Friday, 21 February 2025

Manusia-Manusia Tiktok




Kalian inget nggak, kapan pertama kali media sosial nongol? Kalo seinget aku pas tahun 2006, kayaknya tahun itu deh pertama kali muncul media sosial bernama Friendster. Di jaman ini mulailah kita bisa cari orang-orang yang dulu menghilang, temen TK, SD, SMP sampe SMA dan Friendster menjadi hype dijamannya karena seseru itu, bisa dihias senorak mungkin, bales-balesan chat sampai cari pacar wkwkwk.. Nah kemudian nongol Mig33 aplikasi chat di ponsel, Yahoo Messenger, My space, Vine dll beberapa diantaranya aku pake, karena memang aku orangnya suka nyari teman. Bahkan dari beberapa aplikasi itu akhirnya aku dapat teman di media sosial sampai kemudian kopi darat dan bersahabat sampai sekarang. Seseru itu berteman di media sosial pada saat itu.


Kemudian seiring berjalannya waktu muncullah banyak aplikasi sosial media seperti Twitter, Facebook, Tinder, Instagram, Whats App dll, kalau Twitter lebih banyak share cerita kehidupan, Facebook lebih banyak mencari teman lama seperti halnya Friendster, Instagram lebih banyak sharing foto-foto, kalau dulu sih IG lebih banyak diisi foto-foto pribadi sekarang isinya mulai beragam, sudah bisa share video bahkan, intinya IG seperti jurnal kehidupan. Nggak lama setelahnya nongol tiktok. Dan aku merasa, Tiktok ini bencana besar media sosial. Dari awal munculnya saja, Tiktok sudah sangat meresahkan, karena tiktok identik tentang user yang hanya joget-joget saja, nggak ada faedah sama sekali isinya (maaf ya user Tiktok, walaupun nggak semua tapi sebagian isinya seperti itu). Mungkin karena takut ditinggal penggunanya, Tiktok membuat sebuah inovasi, yakni pemberian sistem reward untuk user yang kontennya paling menarik, Tiktok mulai berubah haluan, isinya mulai beragam nggak melulu tentang joget-joget nggak jelas, tapi tetap menurutku masih banyak konten yang tidak menariknya sih :D

udah ada korbannya, kamu mau kayak gini?


Joget-joget di Tiktok mulai menurun belakangan ini, banyak tips menarik seputar review hotel, makanan, jalan-jalan, dll, tidak sedikit akun-akun dakwah bermunculan, tips ini itu yang bikin orang betah lama-lama scroll di beranda. Tapi, nggak sedikit kemudian pengguna Tiktok yang melakukan ide-ide ngawur biar kontennya dilirik banyak orang, mungkin karena mereka ingin mengejar target menjadi FYP (For your page) alias pertama kali dilihat orang biar bisa mendapatkan reward yang digadang-gadang tadi, konten-konten Tiktok mulai tidak memperhatikan norma, misal, konten mengumbar aib rumah tangga, menyakiti pasangan, mengumbar hubungan ranjang, dll bahkan nggak sedikit bermunculan konten-konten yang sifatnya validasi atau standarisasi bahkan mengejek-ejek agama orang juga ada dan konten yang melulu tentang istri ini yang sangat meresahkan.


Bagaimana tidak meresahkan?

Ada sebuah konten yang menceritakan, perempuan jangan mau dijadikan pembantu, mesin pembuat anak, atau pemuas nafsu sedangkan perasaannya tidak pernah diperhatikan. Kira-kira kalau kita ada di posisi si perempuan yang saat itu beneran diperlakukan demikian tercuci nggak otaknya? Ada lagi konten yang menceritakan, bahwa rumah tangga ideal itu yang gaji suaminya 15juta, karena kebutuhan makin naik. Ada lagi yang menceritakan, bahagianya dilamar dengan mahar tinggi, bahagianya punya rumah tangga yang semuanya diperlakukan seperti ratu, senangnya boleh jajan apa saja tanpa mikir duit bulanan. Yang semua konten-konten sampah ini akhirnya membuat banyak perempuan-perempuan tercuci otaknya, kalau kehidupannya tidak demikian tandanya tidak bahagia.

Tidak sedikit pula yang mengumbar kemesraanya di media sosial, sehingga menganggap kalau pasangannya tidak romantis artinya nggak sayang, padahal bahasa cinta pasangan itu beda-beda bentuknya, nggak mesti semuanya harus dengan surprais atau benda-benda mahal, belum lagi konten-konten independen women yang menyudutkan laki-laki, baru-baru ini ada konten yang dibuat, kurang kebih isinya begini, minimal perempuan itu harus dapat yang setara, atau lebih kalau mau bahagia dan bisa memuaskan ego laki-laki, jadi kalau kamu S2, carilah pasangan yang S3, kalau gajimu satu digit, carilah pasangan yang mampu meberi dua digit dan diakhir kontennya dia menjelaskan, karena laki-laki yang terluka akan : berselingkuh, melakukan kekerasan fisik, menghajar mentalmu,  melakukan kekerasan verbal. Lalu apabila ada adek-adek kita yang jomblo membaca ini, bisa-bisa mindsetnya berubah, yang tadinya siap nikah jadi nggak kepingin nikah karena belum dapat yang setara. Padahal syarat setara menurut Islam adalah dia yang ngajinya baik, agamanya baik dan bertanggung jawab, bisa jadi karena kemakan standar tiktok, ada laki-laki baik, shaleh, yang datang tapi dibawah standarnya, siap-siap ditolak hanya karena dia lulusan SMA aja tapi si perempuan S1,  meresahkan tidak? Ya pasti meresahkan


Nggak hanya itu, kemudian bermunculan konten-konten nggak jelas bersifat flexing seperti jalan-jalan keluar negri, makan makanan mewah, membeli barang branded dan banyak hal yang akhirnya bikin banyak manusia nggak bersyukur ama hidupnya, kayaknya uang bisa banget bikin kebahagiaan, padahal kan kebahagiaan nggak hanya uang. Atau konten-konten fomo, misal ada yang lagi hype, manusia-manusia Indonesia pengen banget jadi yang pertama nyoba biar bisa dipamerin ke medsos, nggak ngertilah gunanya apa menjadi orang nomer satu bisa pamer ke medsos. Seperti labubu, heran banget padahal boneka jelek gitu dan sangat mahal bisa bikin orang ngantri berjam-jam buat dapetinnya, hanya gara-gara tiktok byuh.. Coba liat lagi deh, dimana menariknya? Cuma gara-gara dipake anggota blackpink lalu kalian tergila-gila, sungguh aneh. Ada lagi konten yang sifatnya menghina, menghina fisik orang, menghina agama orang, menghina harta orang, kedudukan, pasangan dan banyak lainnya, ini yang dijadikan candaan hanya karena ingin dihujat orang, ramai orang bikin konten demikian. Aku nggak ngerti bagusnya dimana konten kayak gini. Bisa-bisanya ada orang kepingin terkenal lewatjalur hujatan.. T_T


Merusak mental orang lain

Kalian tau nggak sih efek jangka panjang dari konten-konten sampah yang kalian bikin itu bisa berefek pada orang lain? Misalnya konten yang menghina agama orang, nantinya akan menimbulkan kesenjangan sosial beragama. Ada nih ya konten begini, tau nggak lagu yang, "Saat kau ragu arah tuju, di situlah kau mulai terbawa arus.. " ada cewe pakai hijab, kontennya begini "Coba-coba ah masuk gereja" dengan pakai hijabnya dia, lalu triiing tiba-tiba dia beneran jadi agama lain. Coba kalo jadi netizen apa komennya? Kan jadi perang agama. Lu ngapain sih bikin konten kayak gini bocaaaah?? Lu klo mo murtad ya murtad aja, itu urusan agama lo ngapain lo umbar-umbar, kan pikiran orang beda-beda ya kan? Ada yang masa bodo ada yang beneran diseriusin, nah yang diseriusin ini bahaya banget mereka jatuhnya jadi menghujat. Lu hebat banget bocahhh sudah bikin kita jadi perang agama.. Padahal setelah ditelusuri ternyata emang mbaknya aja yang kristen trus coba-coba bikin konten kayak gitu, maksudnya biar apa sih gitu ya? Mau dia dikenal pun akhirnya terkenal lewat jalur hujatan.


Bahkan ada konten-konten lain yang bikin standar masing-masing yang sebetulnya nggak perlu banget jadi kayak semacam perlu. Seperti misalnya, kalo bukan pake Iphone adalah rakyat jelata, lalu kalo misalnya pake hape yang harganya diatas Iphone tetap rakyat jelata? Ada lagi standar, bapak-bapak yang nggak mau ambilin raport, ga mau gabung di grup sekolah anak adalah ciri Fatherless.. Deh sungguh stress banget kalau buka Tiktok. Gara-gara keresahan konten-konten tiktok ini pun di beberapa negara sudah mulai memblokir aplikasi ini agar tidak bisa dipakai di negaranya. Nggak ngerti aku, kenapa di Indonesia masih aman-aman aja.

Untung aku nggak pernah punya akun Tiktok. Saran aku kalian kalau mau waras uninstal aja itu tiktok ye.. sebenernya masih banyak sih uneg-uneg soal aplikasi ini yang banyak mudharatnya disbanding manfaatnya. Tapi ya sudahlah, semoga Allah memberikan hidayah penggunanya..

 

 

Post a Comment

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya, semoga bermanfaat ya ^^
Mohon komennya jangan pakai link hidup, :)