Bener kata temen saya, orang yg nalarnya nggak nyampe ibarat komputer
masih seleron jangan sekali-kali nonton film ini. Karena pikirannya jadi kemana-mana
dan semakin eneg buat tinggal di Indonesia. Nggak hanya itu, bisa banget
terindikasi kepingin golput, dan berfikir sempit, nggak A.. nggak B ternyata
kepentingannya sama. Sebuah film dokumenter garapan Watchdog ini sukses menyita 5 juta penonton. *Dilan kalah ga sih 😁?
Dan yang bikin saya bingung, kenapa juga diputer beberapa hari menjelang
pemilu? Maksudnya apa coba? Ini bikin orang yg bingung menentukan pilihan
semakin bingung ingin pilih siapa, sebab pilih si bapak XYZ dia yang suka meresmikan,
pilih si ABC dia punya perusahaan banyak ditambah wakilnya punya saham dimana-mana
sudah pasti kalau si bapak ABC yang jadi presiden semakin leluasalah dia dengan
perusahaan tambangnya, ibarat kamu ada di jalan yg sempit trus terhalang tembok
tinggi lagi dikejar pembunuh nih, maju dibunuh, mundur naik tembok nggak bisa.
baca juga : hidup kudu bahagia
baca juga : hidup kudu bahagia
Sexy Killers
diawali dengan pengantin baru yang sedang berbulan madu, tapi sebetulnya bukan
itu yang menjadi perhatian saya, tapi ketika si suami membuka kulkas,
menyalakan TV, membuka laptop, si istri mengeringkan rambut terpampanglah
jumlah WATT yang terbuang, saya jadi teringat suka membuang listrik untuk
hal-hal nggak jelas, misal lupa matiin lampu, karena apa yang menjadi kelakuan
saya hari ini ternyata salah satunya dapat merugikan orang-orang yang tinggal
dekat lokasi tambang, bahkan derah PLTU itu sendiri T_T.
masyarakat yang menjadi korban, sumber dari sc film |
Setelahnya di paparkan semua hal yang terjadi bagaimana bahan
tambang berupa batu bara ini dihasilkan dan menjadi modal bahan bakar PLTU,
yang kemudian PLTU ini bisa mengolah batu bara menjadi listrik yang mengaliri
hingga kerumah-rumah warga di seluruh Indonesia. Tidak sampai disitu dipaparkan
pula, bagaimana warga yang tinggal di daerah tambang merasa sangat dirugikan,
sebab lokasi penambangan yang sudah tidak terpakai lagi tidak dialihfungsikan
lahannya, misal direklamasi lagi tanahnya atau diberi peringatan bahwa lahan
tersebut berbahaya, hingga banyak yang menjadikan tempat galian itu semacam
tempat hiburan sampai memakan korban, rumah-rumah warga juga banyak yang rusak
akibat pergeseran tanah
baca juga : banjir? salah siapa?
baca juga : banjir? salah siapa?
Dipaparkan pula warga-warga yang tinggal di dekat lokasi PLTU
mengalami gangguan sesak napas hingga mengalami kanker. Sebab debu sisa
pembakaran, menempel di rumah-rumah penduduk. Selepas memaparkan kerugian-kerugian
yang dialami banyak pihak termasuk terumbu karang yang rusak di Karimun Jawa
akibat kapal-kapal tongkang yang lewat, tergambar dan dijelaskan dengan secara
gamblang, siapa-siapa saja pemilik modal dan pengusaha tambang yang berada di
antara kedua kubu capres Jokowi-Prabowo, kedua kubu ini masing-masing kebagian
sebagai pemegang modal, bahkan kalau saya bilang dalam diagram itu tergambar
kalau kedua kubu seperti bekerja sama :D, pasalnya antara satu orang terkait
dengan yang lainnya, kalau nggak percaya nonton aja filmnya.
Tapi yang menjadi pikiran saya, kenapa juga seperti seolah menelanjangi kedua kubu, mentang-mentang jaman pemilu, kenapa nggak dipaparkan pemilik PLTU siapa dari awal dan kemudian diamanahi kepada siapa, dan berakhir ke siapa. *kalau kayak gitu filmnya jadi panjang kali Nda T_T*. Dengan adanya dokumentasi secara gamblang dan menjelaskan siapa-siapa saja pemilik modalnya, membuat orang-orang jadi mikir kan, laah ini kok jadi semacam koalisi, dikirain mereka berdua ribut ternyata bekerja sama. Yang ribut bukannya pendukungnya ya? Kemudian banyak yang males nyoblos, dikirain keduanya bersaing ternyata saling bekerja sama. Tapi menurut teman saya yang mengerti prosedur penambangan, tambang yang legal nggak akan semena-mena sama warga, ya liat aja gimana majunya Kaltara saat ini, yang semena-mena itu bisa jadi yang illegal. Jadi dalam film ini nggak semua bener, jangan ditelan bulat-bulat :D, yang harus kamu telan bulat-bulat itu adalah dampak dari kerusakan alam itu sendiri, dan mulai sadar pake listrik yang hemat.
hahah... kecil ya nama-namanya ga keliatan :D sumber : film tersebut |
Tapi yang menjadi pikiran saya, kenapa juga seperti seolah menelanjangi kedua kubu, mentang-mentang jaman pemilu, kenapa nggak dipaparkan pemilik PLTU siapa dari awal dan kemudian diamanahi kepada siapa, dan berakhir ke siapa. *kalau kayak gitu filmnya jadi panjang kali Nda T_T*. Dengan adanya dokumentasi secara gamblang dan menjelaskan siapa-siapa saja pemilik modalnya, membuat orang-orang jadi mikir kan, laah ini kok jadi semacam koalisi, dikirain mereka berdua ribut ternyata bekerja sama. Yang ribut bukannya pendukungnya ya? Kemudian banyak yang males nyoblos, dikirain keduanya bersaing ternyata saling bekerja sama. Tapi menurut teman saya yang mengerti prosedur penambangan, tambang yang legal nggak akan semena-mena sama warga, ya liat aja gimana majunya Kaltara saat ini, yang semena-mena itu bisa jadi yang illegal. Jadi dalam film ini nggak semua bener, jangan ditelan bulat-bulat :D, yang harus kamu telan bulat-bulat itu adalah dampak dari kerusakan alam itu sendiri, dan mulai sadar pake listrik yang hemat.
Saya kasih tau sini, PLTU itu sudah ada di Indonesia sejak tahun 1962,
jadi di tahun itu calon presiden sekarang mungkin lagi main gundu di kampung,
belum ngerti apa-apa, apalagi menentukan kebijakan tarif dasar listrik, ada
kali presiden yang sebelum-sebelum ini yang ngerti, capres-capres sekarang kan
hanya meneruskan kebijakan tahun-tahun sebelumnya. Indonesia nggak dimulai dari
jaman Jokowi doang kan?
ditegur greenpeace, sumber : film tersebut :p |
Ya bahan tambang semakin dieksploitasi apalagi semakin sedikit akan
semakin mahal harganya, nggak heran klo TDL trus naik. Sekali lagi kalo masih
membandingkan jaman ini sama jamannya pak Harto ya kok aneh. Bahan tambang
nggak bisa diperbaharui, cara berfikir kita yang harus diperbaharui. Jaman pak
Harto mungkin batu bara masih banyak, setelah puluhan tahun apa jumlahnya masih
sama? Kan enggak, apalagi masyarakat semakin banyak. Meen... Ini kebutuhan
listrik pasti meningkat dratis.
Jadi sebenernya kedua capres kita itu sama saja, lah ya wong mereka menikmati
hasil bersama kok, nggak ada yang lebih, nggak ada yg tersaingi, mereka bekerja
sama yang jelas, lihat diagram yang ada dalam film 'Sexy Killers' diatas, nggak
ada lawan kan? Semuanya berkawan, masyarakatnya malah yang berlawanan dan
bermusuhan wkwk. Dan yang jelas siapapun presidennya, nggak akan bisa
menurunkan harga listrik karena semakin banyaknya penduduk, kebutuhan listrik
semakin besar, lahan semakin terkeruk dan semakin banyak memakan korban jiwa.
Apa ga kasian sama mereka-mereka?
baca juga : w.a juga bisa di hack gengs!
baca juga : w.a juga bisa di hack gengs!
Kamu tau nggak? Waktu saya tinggal di Ambon, mati lampu seminggu bisa 3-4x
dengan durasi 8-10 jam. Di pelosok Maluku, mati lampu bisa seharian (katakanlah
di Seram) jam 6 pagi mati jam 6 sore baru nyala. Sedap kan? Ini tahun dimana listrik
udah dimana-mana loh.
Itu baru di Maluku, waktu saya tinggal di Balikpapan, dari saya SD kelas 4
di tahun 1994 (bayangin SD) mati lampu
sudah makanan hari-hari, padahal Balikpapan itu kota minyak, dekat sama
Bontang, mau minta batu bara tinggal lempar, gila ga sering banget mati lampu.
Di Sumatra tepatnya Aceh, mati lampu juga nggak kenal jam, begitu juga di
daerah-daerah di tanah air. Innalillahi nggak, jaman saya SD apa Jokowi sudah
jadi presiden? Apa Prabowo sudah bikin rencana menurunkan TDL, enggak! Yang ada
mereka masih bekerja di perusahaan masing-masing *mungkin juga masih belajar*.
nggak ada mikirin rakyat. Mati lampu sudah nggak kenal jam lagi jaman saya SD..
Itu demi apa? Demi Ibukota. Saya rasa agar Ibukota tetap dinilai baik oleh negara lain
Di Ibukota saya nggak pernah merasakan mati lampu, dalam
seminggu listrik bisa saya konsumsi sepanjang hari dengan sepuas-puasnya tanpa
mati lampu semenit pun. Tapi orang-orang Ibukota ga berhenti mengeluh,
"Gila, listrik mahal, gila mati lampu 30 menit, gila anu.. anu.."
astaghfirullah, dan lihatlah gemerlapnya ibukota. Luar biasa, saya kadang
membayangkan waktu masih tinggal di Ambon, bagaimana jika orang-orang yang di
Jakarta itu tinggal di daerah kami yang mati lampunya sampai setengah hari?
Mungkin akan sepanjang hari mengeluh presidennya kurang ajar ga berpihak sama
rakyat, ga ngerti kebutuhan banyak, padahal ga sesederhana itu permasalahnya
gengs.. ini harusnya Ibukota lebih ngalah sama anak-anaknya loh ya, eh malah
nyala tiap hari. Bahkan bisa pakai listrik dengan semena-mena dan kepingin
banget harga listrik turun. *pengen ngomong kasar tapi takut dosa*
Dari jaman nenek moyang sampai saat ini kita memang nggak bisa terlepas dari
batu bara sebagai penggerak listrik tanah air. Mau nggak pake batu bara?
Boleeeh.. tapi nggak ada listrik, pilihannya itu aja. Simpel kan? Yang bisa kita
lakukan hanya 'Menghemat' atau melakukan 'Energi terbarukan' menggantikan batu
bara dengan tenaga 'Listrik, Angin, Udara' bahkan ada energi sampah yang bisa
menggerakkan listrik. Siap atau tidak siap kita harus menyiapkan dana lebih
besar lagi untuk mendapatkan pasokan listrik, nggak bisa kita terus-terusaan
mengeluh listrik mahal. Karena emang energi dalam perut bumi sudah semakin
menipis.
baca juga : ayo menabung!
baca juga : ayo menabung!
Atau berfikir, "Pemerintah ga berpihak rakyat, karena harga listrik
makin mahal", Ya mikir aja, yang namanya bahan tambang kalo dikeruk terus
lama-lama bakalan abis, klo nggak diganti energi baru ya selesai. Saya rasa
pemerintah pasti stressnya bukan main memikirkan kelakuan masyarakatnya yang
nggak ngerti bahwa listrik hanya bisa dinikmati melalui proses pembakaran batu
bara lewat PLTU, dan batu bara hanya bisa diambil dari dalam perut bumi, dan
kalau batu bara habis ya pakai sumber tenaga lain yang harganya lebih mahal. Pemerintah
pasti pusing mikirin kudu bikin tarif berapa dari SDA yang lain. Anu pak.. saya
sarankan, bagaimana kalau bapak membuat PLTB alias Pembangkit Listrik Tenaga
Bacot, sayang aja kalau energi warga
Indonesia kebuang sia-sia.
Terkait film yang
mendongkrak sisi buruk dua capres
Itu baru bahan tambang, di Indonesia ini ada banyak hal yang
bisa dieksploitasi misal emas, minyak bumi, hutan, hasil laut dll hanya saja
kita nggak tau. Dan hanya memandang persoalan batu bara saja dalam memilih
presiden rasanya nggak cukup mewakili semuanya..
Di Indonesia ini dilihat dari sumber daya alam yang sangat melimpah kita
nggak bisa menutup mata, karena banyak pihak yang mengutamakan kepentingan.
Misal : kalo si xyz jadi Presiden maka dia akan punya kuasa lebih besar terhadap
apa yg terdapat di bumi, atau kalau si yxz jadi Presiden dia akan meminta
tolong xyz untuk melancarkan apa yang menjadi kepentingannya. Atau kalo
presidennya nggak punya kuasa, bawahannya yang bisa aja nggak baik. Ingat loh,
ciptaan Tuhan itu nggak semua baik, mereka ada yang punya sifat-sifat jahat
juga.
baca juga : berapa gaji blogger?
baca juga : berapa gaji blogger?
Selama masih di negara kaya, kita nggak akan benar-benar bisa
melihat mana orang yang memiliki kepentingan, mana yang nggak. Karena semuanya
kasat mata, kita nggak bisa melihat hanya tampilan luarnya aja. Yang bisa kita
lakukan hanya pasrah dan memohon karunia keberkahan untuk bangsa ini agar tidak
semakin banyak orang yang mengeksploitasi SDA yang melimpah ini dengan
semena-mena, semoga SDA kita berada di tangan orang-orang yang jujur dan amanah.
Kita bantu Presidennya dengan nggak banyak ngeluh, karena saya rasa Presiden
itu berupaya menyesuaikan TDL kan, tapi ya gimana SDAnya makin lama makin abis. Soo... menurut ngana, pembunuh sebenarnya siapakah? Masyarakat yang pakai lstrik semena-mena tapi kepingin harga listrik murah, para pemangku kepentingan, atau pemilik tambang Ilegal? Allahuallam....
Dari emak, yang kemudian sadar listrik..
Aaah awesome. Terima kasih Mbak Manda tulisannya. Nampar aku banget yang selama ini masih boros listrik dan suka ngeluh :((
ReplyDeleteHehe.. manusiawi ngeluh, secara kita sudah terbiasa pake listrik 24 jam
Deletewah artikelnya padat informasi sekali, dan gaya penulisannya membuat saya jadi nyaman membacanya...
ReplyDeleteOkay..
DeleteWaw ditulis di sini, kayaknya kemarin2 lihat di statusnya aja :)
ReplyDeleteKalau saya gak bisa mengalahkan para golputer, banyak juga mereka yg sebenarnya ideologis dan masih mendukung kerja pemerintah, selama itu baik.
Karena sexy killers sebelum ramai sudah jadi tontonan dan diskusi di tempat saya (Balikpapan) ya mudah2an dengan ramainya ini bisa membuka mata semua pihak, termasuk saya pribadi. Semoga ada solusi bagi kita semua : ya masyarakatnya, ya pemerintahnya. Aamiin
dr jaman saya SD juga sdh membahas ini mba sama orangtua, kenapa kok Balikpapan kota minyak sering banget mati lampu :D
Deleteooh jadi itu toh inti dari film sexy killers yang lagi hits. Soal kebutuhan listrik memang perlu diakui semakin hari makin meningkat. di Bengkulu juga sering mati listrik. yang terparah sampai seharian dan itu kalaupun nyala tegangan gak stabil. banyak yg ngeluh alat elektroniknya rusak. tapi sekarang udah gak lagi.
ReplyDeleteAlhamdulillah klo udh ga lagi, klo di Ambon masih sering mati lampu :D
DeleteWatchdog emang paling handal kl bikin dokumentry film. Aku prh mmpir ke kantor mereka hnya dr rumahan loh ngeditnya. Hasil2 feature mereka bnyak tayang di kompas tv
ReplyDeletebisa banget ya, dr rumahan bisa ngedit sedemikian rupa :D
DeleteBontang kelahiranku disebut mbak, jadi gede kepala saya kwkwk :D
ReplyDeletewih...
DeleteWoa dapet insight baru nih kaka, makasih ya jadi semakin prihatin aja nih sama teman2 di tempat terpencil. Emang di Karimun Jawa siang gada listrik kak, aku pernah kesana ngga tau nih sekarang, heran negara kaya tapi sdm. Nya kurang huhu
ReplyDeletepadahal daerah wisata ya, tapi ga ada listrik piye :(
DeleteAku belom nonton sama sekali, baru dengar aja, banyak yg bilang film ini bikin golput,
ReplyDeleteJadi penasaan