Generasi
80an pasti nggak asing dengan bapak-bapak berbaju orange, helm orange, dengan
tas besar berwarna abu-abu di bagian kanan kiri bagian belakang pada motor si
bapak. Tas tersebut membawa surat-surat yang dikirim handai taulan kepada kita,
dan suara teriakan, “’Pooooos, misiiiii,…” sudah terdengar sangat akrab sekali
ditelinga pada saat itu.
Dulu
dirumah saya terdapat kotak pos, letaknya diatas pagar rumah, pak pos nggak
perlu teriak-teriak memanggil penghuni rumah saat ada surat datang untuk kami,
dia hanya perlu menempatkan surat-surat yang datang pada kotak tersebut,
sebelum email booming dan menjadi surat yang sangat membantu karena kita dapat
berkirim kabar dengan waktu hitungan detik, surat dalam bentuk fisik selalu
saya nanti-nantikan setiap hari, surat tersebut dikirim teman-teman sekolah,
saudara, juga sahabat pena saya dari penjuru tanah air. Walaupun lama
sampainya, bisa seminggu bahkan 2 minggu, saya tetap suka jika ada teriakan pak
pos, memorable banget. Kamu juga pastinya?
Sekarang pak pos apa kabar?
Sekarang
pun pak pos masih ada kok, mereka masih suka saya lihat mengantar surat-surat
yang dikirim, biasanya sih surat yang dikirim bukan lagi surat fisik yang
menanyakan kabar seseorang, melainkan berupa tagihan kartu kredit, kartu hari
raya (perayaan agama tertentu) kartu undangan nikah, atau paket-paket. Pak pos
masih ada kerjaan walaupun email menjadi alat paling mudah mengirim surat, saya
masih suka ngeliat pak pos kilar-kilir di jalan, bersaing dengan
perusahaan-perusahaan ekspedisi yang tengah berkembang. Sampai saat ini baju
pak pos masih orange juga kok belum berubah :D
Hari
itu di Bandung, setelah dari Museum Geologi, saya makan siang, dan perjalanan
dilanjutkan kembali untuk mengunjungi Museum Pos Indonesia, masuknya gratis,
kita hanya disuruh mengisi buku tamu. Untuk melihat-lihat sejarah pos di bagian
depan ada brosur yang bisa dibaca-baca terlebih dahulu. Selesai mengisi buku
tamu saya bisa melihat sejarah pos Indonesia dimulai dari jaman penjajahan
Belanda (Belanda lagi….) sampai dengan saat ini.
Kurang
jelas pos pertama kapan adanya, tapi dari perangko pertama yang diterbitkan
tahun 1864 saya menebak saat itulah pos pertama muncul di Indonesia, eh saat
itu namanya Hindia Belanda ding belum
Indonesia :D. Walaupun saat itu belum ada perangko dan pos belum muncul, pasti
ada lah ya yang namanya kurir untuk mengantarkan berita dari satu orang ke
orang lain. Mungkin kurir-kurir itulah yang menjadi cikal bakal munculnya pos
Indonesia.
Sebetulnya
saya menikmati banget melihat benda-benda di Museum Pos ini, sayang museumnya
kurang perawatan, walaupun sejuk agak kurang bersih lantainya dan beberapa
barang agak berdebu. Sayang banget ya ini kan benda bersejarah, kalau nggak
dirawat sama aja kita nggak merawat sejarah itu sendiri. Btw, ruangan pameran
di museum Pos Indonesia sebenarnya nggak terlalu lebar tapi cukup puas kita bisa
melihat banyak sejarah yang nggak kita dapat di tempat lain, apalagi buku
sejarah :D, ruangannya sendiri terdiri atas 2 lantai :
Lantai 1 adalah ruang Social Center
Pada
ruangan social center ini pengunjung tidak hanya bisa melihat-lihat, tetapi
juga merasakan langsung bagaimana proses pengiriman surat, mulai dari menulis
surat, menempelkan perangko, pengecapan dan pengeposan surat. Tentu saja ini
ruangan edukasi sebagai pusat pengembangan sosio-kultur di bidang layanan pos.
sebut saja, ruangan ini adalah kantor pos sesungguhnya, bukan termasuk area
Museum Pos Indonesia. Kita bisa melihat secara langsung kinerja pak pos,
Lantai 2 adalah ruang basement
Di
sini kita bisa mendapatkan banyak informasi bagaimana awal mula pos berdiri,
hingga bisa mengantarkan surat pada seluruh
masyarakat Indonesia. Berisi benda-benda koleksi pos. yang terdiri dari
:
1.
Koleksi Sejarah
Menyajikan
surat emas raja-raja (golden letters), ruang mini Mas Soeharto, ada pula maket
gedung kantor pos Dili Timor Leste, kemudian foto-foto pemimpin perusahaan,
piagam penghargaan untuk PT Pos Indonesia, juga kita bisa melihat sejarah
berdirinya UNI POS SEDUNIA
2.
Koleksi Filateli
Tentu
saja, yang disajikan koleksi perangko. Disajikan pada kaca-kaca yang bisa
digeser untuk melihatnya. Perangko ini disusun berdasarkan periode (tanggal)
dan yang berlaku pada daerah tertentu. Selain itu kita bisa melihat perangko
pertama di dunia. Aneka ragam filateli, peta dari berbagai negara, dll.
Perangko-perangko ini secara berkala dicatat sama petugas pos, waktu saya
kesana banyak yang sedang bekerja untuk ini.
Koleksi
yang ditampilkan meliputi aneka ragam kotak pos dari jaman baheula sampai
dengan saat ini, timbangan, aneka ragam baju pak pos, motor pos sampai aneka
ragam alat-alat yang menujang pekerjaan pak pos.
Walaupun ini hanya museum pos, setidaknya
saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang sejarah pos di Indonesia, btw kamu
sudah datang ke sini gengs?
Museum
Pos Indonesia
Jl. Cilaki No.73, Citarum, Kec Bandung
Wetan, Kota Bandung
Jawa Barat 40115
Wah bagus banget nih Mbak museumnya. Kita bisa mengingat pak pos hihi
ReplyDeleteSaya biasanya masih menggunakan nih Mbak jasa Pak Pos ini biasanya buat mengirim paket
ReplyDeleteWah iya nih Mbak jangan sampai lupa nih ya Mbak sama jasa Pak Pos
ReplyDeleteTeh, maap ada gbr yg aku comot utk situs (philanum-dot-com) dg menyertakan link ke situs teteh, nuhun.
ReplyDelete