Tuh kan, saya jadi iseng bikin
postingan ini, gara-gara ucapan si bapak yang menyinggung fisik perempuan Konon katanya si bapak ini
bilang, “Berat badan wanita sholehah itu tidak lebih dari 55 KG :p”, yang
namanya ibu-ibu dibilang kayak gini mau ini hoax apa enggak ya sensi dong
pastinya, dan ributlah itu sosial media. Ada yang menanggapi biasa saja, ada
yang heboh. Yang heboh ya nanggapinya sudah pasti nyinyir,
“Ustad apa itu bicara fisik
perempuan” –ya, karena kebetulan yang ngomong konon katanya ustad-,
“Walaupun becanda, rasanya nggak
etis”
“Berarti dosa saya banyak dong,
saya lebih 20 kilo Biarin, biar berat badan saya jadi pemberat amal buruknya
entar di neraka” buset, emak-emak ya kan kalo udah marah, pedes kan ngomongnya.
“Itu ustad abal-abal banget,
dalil mana yang menyebutkan perempuan shalehah berdasarkan berat badan”
“Oh pantes, si ustad ini
berafiliasi dengan partai tertentu sih, jadi untuk mendongkrak namanya
dibuatlah ceramah yang bikin dia booming. Dan ngomentarin kekurangan perempuan
emang hal yang paling bisa bikin dia tenar. Itu partai biar naik lagi pasti.”
yang ini komennya lebih pedes lagi :p
Ada yang tabayun (mengklarifikasi-berbaik sangka)
Lalu, sebagian yang tabayun
menanggapi dengan santai,
“Coba, liat video itu jangan
setengah-setengah, coba liat versi fullnya”
“Lagian si ustad juga cuma
becanda kok”
“Ya, semua juga tau kalau ukuran
keshalehan perempuan nggak ditentukan dengan berat badan” kalau semua orang
tau, media sosial nggak akan dipenuhi amukan ibu-ibu saya rasa :D
“Dunia emang mau mendekati hari
kiamat, orang-orang sudah nggak bisa lagi diajak becanda. Omongan kayak gitu
aja dianggap serius,” aduh mo ngomong apa ya, ntar saya jelasin dibawah, kenapa
omongan yang menyinggung fisik perempuan bisa bikin heboh, baca ini sampai
habis.
Trus, kemudian divideo lanjutannya
saya melihat beliau ngomong, “Tapi, yang diatas 55 Kg itu perempuan
sholehah banget”, nah ini bisa bikin ibu-ibu yang kelebihan bobot
diatas 55 melambung ge’er termasuk saya, tapi parahnya malah bikin tersinggung
perempuan yang ukuran badannya ceking, kemudian perempuan ceking pada demo, “Gue
ceeking, berarti gue nggak sholehah banget dong” kemudian medsos rame lagi. Eaaaa…
terus ada yang komen dong, “Gitu aja ditanggapi serius sih?” namanya juga
perempuan, tapi ini bukan membenarkan apa yang dirasakan perempuan, karena
rata-rata perempuan ya kayak gini.
Dan lagi katanya si bapak ini
becanda, saya bisikin sini pak, 'Perempuan
itu mau becanda apa serius tetep aja dianggap serius' mbok ya faham gitu. Dan
kenapa saya rela bikin postingan ini, agar bapak-bapak itu faham, perempuan
emang sensitif, jadi hati-hati banget kalau nyinggung yang saya sebutin diatas,
kalau nggak mau dikeroyok dan dikunyah abis perempuan se-Indonesia :D.
Pokoknya saya kasih tau ya
bapak-bapak, yang namanya perempuan itu paling sensitif kalau ditanya : Umur, berat badan, pekerjaan yang meliputi
harta, dan tahta, yang terakhir poligami. Apalagi kalau nanya pas perempuan
itu lagi PMS, pasti lebih sangar dari ibu Macan. Hauuum, mau digigit?
Soalnya saya pernah punya pengalaman kayak gitu
Jadi ceritanya saya pernah ya
negur temen, dia ini sudah saya anggap adik sendiri, kita biasa ledek-ledekan,
nah kebayang gimana cairnya kita. Suatu hari saya lihat postingan dia yang rada
kucel gitu, ya sebagaimana temen saya japri dong doi dan bilang terus terang
sebelum keduluan orang yang negur di depan umum, "Dek, kamu kok kucel
banget, perawatan gih sana, jangan keluyuran mulu" eh doi langsung ngamuk,
sampe dibikin status katanya saya nggak tau kondisi perasaan dia dan saya
dianggap menghina fisiknya, padahal maksud saya pengen banget merhatiin dia,
saya pun japri nggak ngomong di depan orang banyak, permintaan maaf saya nggak
juga ditanggepin :D, padahal ini ngomongnya japri loh (JAPRI), nah itu temen
sendiri yang sering ceng-cengan aja bisa marah, apalagi kita para ibu-ibu yang
nggak kenal si sesebapak ini, kok ya bisa-bisanya ngajak ibu-ibu se-Indonesia
becanda, ngomongnya dengan muka lempeng pula :p, kalau mau becanda ajaklah
istri sendiri pak, jangan ajak-ajak istri orang :p. Cukuplah kita dicandai
suami sendiri (lah kadang dicandai suami sendiri aja kita sensi ye kaaan? hayo
ibuk-ibuk ngaku)
Pernah juga saya liat video
curhatan seorang ibu, dia ngerekam video yang kurang lebih kayak gini, “Plis
ya, kalau ketemu temen lama itu yang ditanya, ‘Kamu apa kabar? Suami sehat?
Anak sehat? Gimana pekerjaan? Sekolah anak lancar? Jangan ditanya, kamu kok
gendutan ya? Kayaknya kamu kurusan ya, apa nggak bahagia? Yo jangan nanya
begitu’, :D ” Video ini di share puluhan ribu ibu-ibu, nah dari video ini saja
sebenernya kita tau banyak perempuan yang punya perasaan sama kalau disinggung
soal fisik, kenapa?
1.
Dianggap nggak bisa
merawat badan
2.
Ukuran cantik
perempuan Indonesia itu kurus, walaupun banyak status di medsos yang bilang
‘Biarin aja gendut yang penting sehat’ tapi saya yakin, dibalik status itu si
perempuan mati-matian diet. Lah wong saya juga gitu, pas lagi nyadar aja bisa
ngomong begitu, coba aja pas lagi sensi, apa nggak baper wkwk..
3. Banyak yang beranggapan,
kalau punya badan gendut itu nggak seksi, jelek, dan nggak menarik, walaupun
nggak sedikit pula yang bangga dengan tubuhnya yang gendut. Saya akui kok emang
demikian yang saya rasakan, soalnya saya pernah punya foto pas kurus dan lagi
gemuk, beneran nggak menarik itu foto. Ya walaupun pas lagi kurus juga nggak
yakin saya bisa cantik, tapi seenggaknya menurut saya itu foto enak dilihat :p
4. Gemuk itu identik
orang rakus. Terus yang kurus-kurus dan makannya banyak dibilang cacingan, eh
mereka sensi juga. tuh kan serba salah. Makannya jangan sindir perempuan ya
pak. Catet yang ini.
Dan masih banyak hal lainnya yang
dapat membuat perempuan sensi kalau disinggung bobot tubuhnya, jadi ya
bapak-bapak, saya kasih tau jangan menyinggung fisik perempuan. Nah, selain
fisik hal yang membuat perempuan tersinggung lainnya misalnya Poligami
(walaupun Poligami sebenarnya diperbolehkan dalam Al-Qur’an) dan harta, kenapa?
1. Perempuan pada
dasarnya nggak suka punya saingan, dengan dipoligami banyak perempuan merasa
punya saingan. Padahal kan kenyataannya nggak kayak gitu, misalnya yang
dipoligami nenek-nenek gitu, apa nggak malu bersaing sama nenek-nenek :D
2. Perempuan pada
dasarnya lemah dalam perasaan, nggak suka disakiti. Dengan dipoligami, banyak
perempuan merasa tersakiti. Eh padahal nggak sedikit loh perempuan yang suka
menyakiti laki-laki. Ada emang? Banyaaaaak… rela kawin lagi demi laki-laki
lain, jahat nggak sih?
3. Dengan dipoligami,
perempuan merasa suaminya nggak sayang lagi sama dia Padahal cinta suami bisa
saja adil. Sebab apa yang dipikiran perempuan nggak bakalan sama dengan yang
dipikirin laki-laki. Saya nulis ginian juga belum tentu siap kalo suami minta
kawin lagi, het dah.
4. Soal harta juga,
perempuan yang nggak kerja bisa menibulkan perkara kalau bapak menyindir, “Ibu-ibu
jangan bisanya ngabisin harta suami” padahal mungkin maksud si bapak pengen si
ibu berbisnis kayak bunda Khadijah (mana tau), “Ibu-ibu kerja, bagaimana
anaknya dirumah?” sebagai ibu pasti dia punya prioritas mungkin, tapi hal-hal
sepele kayak gini bisa banget bikin ibu-ibu se-Indonesia ngamuk berat pak.
Selain beberapa
hal diatas, saya bisikin nih pak, perempuan itu sangat unik banget, bapak perlu
tahu beberapa hal, antara lain :
·
Perempuan itu paling
seneng menyindir tapi kalau disindir nggak suka dan ujung-ujungnya baper. Nah
adek yang saya tanyakan kucel itu sebelumnya sering banget nanya wajah saya,
“Kak sekarang jerawatan sih? Pernah pakai skincare ini nggak?” berkali-kali dia
nanya hal itu, saya sih nggak pernah marah ya, saya menganggapnya itu
perhatian, eh pas saya tanya balik perhatian yang sama doi marah. Bapak pasti
bingung, yes itu perempuan pak.
· Perempuan itu paling baperan. Bikin status buat siapa, yang marah siapa. Padahal yang bikin status sama sekali nggak nyinggung orang tersebut, lalu orang tersebut marah dan ngamuk-ngamuk. Fatalnya status yang ditujukan bukan buat dirinya diungkit-ungkit di media sosial, seolah-olah dia yang melakukan itu. Tuh kan, perempuan itu gampang ge’er dan gampang baper pak. Jadi misalnya pun bapak-bapak bikin perumpamaan Syaidina Aisyah pun, pasti yang nggak terima ya perempuan.
· Perempuan itu nggak suka dibanding-bandingin, ini yang perlu saya tegasin. Mungkin bapak-bapak perlu bermain kata-kata, jangan mengucapkan, “Coba kayak…” tetapi “Contohlah” itu perempuan masih bisa terima.
· Sebagai lelaki, bapak-bapak harus tau masa PMSnya perempuan. Karena, perempuan itu kalau lagi PMS terus di singgung, sudah pasti dia kayak macan ketemu daging. Nah bayangin, kalau lagi ngomong sama perempuan, trus dia lagi PMS dan bapak nyeletuk. Sudah pasti bapak akan dikeroyok. Bahaya kan? Ngeri kan?
· Kalau ngomong sama perempuan harus pakai feeling, dia punya masalah nggak dikeluarganya, punya masalah nggak sama pekerjaannya. Soalnya kalau nanya hal-hal yang sensitif pas si ibu-ibu lagi punya masalah yang ada dia sensi, (padahal kan kalau dipikir-pikir mana kita tahu si ibu punya masalah apa nggak, yekan?) tuh kan perempuan itu unik banget kan pak, pengen banget dingertiin, tapi kadang emang nggak bisa ngertiin orang wkwk…
· Perempuan itu pendukungnya banyak, ya sesama perempuan itu sendiri. Jadi kalau bapak-bapak menyinggung sesuatu hal tentang perempuan apalagi di sosial media, sudah pasti perempuan lain bakalan turun tangan bantu ‘ngomelin’. Ya karena mereka merasa senasib sepenanggungan, beda sama laki-laki yang menganggap, “Lo laki-laki, lo selesaikan sendiri”, makannya kenapa banyak laki-laki pengen jadi perempuan, karena perempuan itu unik dan asyik pak :D Lucinta Luna aja sampe nggak mau ngaku sangking nyamannya jadi cewek.
· Perempuan itu paling baperan. Bikin status buat siapa, yang marah siapa. Padahal yang bikin status sama sekali nggak nyinggung orang tersebut, lalu orang tersebut marah dan ngamuk-ngamuk. Fatalnya status yang ditujukan bukan buat dirinya diungkit-ungkit di media sosial, seolah-olah dia yang melakukan itu. Tuh kan, perempuan itu gampang ge’er dan gampang baper pak. Jadi misalnya pun bapak-bapak bikin perumpamaan Syaidina Aisyah pun, pasti yang nggak terima ya perempuan.
· Perempuan itu nggak suka dibanding-bandingin, ini yang perlu saya tegasin. Mungkin bapak-bapak perlu bermain kata-kata, jangan mengucapkan, “Coba kayak…” tetapi “Contohlah” itu perempuan masih bisa terima.
· Sebagai lelaki, bapak-bapak harus tau masa PMSnya perempuan. Karena, perempuan itu kalau lagi PMS terus di singgung, sudah pasti dia kayak macan ketemu daging. Nah bayangin, kalau lagi ngomong sama perempuan, trus dia lagi PMS dan bapak nyeletuk. Sudah pasti bapak akan dikeroyok. Bahaya kan? Ngeri kan?
· Kalau ngomong sama perempuan harus pakai feeling, dia punya masalah nggak dikeluarganya, punya masalah nggak sama pekerjaannya. Soalnya kalau nanya hal-hal yang sensitif pas si ibu-ibu lagi punya masalah yang ada dia sensi, (padahal kan kalau dipikir-pikir mana kita tahu si ibu punya masalah apa nggak, yekan?) tuh kan perempuan itu unik banget kan pak, pengen banget dingertiin, tapi kadang emang nggak bisa ngertiin orang wkwk…
· Perempuan itu pendukungnya banyak, ya sesama perempuan itu sendiri. Jadi kalau bapak-bapak menyinggung sesuatu hal tentang perempuan apalagi di sosial media, sudah pasti perempuan lain bakalan turun tangan bantu ‘ngomelin’. Ya karena mereka merasa senasib sepenanggungan, beda sama laki-laki yang menganggap, “Lo laki-laki, lo selesaikan sendiri”, makannya kenapa banyak laki-laki pengen jadi perempuan, karena perempuan itu unik dan asyik pak :D Lucinta Luna aja sampe nggak mau ngaku sangking nyamannya jadi cewek.
Jadi ini emang pelajaran kelas berat buat bapak-bapak ya,
jangan menyepelekan menyindir perempuan, kalau ngga mau kena getahnya. Lah sesama
perempuan aja bisa saling berantem kok, gimana yang beda kelamin nyindir, eh
maksudnya becanda, eh apalah… Janji ya pak?
bagus bahasannya dan lucu abis tapi memang pd dasarnya pr emang baperan dan pasti sensi sebenernya dibilang begitu seolah takaran kesolehan ada hubnya dengan bb pdhl gak mungkin si ustadz juga mau bilang miss universe sholeha lah bukan muslimah juga walaupun scr bb memenuhi syarat walaupun inti ustadz mau bilang jgn kebanyakan makan krn muslim gak hanya muslimah gak baik kalau terlalu gemuk walaupun itu juga bukan jd indikasi kesolehan krn Ali juga kan bertubuh besar dan sedikit gemuk kalau tidak salah baca.
ReplyDeleteTetapi memang kalau audiencenya pr lebih baik menggunakan tutur kata yang nyaman krn memang wanita itu sulit sekali untuk diajak berkomunikasi secara blak-blakan walaupun mereka sendiri sangat suka blak-blakan tapi memang berkomunikasi dengan wanita membutuhkan seni dalam berbicara.
huum, kalau ngomong sama perempuan kudu hati2, apa si bapak ustad udh nikah atau belum ya ?? :D
Deletekayaknya klo ngomong lempeng aja gitu mukanya ga tau si orang bakalan tersinggung atau nggak :D
Sebodo orang mau bilang apa,, gemuk karena gw bahagia.. Langsing karena gw mati-matian diet, kurus karena ga punya duit. Nah tuh yang nyinyir masalah berat badan dah kasih apa ke gw ampe ngerasa paling bener ����
ReplyDeletesudah...sudah... mba kenapa jd emosi :D
Deleteahahaha...
ReplyDeleteBaik pria maupun wanita punya kekurangan dan kelebihan dalam "nyinyir". Dan beda pula dalam penanganannya. Yang pasti keduanya harus saling bisa minta maaf dan memaafkan. Eh, katanya meskipun wanita yang salah, pria tetap harus minta maaf ya? hahahaha... ups..
Ya iya dong, perempuan itu nggak pernah salah pokoknya :D
DeleteMari kita salahkan si hormon estrogen.. Wkwkwk kesian hormon jadi yang disalahin.. �� Ya begitulah perempuan ya mba Manda.. Sama suami dibecandain juga suka baper, apalagi ini dibecandain sama laki-laki lain.. Eaaah.. ����
ReplyDeleteeaaaa... makannya jangan asal ngomong kita nyah ama cewe :D
DeleteBerat badanku enggak pernah lebih dari 55 kecuali saat hamil besar, jadi enggak solehah bangets dong yak...hiks syeddih.
ReplyDeleteSetuju banget sama ulasan di atas...lebih baik hindari pembahasan tentang berat badan, umur..dst dengan perempuan. Mau berat badan berapapun yang penting yang jalanin, orang lain enggak perlu kepoin...wong enggak ikut ngasih makan juga
kan nggak usah bikin ungkapan ttg berat badan bisa kan ya, perempuan itu kalo dinasehati baik2 bisa kok, nggak usah nyinggung2 berat badan dsb
DeleteAku juga males kalau ada temen komen difotoku "kok gendut-an" rasanya pengen nyakar
ReplyDeletewkwkwk.. padahal emang lagi gendut ya mak, karena lagi hamil :D
DeletePerempuan pendukungnya banyak, ya sesama perempuan itu sendiri, tapi perempuan musuhnya juga banyak, ya sesama perempuan itu sendiri. Kalo lagi iseng, baca-baca komen di sosmed, yang body shaming, ngata-ngatain kondisi perempuan kebanyakan perempuan juga. Kaum hawa di gerbong kereta khusus wanita juga terkenal ganasnya. Perempuan memang makhluk yang rumit ya Mba *sambil nunjuk diri sendiri*
ReplyDeletewkwkwk... perempuan pendukungnya banyak, musuhnya juga banyak, aku acungin jempol banget ini, dan ini bener banget :D
DeleteYang diajak becanda jamaah yang menghadiri kajiannya, yang baper seindonesia. Yang nggak ikut kajian beliau.anehnya gak sedikit yang nelen itu mentah-mentah, padahal itu becandaan.
ReplyDeletewkwkwk... karena perempuan adalah mahluk yang paling cepet baper, jadi emang bahaya banget itu ceramah kalau dicerna sedikit2
DeleteHihi akuma nurut suami aja, suami nggak suka aku gemuk mba btw serba salah ya klo tegur sapa apalagi klo nyerepet kapan punya anak atau kapan nikah heheu
ReplyDeleteHuum... pokoknya kalau nanya sama perempuan kudu posisikan diri kita kayak orang yang ditanya, karena kita itu sejenis pasti perasaannya bakalan sama
Deleteaku sih udah nonton video itu dari dulu.
ReplyDeleteya ngerasa aman2 aja. ucapannya ustad hannan, ngerasa aneh juga, tapi ya bisa buat instropeksi aku juga
eee sekarang malah booming, kata2nya diplesetin
hadeeeeh
soalnya itu di potong videonya, sadis kan netizen :D
Deletedan parahnya korbannya ibu-ibu yang suka baper, sadis kan :D
Harus baca noh para pria.
ReplyDeletePas awal baca kalo sholehah itu berat badannya tdk lbh dari 55kg, beraaa ditampol. Berarti aku gk shalehah donk ya huhuhu. Jgn semena mena nilai dari fisik ya.
Sebenernya sih si ustad becanda mak, tapi aku maklum kok kalau kamu tersinggung banget :D
DeleteWkwk...no comment aja, kalau gua komentar rada ribet dan belibet, mending nggak usah, tapi kalau mau dipaksa, gua bakalan komentar, tapi disensor ckck
ReplyDeletegagal paham..
DeleteHaha kok gak ada yang tanya berat laki laki sholeh berapa ya...knp fokusnya selalu di perempuan..artikel yang bagus mbak
ReplyDeletewkwkw.. nah saya pengen nulis takut dijulidin ama orang :D
DeletePembahasan berat badan sama berbahayanya dengan pembahasan poligami,, wkwkwk
ReplyDeleteih kok tau bang hehe :D
Delete