Saya punya kai (kakek-Banjar),
beliau ini bapaknya ibu saya, dulunya kai bekerja sebagai tentara. Sebagai anak
tentara sudah pasti ibu saya menerapkan aturan yang sangat disiplin sekali,
ketat dan menjengkelkan. Saya sampai tidak mengerti kenapa ibu saya menjadi
seperti ibu kost yang terlalu banyak memerintahkan banyak aturan dalam sehari
dan itu parahnya harus saya hapal semua, ya mana bisa jika dalam sehari banyak
peraturan dan setiap hari peraturannya diganti. Misal, ‘Jangan taro handuk di
atas kasur’, ‘Jangan makan berdecap’, ‘Jangan narik baju yang paling bawah
kalau baju yang atas rapi’, ‘Mandi yang bersih’, ‘Jangan ini dan itu..’ dan
segenap peraturan lainnya yang membuat saya jenuh tinggal dirumah. Saya merasa,
ini rumah apa STPDN :D
Walaupun mengikuti disiplin yang
kai ajarkan, tapi saya merasa kai tidak demikian pada saya, beliau orang yang
sabar, lemah lembut, penuh senyum dan membahagiakan. Apa mungkin saya ini cucu,
jadi diistimewakan dibanding anaknya?
Pernah suatu hari saya ingin
minta dibelikan mainan oleh ibu saya, namun tidak dibelikan, ibu saya ingin
agar saya tidak boros menggunakan uang, maksudnya sih gitu, tapi kai berfikir
beda, kai yang kasihan pada saya kemudian mengajak saya balik lagi ke toko
tersebut dan membelikan saya mainan yang saya inginkan, padahal saat itu
harganya sangat lumayan.
Yang saya ingat, kai selalu
mengajak saya ngobrol, menanyakan kabar saya dengan lemah lembut, memeluk saya,
menggendong dan mengajak saya jalan-jalan. Entah kai melakukannya dengan hati
atau bagaimana, walaupun saya hanya sebentar mengenalnya rasanya seperti
mengenal sangat lama. Ketika saya kelas 2 SD kai meninggal dunia, saya hanya
bisa melihat foto-foto jenazahnya yang dicetak setelah ibu saya balik melayat.
Sungguh saya sedih, saya kehilangan sekali, namun saat itu saya tidak mampu
menceritakan kesedihan saya, saya tidak mengerti cara memaknai kesedihan itu.
Kenangan masa kecil lainnya tidak
saya lewati dengan istimewa, bisa dibilang saya tidak puas dengan masa kecil
yang hanya sendiri, ditemani pembantu dan teman-teman dekat yang sedikit. Ya, saya
berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain sebab pekerjaan bapak,
walaupun mempunyai teman yang tidak sedikit dan selalu berganti-ganti, tapi
saya merasa asing, dan membuat saya kebingungan menghapal siapa saja mereka,
bahkan untuk mengingat mereka saja saya pun tak mampu. Saya tidak terlalu
mengingat dengan jelas tentang semua hal yang pernah terjadi di masa kecil
sangking crowdednya kehidupan yang berpindah-pindah tak jelas.
Sebagai anak pertama, hal yang
sering diceritakan oleh ibu saya adalah, keadaan saya yang diistimewakan, baju
yang sering berganti setiap bulan, mainan, jalan-jalan dan perlindungan dari
mereka. Yang saya ingat, orangtua saya menerapkan disiplin dari semenjak saya
masih kecil bahkan selagi saya sepertinya belum faham kata disiplin yang
membuat otak saya menjadi bingung mencerna arti kata disiplin.
ini kai saya, yang meninggal sebab penyakit jantung |
Yang saya ingat, saya tidak
terlalu dekat dengan orangtua, sebab mereka tidak terlalu bisa mengerti
bagaimana caranya memaknai perasaan anak perempuan, mereka yang orangtua baru
dan menikah muda tidak begitu memahami karakter anak sehingga saya dan mereka
selalu saja misscommunication, mereka
terlalu ingin menjadikan saya anak yang diinginkan mereka, sebagai contoh, ibu
saya selalu cerita, sewaku masih kecil saya sering kali dipakaikan jepitan
rambut agar terlihat lucu dan menarik, namun saya yang memang dari kecil
berjiwa bebas tak suka memakai aksesoris, dan mereka tidak mengerti arti
kebebasan itu, “Pakai ini, biar cantik”, “Nggak mau! Nggak suka aku pakai
gituan” ketidaksukaan saya dianggap pembangkangan dan saya dianggap anak yang
tidak menurut. Selain pakai aksesoris saya tidak suka pakai perhiasan,
anting-anting yang dibelikan orangtua selalu saja hilang, entah kemana
rimbanya, bahkan tidak saya hilangkan pun dia hilang sendiri wkwk.. ya, saya
ini anak perempuan yang inginnya orangtua seperti yang mereka bayangkan, lemah
lembut, halus, sopan, nurut, pintar, kemayu, anggun, tapi yang terjadi anak
yang mereka lahirkan ini menjadi pribadi yang bebas, senang bertualang, nggak
ada sopan-sopannya, pokoknya jauh dari bayangan mereka tentang impian anak yang
ayu :D
Namun yang saya ingat, saya
dibiarkan bebas bermain, walaupun tetap dengan aturan ketat, boleh bermain
tanah asal pakai sandal, boleh main ke tetangga asal tidak minta makan, boleh
main asal tidak menginap atau tidak mandi dirumah mereka, boleh ini asal tidak itu,
boleh itu asal tidak anu. Karena dalam peraturan ketat pun terselip
etika-etika, sebetulnya bagus sih menanamkan etika tersebut sejak saya masih
kecil, hanya dampaknya saya jadi depresi :D karena terlalu kebanyakan. Saya
seringnya berkhayal, seandainya kai masih hidup, mungkin beliaulah tempat
curhat saya secara berkala, mungkin beliaulah satu-satunya orang yang bisa
memarahi ibu saya dan membela saya atas perlakuan-perlakuan yang tidak bisa
saya terima. Namun setidaknya saya bahagia, saya masih hidup berkecukupan,
dapat sekolah dan mempunyai orangtua yang lengkap walaupun otoriter
Kenangan masa kecil yang biasa
saja ini tidak akan saya biarkan terjadi pada anak saya, dia harus mempunyai
masa kecil yang indah jangan seperti ibunya, dia harus mengenal banyak pelukan,
sentuhan, ciuman, karena hanya itu yang bisa saya berikan bukan banyaknya baju,
mainan, dan perabotan yang hanya membuat jiwanya bahagia tapi tidak dengan
batinnya.
Post a Comment
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)