Asli!
Sebel banget gue sama orang-orang yang beneran abai dengan virus ini, yes virus
Corona. Ini sekedar curhat, gue harap yang baca jangan tersinggung ya, biasa
aja, woles.. baca tulisan gue juga jangan emosi. Klo ada yang komen ngegas gue
hidden komennya, hag..hag..hag..
Alkisah di hari jum’at dimana waktunya bapak-bapak untuk shalat jum’at, pulang-pulang laki gue misuh-misuh. Dia cerita setelah mandi, ganti baju dan bersiap untuk makan bersama keluarga istri dan anak tercinta, intinya isi khutbah jum’at ini seperti memprofokasi orang untuk tidak percaya lagi corona, orang-orang dibuat santai untuk tidak lagi pakai masker, santai nggak usah cuci tangan, ya nggak gitu juga Markonah, kan sebel banget ya dengernya. Secara yang ceramah ini adalah seorang ustad, ustad itu pasti didengar oleh masyarakat, apa jadinya kalau dia ceramah kemudian diikutin sama banyak masyarakat. Jadi lu bayangin aja misalnya satu masjid isinya ada 200 jama’ah, kalau 200 jama’ah ini isinya orang-orang polos, wassallam.. makin menjadi-jadi dah itu corona, karena mereka akan percaya dan menelan bulat-bulat isi ceramah itu. Dan seharusnya, sejenis pemuka-pemuka masyarakat kayak gini tuh memberikan nasihat yang baik, dan jangan memprofokasi, alih-alih bikin masyarakat waspada, ealah ini malah bikin masyarakat abai. Kalau memang nggak percaya adanya corona, ya udah diem.. jangan bikin hoax. Kan pengen gue gaplok rasanya.
Gue
juga kadang sebel ya sama orang-orang yang beneran santuy sama pandemi ini,
padahal circle corona sudah semakin dekat ke keluarga inti, banyak Nakes
(tenaga kesehatan) kemudian kewalahan karena pasien membludak, mungkin kalian
sudah sering dengar cerita ini, mungkin juga kalian bosan dengar cerita ini,
tapi gue nggak akan bosan nyeritain ini, nggak sedikit temen-temen gue di
medsos menceritakan pengalaman mereka terkena corona. Terisolasi di tempat
lain, jauh dari keluarga, ada banyak keluhan tubuh yang nggak bisa dibendung,
nggak ngerti rasanya gimana, bayar jutaan rupiah untuk tes SWAB, rapid dll. Duh,
kita nggak perlu sebenernya untuk mengeluarkan uang segitu banyak kalau kita
bisa banget menjaga diri. Ini yah, gue yang (naudzubillah jangan sampe banget)
nggak kena corona aja kudu di SWAB kemarin untuk keperluan melahirkan, nah
apalagi kalian yang kena corona, pasti harus di SWAB berkali-kali. Nggak kebayang itu duit
berapa juta yang keluar. Itu baru terjangkit sama yang hidup, bagi pasien yang
sudah meninggal lebih menyedihkan lagi,
yang mandiin, nyolatin bahkan nguburin ya orang-orang rumah sakit, keluarga
nggak ada yang boleh ikut. Padahal banyak keinginan manusia ingin disolatin
ratusan orang ketika ia meninggal, tapi apa daya karena corona yang nyolatin
hanya 5 orang, itu juga petugas medis bukan keluarga sendiri. Ada pulak yang
lebih sadis, tau nggak sih? Orang-orang yang kena corona semacam kena sanksi
sosial dari masyarakat sekitar, padahal kan mereka nggak salah apa-apa, mungkin
sudah takdirnya kena corona, tapi mereka seperti nggak diterima masyarakat
sekitar. Gue merangkum cerita dari temen-temen, ada orang yang kena corona
(sebut saja namanya Paijo), gara-gara kena corona, Paijo dijauhin sama
tetangganya, udah gitu orang-orang nggak ada yang berani lewat depan rumahnya,
mereka pada muter lewat jalan lain kalau liat rumah Paijo, padahal kan orangnya
di dalem yak, dodol banget. Sampai-sampai mau beli makan juga nggak bisa, abang Ojolnya ikutan diprofokatorin buat nggak boleh kerumahnya
Btw, kalau lo punya gejala serupa corona, mending tanya pada petugas medis di Halodoc. di Halodoc lo juga bisa konsultasi gratis terkait pandemi, sampai konsultasi kejiwaan misalnya lo merasa stress karena suntuk dirumah aja. Tidak hanya itu untuk menghindari kerumunan, lo bisa pesan obat online dan nantinya obat tersebut bisa dianterin abang ojol kerumah lo. Halodoc juga ada aplikasinya loh, lo bisa unduh di playstore jika malas buka website.
SWAB untuk pelengkap kehamilan, periiiiih.... |
lanjut kisah Paijo ya, -_-.. nggak cuma yang disebutin diatas, dia juga jadi bullyan orang-orang, kan sedih banget. Berasa kena AIDS tapi yang ada di dalem tubuh virus lain. Ya itu mungkin segelintir kisah, masih banyak sepertinya kisah lainnya mungkin yang lebih sadis lagi dari itu
Mungkin
ya.. mungkin memang kita tidak ditakdirkan untuk kena corona, tapi apa harus
kena dulu baru kita bisa koar-koar untuk selalu disiplin menggunakan masker,
mencuci tangan dll, sekarang gue pengen nanya sih ke kalian, apa keluarga,
teman, kerabat kalian belum ada yang kena virus ini sampai nggak percaya dan
harus memprofokasi orang untuk tidak percaya?
Walaupun
vaksin
corona sudah ditemukan, kita nggak boleh juga santai-santai, apa kalian
pikir begitu vaksin ditemukan langsung bisa membuat masyarakat sembuh dalam
sekejap? Tidak semudah itu Verguso, ini bukan kartun Doraemon yang punya alat
ajaib tas dokter. Tetep benteng pertahanan itu ada di dalam diri kalian juga,
rajin cuci tangan, pakai masker, menahan diri untuk tidak dulu bepergian ke
tempat ramai, yang paling utama sih nggak memancing orang untuk tidak percaya
corona, udah itu aja… kasian gue sama yang masih sehat wal afiat terus
diprofokatori buat sakit.
Bener banget, mbak. Kadang aku jadi suka prihatin sendiri kalau baca di koran atau sosmed tentang Nakes yg meninggal gara-gara Corona. Kasihan banget sampai berkorban segitunya, padahal masyarakatnya aja kaya masa bodo & malah nggak mau jaga diri... Hedeeehh...
ReplyDelete