Siapa yang ingin
dibully, tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang ingin di bully, tapi
kadang mental pembully hadir pada manusia-manusia yang merasa dirinya hebat,
kuat dan kemudian menindas yang lemah. Akhirnya peristiwa pembullyan pun
terjadi . Yang membully merasa puas, yang dibully merasa kecewa, sedih bahkan
sakit hati. Bahkan orang-orang yang dibully tidak jarang memiliki trauma
walaupun sudah bertahun lamanya hidup sejak masa pembullyan.
Orang yang
membully saya rasa tidak hanya orang yang merasa jumawa saja, tapi seperti
orang yang memiliki gangguan kesehatan mental, entah kecewa dengan lingkungan,
orangtua bahkan dengan dirinya sendiri. Dengan menyakiti orang lain, bisa saja
dirinya merasa puas dan senang. Nah, semula orang yang dibully akan merasa
baik-baik saja, tapi jika terus disakiti, orang yang dibully bisa saja terkena
gangguan kesehatan
mental pula dengan memendam perasaan trauma sebab dibully. Jadi
saya rasa orang yang membully itu seperti menyalurkan penyakit kesehatan mental
pada orang yang normal.
Contohnya seperti
teman anak saya, di sekolahnya ada siswa yang usil dan jahil sekali, kalau tidak
menyakiti temannya rasanya tidak puas. Dalam sehari ada saja laporan kenakalan
yang dilakukannya. Pernah suatu hari anak tersebut menjahili anak saya, saya
tidak tinggal diam, saya laporkan perbuatan anak tersebut pada orangtuanya.
Tapi respon orangtuanya sungguh mengejutkan, orangtuanya kaget, karena tidak
menyangka anaknya jahil, karena anak tersebut dirumah dikenal pendiam, nurut
dan anak mama sekali, kalau dilihat-lihat rasanya janggal ya anak mama suka
membully anak orang. Dalam kasus ini perlu banget ditelusuri apa yang
menyebabkan anak tersebut berbuat demikian. Bisa jadi anak-anak yang suka
membully ini punya kekesalan yang tidak dilampiaskan sehingga ditumpahkan pada
orang lain. Untungnya, anak saya tidak memendam perasaan kecewa pada temannya.
Memang anak-anak yang dibully butuh sekali sentuhan kasih sayang yang
menguatkan dari lingkungannya, sehingga ketika ia dibully ia akan menganggap
semuanya baik-baik saja, tidak memendam kecewa apalagi dendam. Begitupun anak
yang suka membully, sepertinya perlu sekali sentuhan fisik agar tidak terus
merasa kecewa dengan lingkungan.
Tapi kita tidak
bisa juga membela anak-anak yang kerap membully, karena korban bullying tidak
hanya merasakan sakitnya fisik tapi juga psikis. Saya adalah korban bullying
semasa sekolah dulu, dan trauma bullying tidak bisa hilang dari ingatan saya
walaupun saya sudah menikah dan memiliki anak. Terkadang bayang-bayang bullying
itu kerap hadir dalam ingatan bahkan mimpi-mimpi saya, sungguh padahal saya
sudah berusaha melupakan peristiwa tersebut bertahun-tahun lamanya. Betapa dahsyat
efek bullying itu bukan? Bahkan sampai sekarang saya seperti merasa perlu
membalas orang-orang yang pernah membullying saya itu, seperti mempermalukannya
di depan keluarganya, mengacuhkannya jika dia butuh, dan hal-hal yang sifatnya
balas dendam.
Rasa trauma ini
sebenarnya ingin saya konsultasikan ke dokter, jangan sampai rasa trauma
tersebut mempengaruhi kesehatan mental saya. Sebetulnya saat saya merasakan
trauma bullying, yang saya rasakan adalah, saya sering kali bermimpi buruk
tentang perilaku teman-teman yang pernah membully saya, atau kalau misalnya
saya tiba-tiba melihat peristiwa pembullyan yang terjadi di media sosial,
elektronik atau cetak saya tiba-tiba seperti terlempar ke masa lalu, di mana
saya pernah merasakannya. Betul-betul tidak pernah bisa dihilangkan bayangan
kelam di masa lalu tersebut. Di aplikasi halodoc sebetulnya saya bisa mengkonsultasikan
masalah kesehatan mental ini pada dokter-dokter berpengalaman, tetapi saya
lebih senang bertatap muka langsung. Walaupun begitu tidak ada salahnya mencoba
untuk berkonsultasi mungkin ya, daripada trauma saya tidak hilang-hilang.
Selain bisa berkonsultasi masalah kesehatan, pengguna aplikasi halodoc, bisa membeli obat, membuat
janji dengan dokter tanpa harus mengantri di rumah sakit, juga membaca banyak
artikel seputar kesehatan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Pesan saya pada
banyak orangtua, sering-seringlah menanyakan aktifitas anak di sekolah, apakah
ada yang kerap menyakitinya atau dia kerap menyakiti anak orang. Jangan biarkan
anak kita memiliki mental bullying atau memiliki trauma sebab dibully, sebab
ini akan mengganggu tumbuh kembang anak.
Post a Comment
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)