Kamu
pernah nggak ngerasain naik pesawat non-komersial? Alias penerbangan yang tidak
banyak mempromosikan pesawatnya karena maksud tertentu dan biasanya tidak untuk
penerbangan umum. Jadi pesawatnya ini hanya pergi ke satu tempat saja atau
beberapa tempat dalam wilayah daerah itu, tidak untuk penerbangan keluar
daerah. Tiketnya pun nggak dijual di situs booking online, melainkan di travel-travel
agent yang terdapat di kota tersebut.
Saya
pernah waktu mau pergi ke Banda, saya naik pesawat NBA (Nusantara Buana Air),
konon katanya ini pesawat yang hanya melayani penerbangan di Sumatra wilayah
Medan sampai Aceh tapi kenapa ada di Maluku? Ah sudahlah, mungkin di Sumatra
udah nggak kepake lagi jadi dioper ke Maluku untuk penerbangan dekat-dekat
Ambon seperti Banda dan sekitarnya. *tapi ya kalau mau ke pulau Buru pesawatnya
lebih besar, karena ke Buru itu jauh gaes..*
tunggu dulu gaes |
Hari
itu pas ulang tahun saya 1 Juni di tanggal 2011 kalau tidak salah, saya akan
traveling ke Banda dengan 3 orang teman suami, Mas Topan, Teh Ambar dan Chandra.
Cuaca Ambon yang hujan terus menerus membuat saya merasa agak ngeri terbang.
Soalnya hujan di Ambon itu debit airnya 2x lebih deras dari Jakarta dan
sekitarnya, ngeri dah pokoknya, bahkan saya merasa kalau musim hujan, Ambon itu
dinginnya nggak ketulungan. Laaah wong, dinding rumah aja sampai lembab
sangking dinginnya. Ya, hari itu mendung tapi bismillah aja kami berangkat,
tapi tetep saya meyakinkan paksu, “Ini bener mau berangkat?”. Karena pakai
pesawat non komersial bisa dipastikan penumpang yang naik ya sedikit, saya
ingat saat itu penerbangan ke Banda hanya 3x seminggu, sangat jarang yang mau
ke Banda (sebelum akhirnya tempat itu menjadi buruan turis wisatawan, gara-gara
film Banda The Dark Forgotten Trail
semuanya jadi pada pengen liat Banda), bangkunya pun nggak kurang dari 25 seat,
sangat sempit, nggak bisa selonjoran, dan kayak bangku besi dilapis kain tapi
tetep empuk, jangan bayangin kursi pesawat pada umumnya dah, dan di dalam
pesawat itu pengap banget haha.. berasa di oven diatas penerbangan. jangan pula
bayangin ada pramugari yang cantik-cantik dan seksi-seksi, yang nemenin kita
hanya 2 orang Pilot, Co-Pilot dan kalau nggak salah ada 2 orang pramugara yang
tua-tua. Saya lupa pasti saat itu kami diberi makan apa nggak ya, kayaknya
nggak deh lupa.
susunan jendelanya bikin emosi jiwa :D |
Karena
pesawat non komersial, kami dijemput dengan mobil khusus dari ruang tunggu ke
landasan pesawat, bwaah berasa pejabat penting, berlima kita naik mobil khusus
ditengah hujan deras kota Ambon. Dalam hati sih mikir, kenapa naik mobil, bukan
jalan kaki atau naik bus khusus bandara, eh ternyata lokasi pesawat ini
letaknya agak jauh dari parkiran pesawat komersial. Dalam ekspektasi pikiran
saya, wah ini kayaknya naik pesawat biasa deh eh jeng..jeng pas lihat
pesawatnya, Astagaaaaa nagaa, kecil banget. Masuk ke dalam pesawatnya pun
dengan menunduk, kalau nggak mau kehantup atap pesawat, hhhh…
ruang kemudi bapa pilot |
Karena
belum banyak yang tau kota Banda, yang naik pesawat tersebut tidak banyak,
bangku-bangku pun nggak semua terisi. Tapi ada beberapa penumpang yang nemenin
kami sih, yang jelas nggak terlalu banyak.Saat pesawat lepas landas saya merasa
nyawa saya ketinggalan di darat, ya ampun berasa horor banget, nah, karena
pesawatnya kecil jadi otomatis suara pesawat kedengeran berisik sekali campur
dengan suara hujan, bahkan ngomong dengan suami yang duduknya disebelah pun
saya sampai teriak-teriak. “Haaah.. iya.. apaaa??” nggak nyambung pokoknya
hhhh… kocak
Perjalanan
kami saat itu memakan waktu satu jam, tapi berasa satu tahun sangking horornya,
ya gimana nggak horor, saat itu kan cuaca buruk, tambah angin pulak, saat itu
saya merasa digoyang-goyang kayak naik komidi putar. Sangking kecilnya pesawat
kami, ruang kemudi pak pilot aja kelihatan, ruang itu hanya dipisahkan dengan
gorden, kita bisa lihat bagaimana pak pilot bekerja ketika gorden disibak.
Bahkan sangking santuynya penerbangan ini, pak pilot bisa nangkringin tangannya
kayak supir bus, kalo bisa selfie, selfie deh itu si pak Pilot hhhh…
Dari
balik tempat duduk saya hanya memegang tangan paksu sangking takutnya,
sementara wiper pada kaca jendela pesawat terus digerakkan, karena hujan terus
datang. Ketika pesawat hampir sampai, saya merasakan hujan mereda, oh rupanya
Banda sudah tidak masuk musim penghujan, cuacanya sangat cerah, berbanding
terbalik dengan Ambon yang hujan deras tanpa jeda. Tapi kacaunya, malah
anginnya bertiup makin kencang membuat pesawat tak jelas rimbanya. Pulau Banda
sudah terlihat, pertaruhan antara hidup dan mati pun saya tak tahu, tapi
Alhamdulillah akhirnya pesawat mendarat dengan selamat di Banda Naira, fiuhhh…
Saya belum pernah nih Mbak hehe, jadi ingin nyobain juga .
ReplyDeleteWah, kelihatannya seru banget ya Mbak heheh, ingin ngerasain juga nih.
ReplyDeleteSaya malah belum pernah naik pesawat sama sekali Mbak heheh, sebenarnya sih ingin nyobain tapi masih takut hehe.
ReplyDeletePasti seru banget ya Mbak hehe, penumpangnya pun juga tidak terlalu banyak gitu.
ReplyDeleteKeren banget ya Mbak, dijemput dengan mobil khusus juga nih jadi berasa orang penting hehe.
ReplyDeleteSaya jadi ingin nyobain gimana rasanya naik pesawat perintis ini nih Mbak hehe.
ReplyDeleteBelum pernaah.. trus baca cerita mba amanda malah ikut deg2an sendiri, kebayang ujan2 goyang2 n berisiknya 😆
ReplyDeleteSeru kayaknya ya kak naik pesawat perintisnya.. tapi kayaknya aku ga berani coba.. hehe..
ReplyDelete