“Bun jajan dong bun”
“Ma, mau cilok”
“Bu, mau itu.. mau.. mau….”
Pemandangan ini sudah khatam saya lihat
setiap harinya ketika sepulang mengantar atau menjemput Naqib sekolah, bahkan
ketika pulang bareng dengan ibu-ibu yang lain mereka kerap bercerita perihal
anak-anaknya.
“Anak saya itu susah banget makan
dirumah, tapi kalau sudah jajan, ya ampun.. sehari bisa dua puluh ribu” melotot
dong saya :D.
“Jajan apa aja bun?” tanyaku pada
seseorang itu. Gila… dua puluh rebu itu tabungan saya setiap hari.
“Wah buanyak, mie, ciki, cilok, burger”
ya pantes dia nggak mau makan, lah wong yang dimakan karbo semua. Lagian ya
ampun itu camilan mengerikan semua yang dia sebut.
“Jadi ya, dia jarang banget makan
dirumah” ibu itu melanjutkan, saya cuma menggumam, untung si Naqib nggak suka
jajan, jadi uang belanja aman.
Kenapa anak jadi konsumtif?
Perilaku jajan ini adalah kebiasaan
konsumtif dalam skala kecil, dan skala kecil ini akan menjadi besar jika
dibiarkan setiap hari. Kebiasan jajan lambat laun akan mengubah kebiasaan
hidupnya menjadi perilaku hedon, nah bahayanya jika anak berumah tangga jika
terbiasa konsumtif, maka ia akan menjadi manusia yang super duper boros, tidak
pandai mengelola keuangan dan menjadi manusia yang suka lapar mata. Hobi beli
barang tapi akhirnya nggak terpakai, ya beli aja gitu, dipake juga enggak, hanya
untuk menuntaskan kepuasan belanjanya. Ini kan mengerikan sekali ya. Saya punya
teman yang seperti ini, jadi si manusia ini hobby banget belanja, katanya dia suka
lapar mata, terus kemudian ketika barang-barangnya sudah semakin banyak
terkumpul dirumahnya dia bingung, ‘barang segini banyak mau dikemanain?’
akhirnya dijual kembalilah barang-barang yang pernah dia beli itu, sebagian
besar belum pernah terpakai, kalau dipikir-pikir ini konyol banget, sumpah,
dibeli mahal-mahal-disimpen dirumah-lalu dijual lagi dengan harga murah. Ini
manusia jadi persis Tanah Abang kan saya rasa wkwk.. dan perilaku hobby belanja
ini ternyata nggak menjangkiti perempuan aja, laki-laki juga banyak yang
semacam ini, kalau perempuan hobby belanja wajar lah ya, ya ampun ini loh
manusia ini laki-laki. Apa nggak makin heran saya.
Manusia-manusia jenis ini adalah manusia
yang kalau nggak ngeluarin duit setiap hari kayak ada yang kurang, ya bagus sih
tandanya dia membantu kehidupan manusia yang berjualan jadi lebih baik, jadi
semakin punya untung besar hihihi, tapi dibalik ini dia bukan manusia yang
survive, coba misalnya dia kehabisan duit apa yang akan terjadi? Dia bakalan
seenaknya pinjam pada orang tapi bingung kalau ditagih balik duitnya. Pokoknya
yang penting ada duit aja dulu gitu, masalah ngembaliin ntar aja. Ini ngeri
nggak sih, efek buruknya bahkan lebih banyak dari efek baiknya.
Bagaimana
agar anak tidak menjadi konsumtif?
Ya, jangan diajarin jajan, anak-anak
bisa jajan kan sebab orangtuanya. Ya siapa lagi yang ngajarin kalau bukan
mereka? Memangnya anak-anak akan kenal duit gitu saja tanpa diajarkan? Anak-anak
itu polos, mereka bagaikan kertas putih ketika lahir, yang mencoretnya adalah
orangtuanya, ya aneh aja gitu ketika anak lahir bisa kenal duit tanpa ada yang
ngajarin. Misalnya nih ya, pas ibu-ibu ke warung dan ngajak anak, apa coba yang
dikatakan pada anak? “Adek mau jajan apa?” yakin pasti pada nanya begini,
jarang banget yang begitu belanja langsung pulang dan tidak bertanya apa-apa
pada anaknya. Nah dari sinilah kebiasaan anak gemar jajan akan dimulai, setiap
pergi ke warung dia akan menagih minta cemilan dan jajanan, dan momen pergi ke warung akan selalu
ditunggu-tunggu anak agar dia selalu dapat camilan. Suatu hari mamaknya malas
ngantar si anak untuk jajan, si mamak akan ngasih si anak duit, “Nih jajan aja
sendiri, mamak malas pergi ke warung” dari sinilah anak akan kenal yang namanya
duit, duit sebagai alat tukar dengan benda. Lama-lama karena sudah ngerti
belanja, si anak tinggal minta duit sama mamanya buat jajan, lalu terjadilah
hal dimana anak mulai mengerti jajan dan menjadi konsumtif.
Belum lagi fenomena lebaran, dimana
anak-anak akan dikasih amplop-amplop berisi uang dari para orangtua, dan
orangtua itu berkata, “Nih angpau buat jajan”, so.. jadi kesimpulannya sudah
jelas kan, yang mengenalkan uang pertama kali adalah orangtua hihihi..
Dari Naqib kecil saya sudah membuat
kesepakatan dengan paksu jangan menggunakan kata jajan kalau sedang ke warung,
“Bilang saja belanja” tapi sekuat-kuatnya prinsip mamak mengajarkan pada anak,
tetap saja kecolongan, anak diajari oleh saudaranya atau lingkungannya.
Syukurnya karena awal-awal mendidik, kami pisah dan sangat jauh dari keluarga,
jadi ketika ke warung kata-kata jajan tidak saya ajarkan pada Naqib dan ini
cukup kuat tertanam dalam otak Naqib, dan syukurnya lagi ketika kami kembali hidup dan
berkumpul dengan keluarga Naqib nggak tau jajan itu seperti apa karena sudah
terbiasa hidup tanpa jajan. Pun ketika ia dikasih uang oleh saudaranya, uang
tersebut ia kembalikan ke empunya kaya berasa nggak butuh wkwk.. atau dia akan
bilang, “Nih buat ibu aja” loh ya merdeka emaknya dikasih duit. Butuh waktu
untuk membuat Naqib mengerti alat tukar ini fungsinya untuk apa, bagaimanapun
dia harus tau juga fungsi uang yang sesungguhnya untuk apa, tapi tetap, saya
tidak mengajarkan untuk mendewakan benda bernama uang ini dalam kehidupan
sehari-harinya.
Tidak
jajan bukan berarti hemat, hemat bukan berarti pelit
Ini dulunya juga diterapkan oleh ibu
saya, saya diwanti-wanti jangan jajan sembarangan. Orangtua dulu sih melarang
dengan dalih, jajanan diluar menjijikkan, dirubung lalar, kuku abangnya
hitam-hitam, bekas pipis dan seribu macam alasan agar saya tidak menyentuh
jajanan luar. Tapi ternyata ancaman ini bermanfaat, setelah besar saya faham
orangtua melarang saya jajan kenapa? Agar di masa depan saya bisa hidup lebih
terarah dan mampu mengatur keuangan dengan baik. Alhamdulillah manfaatnya saya
rasakan sekarang setelah saya menikah bahkan jauh sebelum saya menikah. Nah, di
periode emasnya kurang lebih larangan saya sama seperti orangtua dulu, saya
melarang Naqib jajan diluar karena :
1. Jajanan diluar belum tentu bersih
Naqib ini kan masih masa-masa sekolah
tentunya penting banget ilmu-ilmu dasar disekolahnya seperti membaca, menulis,
menggambar dan kemampuan motorik lainnya dipelajari lebih dalam, pasalnya kalau
belajar dirumah kadang ogah-ogahan, nah saya percayakan kemampuan membacanya
pada gurunya. Kalau dia jajan takutnya saat imunnya tidak baik dia akan sakit,
kalau begitu sudah pasti dia tidak bisa masuk sekolah, waah dia kalau sakit
bisa kehilangan pelajaran penting. Pelajaran anak TK itu walaupun sepele tapi
bermanfaat banget loh buat anak yang belum bisa baca dan nulis.
Kalo anak jajan buah kayak gini mah, saya nggak bakalan ngelarang, lah wong sehat gitu :D |
2. Gizinya nggak jelas
Jajan diluar itu
nggak pernah saya ketahui gizinya, iya. Saya ini cerewet soal gizi anak,
soalnya saya sudah sering kali dibekali ilmu stunting, ilmu gizi, ilmu tumbuh
kembang. Nah ilmu ini ingin sekali saya terapkan pada Naqib, akan sia-sia kalau
dia sudah kenal jajan lebih dulu. Lagipula Naqib masih masuk dalam periode
emas, dimana masa-masa ini perlu asupan nutrisi lebih banyak, dia harus lebih
banyak kenal sayur, buah, daripada cilok, somay, burger-burgeran apalah ga
jelas :D, kalau dia sudah jajan di luar nantinya dia akan ogah makan masakan
ibunya. Nah cita-cita saya membantu pemerintah emngatasi stunting bisa gagal.
3. Membiasakan anak untuk menghargai masakan
Kalau anak terbiasa jajan, perutnya akan
kenyang sebelum saatnya makan, alhasil dia akan malas makan. Masakan yang sudah
dimasak orangtuanya yang tadinya untuk 4 orang jadi bersisa, berujung jadi
mubazir. Ini ya, orangtua mau ngomong semilyar kali pun kalau anak sudah
terbiasa jajan dan malas makan dirumah nggak akan ngaruh ditelinga anak, pengen
nangis nggak sih mom..
4. Mengajarkan anak untuk terbiasa hidup sehat
Tau kan bun,
penyakit degeneratif? Yaitu penyakit yang disebabkan oleh tingkah laku hidup
kita sendiri. Nah, jajanan diluar itu kan belum tentu sehat, ada banyak ancaman
penyakit hanya dari sebungkus gorengan, seperti kanker, jantung, diabetes dll.
Ini ngeri nggak sih, kalau orangtua nggak mengkontrol apa yang anaknya makan,
anak bisa saja terjangkit salah satu penyakit tersebut sejak dini. Tentunya
kita ingin anak kita tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas dan aktif bukan
generasi penyakitan. Nah dengan melarangnya jajan saya juga ikut membantu
menyelamatkan masa depannya. Nggak ada salahnya kan antipati sama apa yang
dimakannya?
Yuk mamah dan papah dirumah, yang masih
punya anak kecil, mumpung anaknya belum ngerti banget sama yang namanya jajan,
bisa diajarin pola hidup hemat dan sehat dari sekarang, ini bermanfaat banget
loh untuk kehidupannya kelak, serius, saya sudah merasakan didikan orangtua
saya semenjak saya dewasa. Nah, pasti bertanya-tanya dong, bagaimana step-step
agar anak menolak jajan walaupun ditawarkan sekalipun?
1. Jangan berkata apa-apa
Misalnya
orangtua sedang ke warung nih dan mengajak anak, tentu saja anak kan belum
ngerti apa yang dilakukan orangtuanya. Ya sudah aja si anak jangan segala
ditawarin pengen ini pengen itu, atau maksa beli sesuatu padahal si anak nggak
ngerti apa yang dibeli orangtuanya. Habis belanja yang dibutuhkan langsung pulang,
selesai kan perkara, anak nggak ngerti yang namanya jajan :D
2. Belikan cemilan secara berkala untuk
makanan rumah
Dirumah, saya selalu membelikan Naqib biskuit,
kue-kue secara berkala, misalnya untuk seminggu, saya perbanyak roti, pudding,
jelly, susu, jus, kelihatannya pengeluarannya besar, tapi coba deh misalnya
dikalkulasi sama jajan anak harian, misal si anak sehari jajan Rp.5000 dikali
seminggu sudah Rp.35.000, nah ini belum termasuk jika si anak sakit akibat
jajan, pasti pengeluarannya lebih besar lagi :D, nggak apa-apalah mak
pengeluaran besar dikit untuk kebutuhan rumah tangga dibanding anak terbiasa
konsumtif, ini akan lebih berbahaya lagi dan beneran membiasakan anak untuk
selalu makan dirumah akan sangat bermanfaat untuk masa depannya nanti. Dia akan
selalu kangen masakan ibunya :D, dan yg terpenting dia ga makan masakan abang-abang yang bahan dan cara masaknya nggak bersih.
3. Mama belajar masak yang enak
Masakan saya juga nggak enak-enak banget :D, tapi
karena Naqib terbiasa makan masakan ibunya setiap hari dia nggak suka makan
masakan orang, kadang saya malas masak ya, terus dia makan ditempat neneknya
gitu, yang masih sama-sama masakan rumah aja dia protes “Kenapa sih bu nggak
masak?” nah apalagi dia harus makan buatan warteg. Saya rasa masakan ibu saya
juga nggak enak-enak banget, tapi saya selalu betah makan dirumah, karena tiap
hari yang saya makan ya masakan ibu saya. Sesekali jajan juga kalau misalnya
saya lapeeeeer nggak terkira, ini juga biasanya masih lanjut makan dirumah,
tapi frekuensinya nggak sering, sebagai anak sekolah saat itu saya masih bisa
nabung
4. Sounding
Anak nggak akan
ngerti kalau nggak diomongin. Misalnya mama-papa mau pergi ke Mall sebaiknya
dari rumah sudah buat perjanjian untuk anak, “Kak/dek, ini ibu bawa uang
pas-pasan. Kamu jangan minta macam-macam ya, nanti ibu bingung bayarnya gimana”
Insya Allah kalau sudah disounding anak akan ngerti, atau perjanjian, beli
mainan yang sesuai dia inginkan saja jangan minta lebih, boleh nakut-nakutin,
tapi jangan bohong, contoh : “Kalau misalnya uang ibu nggak cukup nanti ibu
disuruh jaga toko gimana?” ya kata-kata nakutin itu seumpama perumpamaan. Pasti
ngertilah yang baca sebagai orangtua mah :D
5. Pura-pura nangis kalau anak nggak mau makan
:D
Ini kebiasaan saya dulu, waktu anak GTM,
misalnya dia baru makan 2-3 suap saya nangis, iya beneran nangis keluar air
mata gitu qkqkqk, padahal anak kan nggak jajan ya. Nangis gini sebenernya juga
mengantisipasi agar anak nggak minta jajan sih misalnya dia kelaparan. Kalau sudah
begitu ujung-ujungnya dia mau dong makan. Nah kalau sudah kenyang, ditawari
makanan lewat pun dia nggak bakalan mau, atau misalnya ke warung juga dia
bakalan ogah minta-minta. Tapi ya jangan keseringan nangis di depan anak moms,
nggak baik juga saya aja jarang-jarang kok hihihi..
6. Kalau emak-bapak nggak kepingin anak boros
yang jangan dicontohin
Ini misalnya emaknya ngelarang anak jajan, tapi
emaknya sendiri nyontohin jajan, lah gagal paham nggak? Dimana-mana tuh anak
bakalan ngikutin orangtuanya, anak-anak yang hobby jajan itu bisa jadi menurun
dari sifat orangtuanya yang juga hobby jajan. Misalnya sudah ada masakan
dirumah, eh tiba-tiba bakso lewat, emak yang kepingin ngemil pun nggak sengaja
manggil, ini jajan bukan namanya? Secara nggak langsung perilaku ini
mengajarkan pada anak loh buk.
7. Ajari anak nabung dan asah kepekaannya jika
tak memilki uang
Dalam pikiran anak, kalau orangtuanya bekerja,
mereka akan selalu punya uang, anak tidak akan pernah paham saat-saat kesulitan
orangtuanya. Orangtua pun demikian, selalu menampakkan yang baik-baik saja di
depan anak, padahal perilaku ini sebetulnya tidak betul-betul bagus. Orangtua beranggapan,
anak jangan merasakan kesulitan orangtua, tapi yang akhirnya terjadi adalah anak
menjadi tidak peka ketika orangtua kesulitan keuangan. Bahaya banget deh ini
mah..
Dari kecil saya selalu diajarkan
menabung oleh orangtua, agar saya selalu siap dengan resiko yang terjadi di
masa depan. Pun ketika orangtua tidak memiliki uang lebih jika saya ingin
sesuatu saya harus belajar maklum dan prihatin, padahal dulu saya anak tunggal,
mau minta apa saja pasti dituruti, sungguh orangtua selalu mengajarkan hidup
dalam kesulitan ketika kami berkecukupan. Misal, saya kepingin beli komik, dulu
harga komik itu murah kan ya hanya Rp.8000, tapi orangtua selalu berkata, “Kalau
mau apa-apa nabung, mami-papi nggak selalu punya uang untuk membelikan kemauan
kamu” ya akhirnya nabung dong, kesekolah bawa bekel, pulang sekolah jalan kaki,
demi bisa beli komik, tapi manfaatnya saya rasakan setelah bisa beli sesuatu
yang diinginkan rasanya, ooh begini rasanya nggak punya uang? Ya dari situ saya
mengerti hakikat uang itu nggak selalu membahagiakan
8. Tidak langsung membelikan jika anak butuh
sesuatu
Ini juga yang
menjadi kesepakatan saya dan suami, kalau anak kepingin apa-apa jangan langsung
dibelikan, masa bodo dia mau guling-guling di Mall, saya mah nggak malu tapi
sejauh ini Naqib belum pernah guling-guling di Mall gara-gara ibunya nggak
belikan dia sesuatu, yang paling banter ngambek atau cemberut. Fenomena anak
suka guling-guling di Mall tentu saja salah orangtua di awal terhadap pola
didikannya, kenapa terlalu memanjakan anak dengan beli ini beli itu, kan anak
jadi ketagihan minta, akibatnya kalau dia nggak dituruti ya itu tadi, dia akan
guling-guling nggak terima. Hal ini juga yang akan menyebabkan anak menjadi
tidak peka terhadap kondisi keuangan orangtuanya
9. Dibalik kesulitan jangan lupa ajarkan
kebaikan
Tapi apakah saya
menjadi anak yang pelit karena orangtua mengajarkan hidup hemat. Duh.. jujur
gara-gara diajarkan hidup susah, saya selalu prihatin liat manusia-manusia yang
kekurangan, ini serius loh, saya paling nggak bisa liat orang miskin, rasanya
pingin saya kasih aja semua harta yang saya punya haha.. selain itu orangtua
juga selalu mengajarkan, “Jangan pelit sama orang, sedekah nggak mengurangi
harta yang kita punya” ya Alhamdulillah walaupun saya hemat tapi saya selalu
ingat sesama.
Apakah Naqib suka jajan?
Oh iya, tapi nggak setiap hari, dalam hitungan hari paling 1x seminggu, dan saya tidak royal memberikannya uang, agar dia paham orangtuanya nggak selalu punya uang untuk memenuhi kebutuhannya, kalau kata suami "Biarin aja tega diawal, lama-lama dia akan terbiasa". Yang namanya anak-anak ngeliat coklat di warung ya kepengen juga, satu hal yang menjadi perjanjian, JANGAN JAJAN SAMA ABANG-ABANG, udah itu aja, kasian anak-anak, itu tuh udah bahannya ga jelas, cara masaknya ga jelas, tangan abangnya juga belum tentu bersih. Hiiiy...
Tapi sebab saya membiasakannya tidak mengenal uang dia jadi lebih mengerti kapan harus jajan, kapan harus nabung. Perjuangan saya tentunya belum apa-apanya, sebab sekolahnya pun masih sangat panjang, ada banyak godaan dari lingkungan yang akan membuat pola asuh saya bisa saja berubah. Apakah nantinya dia akan seperti ibunya yang rajin nabung atau sebaliknya. Pola didikan ini tentunya harus sinergi antara suami dan istri agar tujuan mendidik anak tidak terlalu hedon akan tercapai. Tapi di balik ini saya selalu memberikannya reward sebagai prestasi upayanya dalam hidup dalam kesederhanaan. Tenanglah, saya nggak pelit-pelit amat ke anak hihihi..
Perilaku berhutang,
gemar mengoleksi barang tidak terpakai lalu dijual lagi, penggunaan kartu
kredit dll, bergaya hidup mewah padahal hidup kekurangan, adalah perilaku yang
sebetulnya secara tidak sadar telah kita tanamkan pada anak didik kita, dasarnya
adalah perilaku hoby jajan ini ditanamkan jauh ketika anak baru mengenal uang. Sebetulnya
tidak ada kata terlambat mumpung anak masih kecil, tinggal orangtua mau merubah
kebiasaan ini apa tidak.
menarik sekali tulisannya, bermanfaat bagi saya yang belum menikah ini
ReplyDeletesama2
DeleteNoted banget sih bagi saya calon bapak hehe
ReplyDeletedulu lagi anak masih kecil jarang jajan, dikasih duit buat jajan juga gak banyak dan mereka juga gak pernah meminta2
ReplyDeleteBaguslah bu, anak saya dikasih duit malah dibuang :D
DeleteWaah penjelasannya lengkap banget mbaak.. suka banget. Tetapi masalah uang ini memang harus ditanamkan sejak dini. Biar bisa mengatur keuangan dengan baik di kemudian hari.
ReplyDeleteIya btul sekali :)
DeleteAnak bungsu saya yang masih SD nggak suka jajan karena nggak terbiasa saja. Sejak kecil sering saya bawakan bekal. Demikian juga kakak-kakaknya. Tapi kalau nggak bisa bikin bekal, saya kasih uang saku saja. Tapi sering kembali. Katanya lupa nggak beli jajan.
ReplyDeleteYah, nggak makan dong. Mungkin karena terbiasa ngebekel kali ya...
DeleteSaya juga ditakuti saat jajan sembarangan da dampaknya sekarang setelah menikah ngak suka jajan. Luar biasa didiskan orangtua ya mbak. Oh iya benar banget hemat bukan berarti pelit, tak jajan saya lebih memilih buat di rumah
ReplyDeleteIya, saya juga nggak terlalu suka jajan, tap kalau lagi kepingin ya jajan juga sekedar nyicipin hehe nggak yg kecanduan bgt
Deleteaku termasuk yg lbh milih nyetok biskuit, susu, cemilan, es krim di rumah, hanya demi anak2 ga sering jajan. mnding mereka makan dr jajanan yg udh aku sediain dan aku tahu produknya bagus. tiap bulan sih aku ksh uang jajan ke babysitter mereka. tp udh dgn wanti2, uang itu hanya utk beli buku gambar, mainan, pensil warna ato buah. jd bukan makanan yg diragukan kebersigannya :D. untungnyaaaa anak2 memang ga suka jajan begitu. mrk ttp lbh seneng beli buku, maianan ato sekedar naik odong2 di deket rumah hahahaha. gpp lah.. yg ptg buatku bukan jajanan makanan :)
ReplyDeletebener mba, didisiplinkan buat jajan itu memang efeknya luar biasa buat anak :)
DeleteDuh, jadi mikir ke dri sendiri juga suka ngajak ponakan kewarung.Secara gak langsung udah mengajakan dia baakal sering jajan nantinya.
ReplyDeleteEmng ya sebagai orangtua harus ngasih contoh dan mengajarkan anak yang baik-baik sejak usia dini nya.
nah, ini tante gimana ya :D
DeleteAnakku yg pertama juga dari kecil gak suka jajan pegang uang, sampe besar juga kalo dikasih uang disimpen, emaknya seneng deh. Eh beda banget sama adik2nya yg terkontaminasi anak tetangga yg rame doyan jajan 😐
ReplyDeleteAstaghfirullah... adeknya perlu di sounding bu
DeleteTulisan ini sangat menggugah saya mba. Baru sadar seperti ada yg salah dgn pola pengasuhan kami nih. Terlalu longgar soal jajan. Trims mba
ReplyDeleteya sama2 bang :)
DeleteSaya setuju dengan pendapat anda. Persis seperti yang saya lakukan kepada anak saya. Tidak pernaghh jajan sejak SD, dia selalu bawa bekal ke sekolah. Sarapan paginya selalu lengkap, nasi, sayur, dan lauk, dan cukup kenyang untuk tidak perlu jajan. Dia dapat uang jajan (ini uang untuk jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak di sekolah), tapi semua uang jajannya dia simpan di celengan. Waktu gereja kami sedang membangun dia memberikan semua uang di celengannya untuk pembangunan gereja. Mau beli sesuatu barang, harus tabung dulu. Lebih suka makanan rumahan. Sekarang dia sementara kuliah S2. Belum bekerja secara full time, tapi secara part time memberi les kepada anak-anak kecil, dan tabungannya banyak sekali. Dan kita akan tuai apa yang kita tabur. Ada lagi yang saya lakukan, dan dia sangat berterima kasih akan hal itu, yaitu kebiasaan tidur siang sampai SMP. Tingginya 185 cm, padahal saya cuma 155 dan papanya 168. Menurutnya karena tidur siang (dia ada membaca artikel tentang itu). Dan saya tahu, itu juga karena makanan sehat yang selalu disiapkan di rumah.
ReplyDeletewaaah luar biasa, saya juga jadi kepingin anak yang begini, mama yg hebat :D
Delete