukul kepala saya
layaknya Nobita yang dipukul Giant. Dan scene-scne lainnya yang saya rasakan
seolah itu nyata, padahal semua ini hanya mimpi, semuanya adalah tentang
pembullyan, membuat saya merasa, kalau mimpi tolonglah saya ingin segera
bangun, tapi kalau nyata, sudahlah apa gunanya melakukan pembullyan. Tapi
syukurnya ini semua hanya mimpi, mimpi yang seolah-olah nyata. Ya, hanya
mimpi.. tapi sungguh mengerikan. Saya bangun nyaris menangis.
Saya bangun dengan badan sakit
semua, ketika kemudian menyadari ini semua hanya mimpi. Saya bersyukur
banyak-banyak, saya tidak benar-benar dibully. Tapi mimpi tadi rasanya lebih
menakutkan dari mimpi dikejar-kejar setan.
Rupanya kelamnya masa lalu bisa
terulang dalam mimpi sampai sekarang, padahal sudah berpuluh tahun saya lulus
dan saya nyaris melupakannya bahkan sudah lupa. Kalau pernah baca novel mak
Achi TM yang judulnya ‘Insya Allah SAH’ pasti tau bagaimana korban bullying itu
trauma walaupun tidak merasakannya lagi.
Entahlah, apa modusnya dulu
teman-teman saya hobby membully saya yang unyuk-unyuk ini. Apakah karena
terlihat lemah seperti Nobita atau bagaimana? Yang jelas kalau ketemu mereka, saya nggak segan-segan untuk membahas ini di
depan keluarganya *bodo amat kamu malu, batin saya*. Pernah suatu hari saya
bertemu dengan teman sewaktu SD, dia dulu juga hobby membully saya, namanya
Anton Irawan sekarang kerja di Pajak Jakarta *woi.. yang kerja di Pajak hati-hati
sama Anton haha*, kita akhirnya dipertemukan di media sosial, tapi sungguh
Anton yang dulu berbeda jauh dengan yang sekarang. Dia lebih lembut dan sangat
baik, bahkan saya ditawari bisnis travelnya yang akhirnya pernah membuat
tabungan saya bengkak setahun, entah ini karena perasaan bersalahnya apa gimana,
saya nggak tau. Tapi yang namanya orang pernah kena bully sama dia, yah nggak
akan pernah lupa, saya selalu membahas ini setiap kita ngobrol, “Eh tukang
bully apa kabar :D?” begitu pembuka obrolan kami setiap kami memulai chat.
Oh ya, suatu hari pernah saya
lebaran kerumahnya bareng suami dan anak. Pas ngobrol-ngobrol saya nyeplos dan
bilang gini ke anaknya ada juga istrinya disana entah dia ngeh apa nggak,
“Bapak kamu itu dulu suka bully tante, tante sering nangis gara-gara dia. Kamu
harus jadi anak baik ya, jangan suka ngebully kayak bapak kamu” saya nyadar
nggak sih ngomong ini haha… hati memang sudah memaafkan, tapi rasa trauma
memang tidak bisa hilang begitu saja.
Masa SMP juga pernah dibully,
saya betul-betul nggak paham apa salah saya sampai akhirnya saya dibully, apa
karena teman-teman saya jijik melihat kaki saya yang korengan. Sampai bullyan
jadi jalan terakhir untuk menjauh dari saya? Iyes, dulu kaki saya bopeng-bopeng
penuh dengan koreng karena bekas gigitan nyamuk, menghitam dan bikin ilfil.
Tapi masak iya, dibully adalah solusi, kok kejam sekali mereka. Koreng-koreng
itupun kemudian menghilang ketika saya memakai jilbab dan rajin luluran, nih
kaki saya udah mulus banget. Namun ada pula teman-teman yang memang punya hati
tulus dan nggak pilih-pilih teman mau berteman dengan saya, semoga Allah
membalas kebaikan mereka.
Pernah juga waktu SMA (saya
sekolah di SMA
Patra Dharma) saya dibully, jadi
ceritanya saya naksir kakak kelas sebut saja namanya Kresno. Eh pacarnya sebut
saja namanya Heni ini nggak terima, padahal kalau dipikir-pikir, saya kan cuma
naksir, sah-sah aja dong ya yang namanya perasaan kan nggak bisa ditawar? Lucunya
teman se-ganknya juga semacam nggak terima, padahal kalau dipikir-pikir si
Kresnonya juga nggak suka sama saya. Yang bikin muntahnya, apa yang mereka bela
itu nggak ada manfaatnya, lah ya mereka berdua nggak jodoh kok. Kan bodoh
lucu banget, udah nggak jodoh, pakek ngebully orang seolah-olah si Kresno ini
bakalan jodoh gitu jadi saya dilarang naksir, amit-amit banget nggak sih.
Lain lagi saya punya temen
namanya Herman Sarwana, amit-amitnya dia suka banget nyubit saya sampe daerah
yang dicubit ini biru mendekati ijo, kan sakit banget ya. Nggak dijalan nggak
dikelas, dia suka banget nyubit. Bahkan nggak segan-segan njitak kepala saya,
memelototi saya, sudah sebesar ini kemudian saya sadar. Dia itu kan laki-laki
ya, kenapa juga suka nyakitin fisik perempuan, bukannya malah menghormati gitu.
Nggak tau deh dimasa depan istrinya jadi apaan? Saya kok sangsi ya dia baik
sama bininya :D,
Lain orang lagi apa perlu
dijabarin nih siapa-siapa aja orang yang pernah jahat sama saya? tapi kok saya
nggak tega ya. Takut ada orang yang kenal sama orang yang saya ceritain terus
dia hati-hati sama orang tersebut atau keluarganya, terlebih sama anaknya,
takut pula anaknya jadi tukang bully juga nular sebab orangtuanya. Pokoknya adalah
beberapa yang saya nggak ngerti otaknya ditarok dimana sampai tega membully
saya.
Kemudian naik kelas 3 saya pindah
ke Bekasi dan bertemu dengan teman-teman saya yang baik. Saya mikirnya, wah
pindah ke Ibukota nih, jangan-jangan perangai mereka lebih buruk dari orang
daerah karena ‘blagu’ merasa orang kota. Eh ndilalah ternyata temen-temen saya
yang di Bekasi jauh lebih santun, baik dan bersahabat dari temen-temen saya di
Balikpapan dulu, ya ampuuun ini kan lucu, orang kota kok ya lebih beradab dan
beretika dibanding orang daerah :D walaupun cuma setahun sekolah di Bekasi,
saya terkesan dengan kebersamaan mereka, bahkan sekarang saya jauh lebih dekat
dengan teman-teman yang di Bekasi dibandingkan teman semasa di Balikpapan.
Mungkin memang iya karena kaki
saya yang berkoreng itu bisa saja jadi penyebabnya, karena ketika di Bekasi
saya memakai kaus kaki tinggi ala anak-anak Korea ke sekolah dan mereka tidak
melihat ada sesuatu yang menjijikkan hadir di tubuh saya. Bersama mereka
setahun penuh juga mengobati apa itu di’bully’, saya melupakannya dan tak
mengingatnya lagi sampai lulus, kuliah dan bekerja saya tidak pernah merasakan
bully lagi. Namun bully memang tidak pernah berdamai dengan masa depan, ia
kerap hadir dalam mimpi-mimpi panjang saya. Ah… semoga karma tidak hadir pada
anak-anak kalian, karena orangtuanya dulu pernah membully saya. Tapi Allah
nggak pernah tidur wahai para pembully, ada banyak hal yang bisa menimpa para
pembully nantinya, entah karma entah pembalasan terhadap semua perbuatan
kalian. Karena saya meyakini, sebiji sawi yang kita lakukan di dunia akan ada balasannya.
Apa itu Bullying?
Penindasan (Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi
suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik.
Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik
atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu,
mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat
jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan
dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari
mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan. (Wikipedia)
Apa sebab orang suka membully?
·
Merasa kaya raya dan
akhirnya bisa melakukan apa saja dengan uang termasuk ‘membeli’ teman, dengan
cara menjilat mungkin?
·
Merasa cantik,
tampan, biasanya sih orang-orang semacam ini nggak pernah akur sama orang
cantik/tampan lainnya, atau sama orang yang merasa lebih lainnya.
·
Merasa pintar,
biasanya sih bullyannya dalam bentuk verbal, “Makannya belajar dong, nyontek
trus, minta tolong trus” blagu! Naudzubillah untung saya nggak pinter-pinter
banget, jadi nggak pernah ngatain orang kayak gini.
·
Merasa kuat, trus
menindas yang lemah. Orang mah kalau punya kekuatan gitu harusnya bisa nolongin
orang, kok malah ngebully sih?
·
Merasa punya andil
di sebuah tempat. Misalnya si orang ini bapaknya ketua RT atau kepala sekolah
atau kepala pasar, pasti anaknya antara dua kalau nggak sombong ya baik :D,
sukur-sukur baik, nah kalo sombong, jatohnya bisa ngebully orang.
·
Punya gangguan
psikologis atau gangguan jiwa mungkin *hiy*, yang merasa dirinya nggak puas
kalau nggak nyaktin orang atau bikin nangis orang atau merasa tidak bisa
menerima kekurangan atau kelebihan orang. Wih ngeri banget ya :D, padahal yang
namanya hidup kan pasti ada hal-hal yang bersebrangan dengan kita, kenapa juga
nggak bisa nerima, emang hidup maunya kamu? Bisa disetting gitu? sakit kalian.
Apa yang
terjadi dengan orang yang kamu bully?
·
Yang jelas dia jadi
punya semacam trauma dengan masa lalunya yang buruk, dan tidak menutup
kemungkinan dalam hatinya terselip rasa dendam. Walaupun mungkin dia sudah
memaafkan tapi yang namanya trauma bisa aja loh melunturkan maaf.
·
Korban bullying
bahkan ada yang punya trauma psikis nggak pede melakukan apa-apa, bahkan nggak
berani melakukan apa-apa, semua itu bisa hadir dalam mimpi-mimpinya. Kok ya
kamu tega ngebully orang
·
Ada pula korban
bullying yang akhirnya bangkit dan membalas masa lalunya dengan prestasinya di
masa depan
·
Orang yang kamu
bully yang sulit memafkan masa lalunya bisa saja membalas kelakuan kamu pada
masa depanmu, anakmu, istrimu, suamimu, keluargamu bisa jadi korban. Maka
hati-hatilah
Karena dibully ini pula yang
membuat saya akhirnya mempunyai kepribadian tertutup, tidak percaya diri dan
pemalu, ditambah saya mempunyai orangtua yang otoriter. Ya jadi bayangin aja
disekolah dibully, dirumah tambah dibully. Untungnya saya kuat menhadapi semua
ujian ini haha.. memang kita harus berdamai dengan masa lalu, tapi entahlah
kenapa dibully saya nggak pernah bisa berdamai. Cheers.. sudahlah.. percuma
saja saya cerita, toh kamu yang pernah membully paling juga sudah lupa
Aku gak pernah dibully, tapi sering diejek karena fisik kurus jadi makanan tiap hari hingga saat ini pun.
ReplyDeleteKurang gizi lah, cacingan, tengkorak hidup, kekurusan, gak seksi, kurang makan, dan lainnya.
Sakit rasanya dikatain begitu. Kalau aku disuruh milih sih aku milih badan ideal seperti mereka yang ngatain.
Eh yang ngtain ada yg gembrot juga. Untung aku ga bilang dia dasar GEMBROT!
Itu masuk dalam bullyan verbal sih Vin klo kubilang. Apapun bentuknya yg namanya menyakiti adalah ngebully
DeleteMb ku jd inget waktu SD pny temen yg kek mb manda ga tau bekas nyamuk ga tau apa tp dy sebadan2 dibully abis2an dikatain tokek, budug, sampe ga pernah diajak main. sbg anak baru dulu aku kasian sama dy akhirya kami deket terlebih temen2 dlu ga cuman ngatain fisik tp ngatain jg perihal bapaknya yg supir bajay. Nelongso liatnya sekarang dy berubah jd cantik bekas budugnya jg ilang smg yg dlu ngatain ga kena karma atas apanygbsering mereka ucapkan
ReplyDeleteiya, kita nggak tau apa yang terjadi di masa depan ya mba, kayaknya bakalan malu banget orang2 yang dulu ngebully dia
DeleteInget juga dulu SD sering dikatain "keriting keribo makan tai kebo" hanya gara2 rambutku memang keriting :') Sakit banget sebetulnya. Tapi ya kubisa apa di depan mereka yg malah ketawa2 ngatain :')
ReplyDeleteSekarang si tukang bullying itu jadi apakah? mengerikan ledekannya
DeleteAku pernah ngerasain bully mbaaak. Dan itu sedih bangeet. Sediih sakiiit. Sejak itu aku bertekad, aku harus lebih sukses dari mreka. Makasih sharingnya mbk. Salam, muthihauradotcom
ReplyDeletebener mba, kalau dibully itu sakit banget, nggak bisa dimaafkan. Ya akhirnya tulisan ini bisa jadi pengobat luka dengan menampilkan nama2 temen yg bully, hahaha.. nama lo abadi dalam tulisan gue kan karena pernah bullying
DeleteSewaktu tk-smu, seingetku sih aku ga prnh ngalamin bullying yg sampe bikin trauma gitu. Paling ejekan kecil anak2 aja, yg cuma becanda :p. Tp aku ttp kuatir dengan aksi bullying ini mengingat skr aku punya anak kecil, dan aku ga pengin mereka nantinya di bully ato malah jd pembully, astaghfirullah jangen sampe :( . Aku selalu tekanin ke anak2, jgn prnh takut lapor ke guru ato ke ortu kalo mereka dibully. Dan jgn prnh lakukan ini ke temen2 mereka, krn memang bukan perbuatan baik. Utk skr sih, aku ksh taunya krn itu perbuatan yg dibenci Allah. Biasanya anak2ku lgs takut kalo udh aku kaitkan dengan Allah :)
ReplyDeleteiya mba, anak2 harus sering dapat sentuhan agar dia ingat bahwa ada sesuatu yang nggak baik jika dikerjakan yaitu bullying, anak yg dekat sama orangtuanya pasti dia lembut
DeleteWah dulu gak tau itu namanya bully mb, cuman ketika SMP (sekolah saya di daerah lapangan merdeka bpn) pernah badan saya didorong sama kelompok anak-anak cantik mereka bilang " heh jelek minggir " - anak cowok juga ada ngatain sy jelek, Alhamdulilah yg kayk gitu jumlahnya cuman seupil di sekolah, kebanyakan yg berteman ke saya gak mandang fisik / harta/kepintarannya..walaupun bullyan secuil tapi tetap membekas di hati, gak kebayang kalo yg ngalamin pembulyan secara masiv.
ReplyDeletesedih banget aku bacanya mba, semoga nggak dendam kayak aku ya mba, aku walaupun udah dilupa2in tapi tetep aja ingat :(
Deleteternyata dalam jg ya luka bullying,, hehe..
ReplyDeleteklo saya pernah di-bully dan mem-bully balik,, terus berantem sih ujung-ujung, intinya memang harus dihilangkan budaya bully ini, tidak baik
nah bagus klo berani bales bang, klo yang nggak berani bales ini kesian :(
DeleteSaya juga pernah di-bully. Kebanyakan non fisik, misalnya dijauhi tiba-tiba tanpa alasan, nggak diajak kolaborasi saat bentuk kelompok presentasi, bahkan diomongi dari belakang. Ga ngerti sih salah saya apa. Yang jelas, mungkin saya yang anak baru (dan beda budaya pastinya) ga cocok di kriteria mereka kali ya haha.
ReplyDeleteAlhasil sekarang, saya mulai berani untuk ga pedulian. Asal punya prinsip "gue bermanfaat kok buat orang lain. kalo lo ngapain?", kita harus tetep jalan. Ngebully orang memang cemen dan ngewarisin eror diri ke generasi selanjutnya. Harusnya orang seperti itu ditegur super keras supaya sadar. Karena makin tua, makin batu.
Semangat mbak!
Betul banget nih, nggak bisa juga didiemin. tapi kita bisa apa T_T
DeleteSemoga anak cucu kita nanti dijauhkan dari sikap pembullyan, karena ada banyak hal positif yang bisa dilakukan atau dibicarakan selain membully orang lain.
ReplyDeleteAmin, betul bngt, semoga anak kita beneran pinter nggak jadi generasi pembully
DeleteBaru kusadari
ReplyDeleteYg bully tu naksir
Jd mungkin yg bully emak naqib dulu pd naksir kali
Tp carany emng salah