Friday, 22 May 2020

Hati-hati Trauma Sebab Dibully






Siapa yang ingin dibully, tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang ingin di bully, tapi kadang mental pembully hadir pada manusia-manusia yang merasa dirinya hebat, kuat dan kemudian menindas yang lemah. Akhirnya peristiwa pembullyan pun terjadi . Yang membully merasa puas, yang dibully merasa kecewa, sedih bahkan sakit hati. Bahkan orang-orang yang dibully tidak jarang memiliki trauma walaupun sudah bertahun lamanya hidup sejak masa pembullyan.


Orang yang membully saya rasa tidak hanya orang yang merasa jumawa saja, tapi seperti orang yang memiliki gangguan kesehatan mental, entah kecewa dengan lingkungan, orangtua bahkan dengan dirinya sendiri. Dengan menyakiti orang lain, bisa saja dirinya merasa puas dan senang. Nah, semula orang yang dibully akan merasa baik-baik saja, tapi jika terus disakiti, orang yang dibully bisa saja terkena gangguan kesehatan mental pula dengan memendam perasaan trauma sebab dibully. Jadi saya rasa orang yang membully itu seperti menyalurkan penyakit kesehatan mental pada orang yang normal.

Contohnya seperti teman anak saya, di sekolahnya ada siswa yang usil dan jahil sekali, kalau tidak menyakiti temannya rasanya tidak puas. Dalam sehari ada saja laporan kenakalan yang dilakukannya. Pernah suatu hari anak tersebut menjahili anak saya, saya tidak tinggal diam, saya laporkan perbuatan anak tersebut pada orangtuanya. Tapi respon orangtuanya sungguh mengejutkan, orangtuanya kaget, karena tidak menyangka anaknya jahil, karena anak tersebut dirumah dikenal pendiam, nurut dan anak mama sekali, kalau dilihat-lihat rasanya janggal ya anak mama suka membully anak orang. Dalam kasus ini perlu banget ditelusuri apa yang menyebabkan anak tersebut berbuat demikian. Bisa jadi anak-anak yang suka membully ini punya kekesalan yang tidak dilampiaskan sehingga ditumpahkan pada orang lain. Untungnya, anak saya tidak memendam perasaan kecewa pada temannya. Memang anak-anak yang dibully butuh sekali sentuhan kasih sayang yang menguatkan dari lingkungannya, sehingga ketika ia dibully ia akan menganggap semuanya baik-baik saja, tidak memendam kecewa apalagi dendam. Begitupun anak yang suka membully, sepertinya perlu sekali sentuhan fisik agar tidak terus merasa kecewa dengan lingkungan.

Tapi kita tidak bisa juga membela anak-anak yang kerap membully, karena korban bullying tidak hanya merasakan sakitnya fisik tapi juga psikis. Saya adalah korban bullying semasa sekolah dulu, dan trauma bullying tidak bisa hilang dari ingatan saya walaupun saya sudah menikah dan memiliki anak. Terkadang bayang-bayang bullying itu kerap hadir dalam ingatan bahkan mimpi-mimpi saya, sungguh padahal saya sudah berusaha melupakan peristiwa tersebut bertahun-tahun lamanya. Betapa dahsyat efek bullying itu bukan? Bahkan sampai sekarang saya seperti merasa perlu membalas orang-orang yang pernah membullying saya itu, seperti mempermalukannya di depan keluarganya, mengacuhkannya jika dia butuh, dan hal-hal yang sifatnya balas dendam.

Rasa trauma ini sebenarnya ingin saya konsultasikan ke dokter, jangan sampai rasa trauma tersebut mempengaruhi kesehatan mental saya. Sebetulnya saat saya merasakan trauma bullying, yang saya rasakan adalah, saya sering kali bermimpi buruk tentang perilaku teman-teman yang pernah membully saya, atau kalau misalnya saya tiba-tiba melihat peristiwa pembullyan yang terjadi di media sosial, elektronik atau cetak saya tiba-tiba seperti terlempar ke masa lalu, di mana saya pernah merasakannya. Betul-betul tidak pernah bisa dihilangkan bayangan kelam di masa lalu tersebut. Di aplikasi halodoc sebetulnya saya bisa mengkonsultasikan masalah kesehatan mental ini pada dokter-dokter berpengalaman, tetapi saya lebih senang bertatap muka langsung. Walaupun begitu tidak ada salahnya mencoba untuk berkonsultasi mungkin ya, daripada trauma saya tidak hilang-hilang. Selain bisa berkonsultasi masalah kesehatan, pengguna aplikasi halodoc, bisa membeli obat, membuat janji dengan dokter tanpa harus mengantri di rumah sakit, juga membaca banyak artikel seputar kesehatan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.


Pesan saya pada banyak orangtua, sering-seringlah menanyakan aktifitas anak di sekolah, apakah ada yang kerap menyakitinya atau dia kerap menyakiti anak orang. Jangan biarkan anak kita memiliki mental bullying atau memiliki trauma sebab dibully, sebab ini akan mengganggu tumbuh kembang anak.

Post a Comment

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)